HIDUP BERDASARKAN PERKATAAN TUHAN BUKAN KATA MANUSIA



Salah satu ayat Alkitab yang relevan dengan hidup berdasarkan firman Tuhan, bukan kata manusia, adalah Matius 4:4. Berikut adalah teksnya dalam bahasa Alkitabiah, transliterasi, makna, dan terjemahan ke Indonesia:


Bahasa Alkitabiah (Yunani Koine):

Ὁ δὲ ἀποκριθεὶς εἶπεν, Γέγραπται, Οὐκ ἐπ’ ἄρτῳ μόνῳ ζήσεται ἄνθρωπος, ἀλλ’ ἐπὶ παντὶ ῥήματι ἐκπορευομένῳ διὰ στόματος Θεοῦ.


Transliterasi:

Ho de apokritheis eipen, Gegraptai, Ouk ep' artō monō zēsetai anthrōpos, all' epi panti rhēmati ekporeuomenō dia stomatos Theou.


Makna:

Ayat ini adalah jawaban Yesus kepada Iblis saat Ia dicobai di padang gurun. Yesus mengutip Kitab Ulangan 8:3, menekankan bahwa hidup manusia tidak hanya bergantung pada kebutuhan fisik (seperti makanan), tetapi pada setiap firman yang berasal dari mulut Allah. Ayat ini mengajarkan bahwa kehidupan sejati terletak pada ketaatan dan kepercayaan kepada Firman Tuhan, bukan pada pengaruh atau pendapat manusia.


Terjemahan ke Bahasa Indonesia (TB):

"Tetapi Yesus menjawab: 'Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.'


Ayat ini meneguhkan bahwa sebagai umat percaya, kita dipanggil untuk menjadikan firman Tuhan sebagai panduan utama dalam hidup, mengutamakan kehendak-Nya di atas segala pendapat manusia.


Cerita: Mengikuti Firman Tuhan di Tengah Tekanan Dunia

Di sebuah desa kecil bernama Galilea Baru, hiduplah seorang pemuda bernama Yosua. Ia dikenal sebagai pemuda yang rajin, sederhana, dan setia kepada ajaran Tuhan. Setiap pagi, ia memulai harinya dengan membaca Alkitab dan merenungkan firman Tuhan. Ayahnya adalah seorang petani, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga yang senantiasa mendorong anak-anaknya untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Namun, hidup Yosua tidak selalu mudah. Dalam usianya yang menginjak 23 tahun, ia sering menghadapi tekanan dari teman-temannya untuk mengikuti gaya hidup duniawi.

Pada suatu hari, Yosua menerima undangan dari teman-teman kuliahnya untuk menghadiri pesta ulang tahun salah satu dari mereka. Pesta itu dijanjikan akan menjadi acara yang mewah dengan makanan berlimpah, musik modern, dan tarian hingga larut malam. Namun, Yosua tahu bahwa pesta tersebut sering menjadi tempat di mana alkohol mengalir bebas dan banyak tindakan yang tidak memuliakan Tuhan dilakukan. Meski ia merasa ingin bersosialisasi dan menjadi bagian dari kelompoknya, hati kecilnya mengingatkan: "Apakah ini sesuai dengan firman Tuhan?"

Yosua mengingat ayat dalam 1 Korintus 10:31, "Apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." Ia merenung sepanjang malam, mencoba mencari hikmat dari Tuhan. Ia tahu bahwa keputusan ini bukan hanya tentang menghadiri sebuah pesta, tetapi tentang siapa yang akan ia pilih untuk dituruti: suara dunia atau suara Tuhan.

Keesokan harinya, Yosua memutuskan untuk berbicara dengan pendeta gerejanya. Pendeta Samuel mendengarkan kekhawatiran Yosua dengan penuh perhatian. “Yosua,” kata pendeta itu, “kehidupan Kristen memang sering menuntut kita untuk berdiri teguh di tengah arus dunia yang berlawanan. Tapi percayalah, ketaatan kepada Tuhan membawa damai yang tidak bisa diberikan oleh dunia ini.”

Meski mendapat penguatan, Yosua tetap merasa berat. Teman-temannya mulai mengejeknya karena dianggap "kolot" dan "terlalu religius." Salah satu temannya bahkan berkata, "Hidup ini cuma sekali, Yosua. Kenapa kamu mau menyia-nyiakan kesenanganmu?" Namun, Yosua tetap berpegang pada Matius 4:4, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Pada malam pesta, Yosua memilih untuk tidak hadir. Sebagai gantinya, ia mengunjungi rumah seorang teman lama yang sedang sakit. Ia membawa buah-buahan dan mendoakan kesembuhannya. Temannya itu, seorang pemuda bernama Daniel, sangat tersentuh oleh perhatian Yosua. “Terima kasih sudah datang, Yosua. Kehadiranmu membawa damai di hati saya,” kata Daniel dengan mata berkaca-kaca.

Ketika Yosua pulang malam itu, ia merasakan sukacita yang luar biasa. Ia sadar bahwa keputusannya untuk taat kepada Tuhan tidak hanya memuliakan Allah tetapi juga membawa dampak nyata bagi orang lain. Sukacita ini tidak sebanding dengan kesenangan sesaat yang mungkin ia rasakan di pesta tersebut.

Namun, cerita ini tidak berakhir di sana. Beberapa minggu kemudian, seorang teman yang menghadiri pesta itu datang kepada Yosua dengan raut wajah sedih. “Yosua, aku ingin minta maaf. Aku tahu aku salah mengejekmu. Aku merasa hidupku kosong. Aku melihat keteguhanmu dan ingin tahu, bagaimana kamu bisa begitu damai?” Yosua tersenyum dan berkata, “Kedamaian itu datang dari firman Tuhan. Ketika kita hidup untuk menyenangkan-Nya, Dia memberikan damai sejahtera yang melampaui segala akal.”

Mereka berbicara panjang lebar, dan pada akhirnya, teman tersebut memutuskan untuk datang ke gereja bersama Yosua. Dalam beberapa bulan, ia mulai mengenal Tuhan lebih dalam dan menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Keteguhan Yosua yang sederhana menjadi benih perubahan dalam kehidupan orang lain.


Renungan

  1. Ketaatan yang Berharga
    Kisah Yosua mengingatkan kita bahwa hidup sebagai orang percaya sering kali berarti memilih jalan yang berbeda dari dunia. Firman Tuhan adalah pelita bagi kaki kita (Mazmur 119:105), dan ketaatan kepada-Nya adalah bentuk penyembahan tertinggi.

  2. Tekanan Dunia
    Sebagai manusia, kita tidak bisa menghindari tekanan dari dunia. Teman-teman, media, dan budaya sering menawarkan jalan pintas menuju kebahagiaan, tetapi firman Tuhan menuntun kita kepada kebahagiaan yang kekal.

  3. Mengutamakan Tuhan
    Yosua menunjukkan bahwa keputusan kecil, seperti menolak pesta yang tidak sehat, adalah bagian dari ketaatan kepada Tuhan. Keputusan kecil ini memiliki dampak besar pada iman kita.

  4. Sukacita dalam Kebenaran
    Meskipun Yosua tidak menikmati kesenangan duniawi, ia menemukan sukacita yang sejati dalam melayani orang lain dan menaati Tuhan. Sukacita ini adalah bukti bahwa jalan Tuhan selalu lebih baik.

  5. Pengaruh yang Membawa Berkat
    Keteguhan Yosua membawa dampak positif bagi temannya yang sedang mencari arti hidup. Ini mengajarkan bahwa hidup kita dapat menjadi kesaksian bagi orang lain.

  6. Matius 4:4 sebagai Pedoman
    Firman ini mengajarkan bahwa kebutuhan rohani kita jauh lebih penting daripada kebutuhan fisik atau kesenangan dunia. Kita dipanggil untuk hidup dari firman Tuhan.

  7. Dukungan Rohani
    Berbicara dengan pendeta atau mentor rohani, seperti yang dilakukan Yosua, adalah cara yang baik untuk mendapatkan hikmat saat menghadapi keputusan sulit.

  8. Iman dalam Tindakan
    Yosua tidak hanya berkata bahwa ia hidup bagi Tuhan, tetapi ia juga membuktikannya melalui tindakannya. Ini mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17).

  9. Kekosongan Dunia
    Teman Yosua yang merasa hidupnya kosong adalah gambaran dari banyak orang di dunia ini yang mencari makna di tempat yang salah. Firman Tuhan memberikan arah dan tujuan sejati.

  10. Hidup yang Memberkati Orang Lain
    Ketika kita taat kepada Tuhan, hidup kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Ini adalah salah satu tujuan hidup kita sebagai orang percaya.

  11. Pilihan yang Sulit
    Kadang, memilih untuk taat kepada Tuhan berarti kehilangan hubungan atau kesempatan duniawi. Namun, pengorbanan ini tidak sebanding dengan berkat rohani yang kita terima.

  12. Dunia Tidak Akan Memahami
    Seperti teman-teman Yosua yang mengejeknya, dunia sering tidak memahami keputusan kita untuk hidup sesuai firman Tuhan. Namun, kita dipanggil untuk tetap setia.

  13. Dampak Kekal
    Keputusan Yosua tidak hanya memengaruhi hidupnya tetapi juga hidup orang lain. Ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan ketaatan memiliki dampak kekal.

  14. Firman yang Hidup
    Firman Tuhan adalah sumber kekuatan kita untuk menghadapi tantangan hidup. Ketika kita hidup dari firman, kita tidak akan pernah kekurangan hikmat.

  15. Hidup untuk Kemuliaan Tuhan
    Hidup Yosua mengajarkan bahwa tujuan utama kita adalah memuliakan Tuhan. Ketika kita mengutamakan Dia, hidup kita menjadi bermakna, penuh damai, dan membawa dampak positif bagi orang lain.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama