Sejarah Peristiwa Skisma Besar (The Great Schism)
1. Latar Belakang Teologis dan Kultural
Skisma Besar tahun 1054, juga dikenal sebagai Schism Timur-Barat, adalah perpecahan besar antara Gereja Barat (Katolik Roma) dan Gereja Timur (Ortodoks). Konflik ini tidak muncul secara mendadak, melainkan melalui serangkaian perbedaan teologis, politik, dan budaya yang berkembang selama berabad-abad. Secara teologis, perbedaan utama terletak pada doktrin Filioque, yakni pernyataan bahwa Roh Kudus "berasal dari Bapa dan Putra". Gereja Timur menolak tambahan ini karena tidak disetujui oleh konsili ekumenis. Secara kultural, perbedaan bahasa (Latin di Barat dan Yunani di Timur) memperdalam jurang komunikasi.
2. Struktur Kekuasaan Gereja yang Berbeda
Perpecahan ini juga dipicu oleh perbedaan pandangan mengenai otoritas gerejawi. Di Barat, Paus di Roma dianggap memiliki otoritas tertinggi atas seluruh umat Kristen. Namun, di Timur, gereja dipimpin secara kolegial oleh lima patriark utama, yaitu Roma, Konstantinopel, Alexandria, Antiokhia, dan Yerusalem, dengan Patriark Konstantinopel sebagai yang paling berpengaruh. Timur tidak menerima supremasi Paus Roma, yang semakin memperuncing hubungan kedua belah pihak.
3. Dampak Kekaisaran Romawi
Pembagian Kekaisaran Romawi menjadi dua bagian, Timur dan Barat, pada tahun 395 Masehi di bawah pemerintahan Theodosius I, juga memiliki dampak besar terhadap gereja. Kekaisaran Barat berpusat di Roma dan jatuh pada abad ke-5, sedangkan Kekaisaran Timur yang berpusat di Konstantinopel tetap bertahan sebagai Kekaisaran Bizantium. Dengan perbedaan ini, tradisi gerejawi dan praktik keagamaan berkembang secara terpisah, menciptakan dua identitas Kristen yang berbeda.
4. Peran Konflik Liturgis
Ketegangan liturgis antara Timur dan Barat semakin nyata ketika gereja-gereja Barat mulai menggunakan roti tak beragi (hostia) dalam Ekaristi, sementara gereja Timur tetap menggunakan roti beragi. Meskipun tampaknya sepele, perbedaan ini mencerminkan pandangan teologis yang lebih mendalam, di mana masing-masing tradisi menekankan simbolisme yang berbeda dalam sakramen.
5. Kebijakan Politik Kekaisaran Bizantium
Kekaisaran Bizantium sering campur tangan dalam urusan gerejawi, yang kadang-kadang menimbulkan ketegangan dengan Roma. Misalnya, Kaisar Bizantium Michael III mempromosikan Patriark Fotios sebagai kepala Gereja Konstantinopel pada abad ke-9, meskipun ia bukan pilihan Roma. Konflik ini dikenal sebagai Skisma Fotian dan menjadi pendahulu dari Skisma Besar.
6. Kontroversi Filioque
Tambahan Filioque ke dalam Kredo Nicea menjadi pemicu utama perpecahan. Gereja Barat menambahkan frase ini tanpa konsultasi dengan Gereja Timur, yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap keputusan konsili ekumenis sebelumnya. Timur berpegang teguh pada teks asli yang hanya menyebutkan bahwa Roh Kudus "berasal dari Bapa".
7. Perpecahan Tahun 1054
Pada tahun 1054, perpecahan resmi terjadi ketika Patriark Konstantinopel Michael Cerularius dan utusan Paus Leo IX, Kardinal Humbert, saling mengekskomunikasi. Perselisihan ini diawali oleh tindakan Cerularius yang menutup gereja-gereja Latin di Konstantinopel dan menolak klaim supremasi Roma. Sebagai balasan, Humbert menaruh dekrit ekskomunikasi di altar Hagia Sophia.
8. Ekskomunikasi Ganda
Ekskomunikasi tahun 1054 bukan hanya sekadar simbol konflik pribadi antara Michael Cerularius dan Paus Leo IX. Tindakan ini menegaskan perpecahan institusional yang lebih besar antara dua tradisi gereja. Ekskomunikasi ini tetap berlaku selama berabad-abad, memperkuat permusuhan antara Timur dan Barat.
9. Peran Perang Salib
Perpecahan ini semakin dalam akibat Perang Salib, terutama Perang Salib Keempat pada tahun 1204, ketika pasukan Latin menyerbu Konstantinopel dan mendirikan Kekaisaran Latin di sana. Penjarahan kota suci ini meninggalkan luka mendalam di hati umat Kristen Timur dan semakin memperlebar jarak antara kedua gereja.
10. Usaha Penyatuan yang Gagal
Beberapa usaha penyatuan dilakukan, seperti Konsili Lyon (1274) dan Konsili Florence (1439), tetapi tidak berhasil secara permanen. Gereja Timur menolak pengakuan terhadap otoritas Paus Roma, sementara umat Barat merasa bahwa kompromi teologis sulit dicapai.
11. Perbedaan dalam Doktrin Maria
Salah satu perbedaan lain yang mencolok adalah pandangan tentang Maria. Gereja Katolik Roma mengembangkan dogma Immaculate Conception (Maria dikandung tanpa dosa asal), yang tidak diterima oleh Gereja Ortodoks. Perbedaan ini mencerminkan pendekatan teologis yang berbeda dalam memahami dosa asal dan keselamatan.
12. Pengaruh Reformasi Protestan
Meskipun Reformasi Protestan pada abad ke-16 tidak langsung terkait dengan Skisma Besar, gerakan ini memperkuat perpecahan dengan menantang supremasi Paus. Gereja Katolik semakin terisolasi dari tradisi Timur karena fokus pada menghadapi tantangan internal.
13. Peran Kekuasaan Duniawi
Selain konflik teologis, faktor kekuasaan duniawi juga memainkan peran penting. Paus di Roma sering kali mencari dukungan dari penguasa Barat, seperti Charlemagne, untuk memperkuat posisinya, sementara Patriark Konstantinopel memiliki hubungan erat dengan kaisar Bizantium.
14. Tradisi Monastik yang Berbeda
Tradisi monastik juga berkembang secara terpisah. Gereja Timur terkenal dengan spiritualitas mistisnya, seperti ajaran Hesikasmus yang menekankan doa batin. Gereja Barat lebih menekankan karya amal dan reformasi monastik.
15. Bahasa dan Identitas Nasional
Bahasa Latin dan Yunani menjadi simbol identitas masing-masing gereja. Ketika Latin menjadi bahasa utama di Barat, Yunani tetap mendominasi di Timur. Perbedaan ini memperkuat jurang komunikasi teologis dan budaya.
16. Dampak Skisma pada Kehidupan Kristen
Skisma Besar memiliki dampak besar terhadap kehidupan umat Kristen. Di Barat, kekuasaan Paus menjadi tak tertandingi, sementara di Timur, gereja tetap terdesentralisasi. Meskipun kedua tradisi berbagi akar yang sama, mereka mengembangkan praktik dan teologi yang unik.
17. Dialog Modern antara Timur dan Barat
Sejak abad ke-20, ada usaha untuk memperbaiki hubungan. Pada tahun 1965, Paus Paulus VI dan Patriark Athenagoras I secara simbolis mencabut ekskomunikasi 1054. Meskipun perpecahan belum sepenuhnya diatasi, dialog terus berlangsung hingga hari ini.
18. Gereja Timur dan Pengaruhnya
Gereja Ortodoks Timur mempertahankan tradisi yang sangat kuno, termasuk liturgi yang rumit dan ikonografi. Pengaruhnya meluas ke wilayah Eropa Timur, Rusia, dan Timur Tengah, membentuk identitas budaya di daerah-daerah ini.
19. Gereja Katolik Roma di Abad Modern
Gereja Katolik Roma terus berkembang dengan struktur hierarkis yang kuat. Paus tetap menjadi figur sentral, dengan pengaruh global yang mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan budaya.
20. Warisan Skisma
Skisma Besar tetap menjadi salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Kekristenan. Perpecahan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh agama-agama besar dalam menjaga kesatuan di tengah perbedaan. Meskipun luka sejarah belum sepenuhnya sembuh, upaya rekonsiliasi memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi umat Kristen.