Sejarah Lengkap Konsili Konstantinopel
Konsili Konstantinopel adalah serangkaian pertemuan penting dalam sejarah Gereja Kristen yang diadakan untuk membahas doktrin, memperbaiki ajaran sesat, dan mempersatukan Gereja. Ada beberapa Konsili yang berlangsung di Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium (sekarang Istanbul, Turki). Berikut penjelasan lengkap mengenai Konsili Konstantinopel yang paling signifikan:
1. Konsili Konstantinopel I (381 M)
Latar Belakang
Konsili Konstantinopel I diadakan untuk mengatasi pertentangan teologis terkait ajaran Arianisme, yang menyangkal keilahian Yesus Kristus, serta untuk memperkuat doktrin tentang Roh Kudus. Ajaran Arianisme mengklaim bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan dan bukan Tuhan sejati. Hal ini bertentangan dengan pandangan ortodoks Gereja.
Pelaksanaan
- Konsili ini diadakan atas perintah Kaisar Theodosius I, seorang pendukung ajaran ortodoks.
- Dipimpin oleh para uskup Gereja Timur, termasuk Gregorius dari Nazianzus.
- Sekitar 150 uskup hadir.
Hasil
- Doktrin Trinitas diteguhkan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang setara dalam satu hakikat Ilahi.
- Roh Kudus diakui sebagai pribadi yang sejajar dengan Bapa dan Anak, melawan ajaran Pneumatomachian, yang merendahkan Roh Kudus.
- Kredo Nicea (325 M) diperluas menjadi Kredo Nicea-Konstantinopel, menegaskan iman Kristen ortodoks.
Signifikansi
Konsili ini diakui sebagai Konsili Ekumenis kedua oleh Gereja Katolik, Ortodoks, dan beberapa denominasi Protestan. Ini memperkuat dasar Trinitarianisme dalam Kekristenan.
2. Konsili Konstantinopel II (553 M)
Latar Belakang
Diadakan oleh Kaisar Yustinianus I untuk menengahi perselisihan antara kaum Chalcedonian (pendukung Konsili Chalcedon) dan Monofisit (yang percaya bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat ilahi).
Pelaksanaan
- Konsili ini dihadiri oleh uskup-uskup dari Gereja Timur.
- Banyak keputusan didikte oleh Kaisar Yustinianus I.
Hasil
- Mendukung Konsili Chalcedon (451 M) tetapi mengecam tulisan-tulisan tertentu yang dianggap mendukung Nestorianisme.
- Memperkuat kesatuan dalam Kekaisaran Bizantium dengan membela doktrin ortodoks.
Signifikansi
Meskipun kontroversial, Konsili ini diakui sebagai bagian dari tradisi ekumenis.
3. Konsili Konstantinopel III (680–681 M)
Latar Belakang
Fokus utama adalah Monotelitisme, ajaran yang menyatakan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak ilahi, meskipun memiliki dua kodrat (manusia dan ilahi).
Pelaksanaan
- Dipimpin oleh Kaisar Konstantinus IV.
- Sekitar 170 uskup hadir.
Hasil
- Monotelitisme ditolak, dan dinyatakan bahwa Kristus memiliki dua kehendak (manusiawi dan ilahi) yang bekerja dalam harmoni sempurna.
- Keputusan ini menegaskan kembali ajaran Konsili Chalcedon.
Signifikansi
Konsili ini memperkuat doktrin tentang kodrat Kristus yang menjadi dasar iman Kristen ortodoks.
4. Konsili Konstantinopel IV (869–870 M / 879–880 M)
Latar Belakang
Konsili ini memiliki dua versi yang saling bersaing:
- Versi Barat (869–870 M): Diakui oleh Gereja Katolik, membahas skisma antara Patriark Photius I dan Paus.
- Versi Timur (879–880 M): Diakui oleh Gereja Ortodoks, mengembalikan Patriark Photius dan menolak beberapa keputusan Konsili sebelumnya.
Pelaksanaan dan Hasil
- Konsili ini merupakan awal dari perpecahan besar antara Gereja Barat (Katolik) dan Timur (Ortodoks), meskipun dampak penuh dari skisma baru terjadi pada 1054 M.
Signifikansi
Perpecahan antara Barat dan Timur mulai terlihat jelas dalam konsili ini, meskipun penyebab utama skisma terkait isu kekuasaan Paus dan Filioque (penambahan dalam Kredo Nicea-Konstantinopel).
Kesimpulan
Konsili Konstantinopel memainkan peran penting dalam membentuk doktrin Kristen, menentang ajaran sesat, dan memperkuat dasar iman Gereja. Hasil dari konsili-konsili ini terus memengaruhi tradisi Kekristenan hingga hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar