Selasa, 08 Juli 2025

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA HKBP DI SUMATERA UTARA DAN PERKEMBANGANNYA DI KALIMANTAN


 

I. Pendahuluan

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah salah satu gereja Protestan terbesar di Indonesia. Berakar kuat dalam tradisi Lutheran dan budaya Batak, gereja ini memiliki sejarah panjang sejak masa misi di tanah Batak. HKBP telah berkembang dari gereja lokal di Sumatera Utara menjadi gereja nasional dan bahkan internasional, termasuk perkembangannya di Kalimantan. Artikel ini menyoroti perjalanan awal pendirian HKBP di Sumatera Utara dan bagaimana gereja ini menjangkau Kalimantan sebagai bagian dari panggilan misinya.


II. Sejarah Awal Berdirinya HKBP di Sumatera Utara

A. Latar Belakang Misi RMG dari Jerman

  • Tahun 1834: Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) atau Lembaga Misi Rhein dari Jerman mulai tertarik melayani wilayah Nusantara.

  • Awalnya, misi RMG aktif di wilayah Nias dan Sumatera bagian selatan.

B. Kedatangan Missionaris Ludwig Ingwer Nommensen

  • 1861: Nommensen diutus ke tanah Batak oleh RMG.

  • 1864: Nommensen menetap di Huta Dame, Silindung, dan mulai membangun sekolah dan pelayanan injil.

  • Nommensen mempelajari bahasa Batak dan mengembangkan strategi inkulturasi budaya lokal ke dalam ajaran Kristen.

C. Pembentukan Gereja Batak

  • 1868: Baptisan massal pertama di tanah Batak terjadi.

  • 1878: Rapat Sinode pertama diadakan di Pearaja, Tarutung.

  • 1917: Gereja Batak resmi diberi nama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan struktur organisasi yang lebih mandiri dan berpusat di Tarutung.


III. Ciri-ciri dan Identitas Gereja HKBP

  • Berhaluan Lutheran (dipengaruhi ajaran Martin Luther)

  • Menggunakan Bahasa Batak dalam liturgi, terutama di wilayah Batak

  • Mempunyai struktur yang kuat: resort, distrik, ephorus, dan sinode

  • Fokus pada pendidikan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan jemaat

  • Motto: “Jesus Kristus do Tuhanta” (Yesus Kristus adalah Tuhan kita)


IV. Perkembangan HKBP di Kalimantan

A. Awal Misi ke Kalimantan

  • Perpindahan penduduk dari Sumatera Utara ke Kalimantan (migrasi transmigrasi dan urbanisasi) pada era 1970-an hingga 1990-an menjadi jembatan awal penyebaran HKBP di Kalimantan.

  • Jemaat Batak yang menetap di Kalimantan mulai mengadakan ibadah secara informal.

B. Pembentukan Jemaat HKBP di Kalimantan

  • Awalnya hanya berupa kelompok kecil (Pos PI) yang beribadah di rumah-rumah warga Batak.

  • Tahun 1980–1990-an: Pos PI ini mulai berkembang menjadi jemaat-jemaat resmi.

  • Didirikan gereja-gereja HKBP di berbagai kota besar seperti Pontianak, Singkawang, Sintang, Balikpapan, Samarinda, Palangkaraya, Banjarmasin, dan Ketapang.

C. Organisasi Gereja di Kalimantan

  • HKBP membentuk Resort Kalimantan untuk mengoordinasikan pelayanan di seluruh wilayah Kalimantan.

  • Beberapa wilayah kini masuk dalam Distrik XV Kalimantan yang membawahi gereja-gereja di berbagai provinsi di Kalimantan.


V. Tantangan dan Peluang Pelayanan HKBP di Kalimantan

A. Tantangan

  1. Minoritas Etnis: Jemaat Batak merupakan minoritas di tengah keragaman etnis Kalimantan.

  2. Geografis: Jarak antar kota dan akses ke daerah pedalaman sulit ditempuh.

  3. Keterbatasan SDM: Kekurangan pelayan tetap (pendeta dan guru huria) di beberapa pos pelayanan.

B. Peluang

  1. Hubungan Ekumenis: Kerja sama lintas gereja dengan GKE, GPIB, GKII, dan denominasi lainnya.

  2. Pelayanan Multietnis: Beberapa gereja HKBP mulai melayani non-Batak dengan bahasa Indonesia.

  3. Pemuda dan Pendidikan: Peran pemuda HKBP di Kalimantan aktif dalam kegiatan kampus, musik gereja, dan penginjilan.


VI. Peran HKBP di Kalimantan dalam Masyarakat

  • Berpartisipasi dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di berbagai provinsi.

  • Mengadakan bakti sosial, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.

  • Beberapa gereja HKBP di Kalimantan telah membangun PAUD, sekolah minggu yang aktif, dan kelompok kategorial seperti naposo bulung, ama, ina.


VII. Kesimpulan

HKBP yang berakar dari tanah Batak telah berkembang menjadi gereja yang melayani hingga pelosok Nusantara, termasuk Kalimantan. Berdirinya jemaat HKBP di Kalimantan bukan hanya akibat migrasi, tetapi juga karena kesadaran misi dan semangat mempertahankan iman Kristen dalam konteks yang baru.

Meski menghadapi tantangan, HKBP di Kalimantan terus menunjukkan peran aktif dalam pelayanan, pendidikan, dan penginjilan. Di masa depan, diharapkan HKBP semakin inklusif, mendorong pelayanan lintas budaya, dan tetap setia pada panggilannya sebagai gereja yang bersaksi dan melayani.


Referensi Tambahan (Opsional)

  • Hutagalung, R. (2007). Sejarah HKBP. Tarutung: Lembaga Penerbit HKBP.

  • Simanjuntak, B. (2012). Misi Kristen dan Transformasi Sosial di Kalimantan Barat. Yogyakarta: Andi Offset.

  • Sinode HKBP. Dokumen dan arsip resmi: www.hkbp.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *