Judul: Abraham Tak Terbakar Api: Midrash & Kisah Bileam di Pergamus
1. Pendahuluan Dalam perjalanan sejarah iman, manusia selalu diperhadapkan pada dua kekuatan besar: kekuasaan duniawi dan kesetiaan kepada Tuhan. Kisah-kisah kuno, baik yang tercatat dalam Alkitab maupun dalam tradisi Midrash Yahudi, menyuarakan ketegangan ini dengan sangat kuat. Salah satu kisah Midrash yang menarik namun kurang dikenal adalah tentang Abraham yang dilempar ke dalam api oleh Raja Nimrod, namun tidak terbakar.
Di sisi lain, kitab Wahyu, khususnya dalam surat kepada jemaat di Pergamus, menyingkapkan peringatan keras kepada mereka yang menyimpang dari iman karena mengikuti ajaran Bileam, seorang nabi yang dikenal dalam kisah Bilangan sebagai tokoh yang nyaris dikendalikan oleh motif materi dan kompromi.
Menariknya, kedua kisah ini – yang satu dari Midrash, yang lain dari Kitab Wahyu – bermuara pada satu isu yang sama: bagaimana umat Allah menjaga kemurnian iman di tengah tekanan dan godaan penyembahan berhala.
Artikel ini bertujuan mengeksplorasi kedua narasi tersebut secara mendalam, menempatkannya dalam konteks teologis dan historis, serta menggali maknanya bagi kehidupan orang percaya di zaman sekarang.
2. Abraham Tak Terbakar Api: Telaah Midrash Kisah Abraham yang tidak terbakar oleh api bukanlah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani, tetapi berasal dari literatur Midrash Rabbah, Pirkei de-Rabbi Eliezer, dan beberapa tradisi Yahudi kuno lainnya.
2.1 Latar Cerita Menurut Midrash, Abraham hidup pada zaman Raja Nimrod, penguasa besar yang disebutkan secara singkat dalam Kejadian 10:8-10. Nimrod digambarkan sebagai raja yang sombong dan memerintahkan rakyatnya untuk menyembah berhala, bahkan konon menyatakan dirinya sebagai dewa.
Ketika Abraham menolak menyembah berhala dan menghancurkan patung-patung ayahnya, Terah, Nimrod murka dan memerintahkan agar Abraham dilempar ke dalam api yang menyala-nyala sebagai bentuk hukuman.
Namun, yang terjadi kemudian sangat mengejutkan: Abraham tidak terbakar. Api yang besar itu tidak mampu membinasakannya. Dalam beberapa versi kisah, disebut bahwa Malaikat Mikhael turun menyelamatkan Abraham, dalam versi lain Tuhan sendiri menyelamatkannya.
2.2 Makna Simbolik Api adalah simbol penghakiman, kekuasaan, dan pemusnahan dalam budaya kuno. Ketika Abraham tidak terbakar, ia menjadi simbol iman yang tidak dapat dikalahkan oleh kekuasaan duniawi.
Midrash ini juga menjadi pendahulu dari kisah-kisah serupa dalam Alkitab seperti:
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dalam Daniel 3, yang juga selamat dari api karena kesetiaan mereka.
Daniel di gua singa (Daniel 6).
Bahkan sampai ke Kitab Wahyu, di mana umat Tuhan tetap teguh di bawah tekanan kekaisaran Roma.
3. Teologi Iman dan Tantangan Kekuasaan: Dari Abraham ke Daniel Abraham dalam Midrash adalah gambaran dari iman yang menolak tunduk pada tekanan kekuasaan. Ia bukan hanya seorang tokoh sejarah, tapi juga representasi dari umat percaya yang memilih Allah meskipun harus berhadapan dengan risiko besar.
3.1 Kekuasaan sebagai Ujian Iman Kekuasaan duniawi, seperti yang diperlihatkan oleh Nimrod, sering kali menuntut loyalitas total, termasuk penyembahan dan pengakuan sebagai otoritas ilahi. Dalam dunia modern, ini bisa berupa sistem politik, ideologi tertentu, atau bahkan budaya populer.
3.2 Api sebagai Metafora Pengujian Seperti dalam 1 Petrus 1:7: "...supaya ujian terhadap imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji dengan api..."
Kisah Abraham menunjukkan bahwa iman yang murni tidak akan hancur oleh api, justru menjadi semakin bernilai.
3.3 Kaitan dengan Daniel Cerita dalam Daniel 3 secara teologis paralel dengan Midrash Abraham:
Tekanan dari penguasa (Nebukadnezar / Nimrod)
Ancaman hukuman mati melalui api
Keselamatan supranatural dari Allah
Keberanian untuk menyembah hanya Tuhan sejati
4. Kisah Bileam dalam Perjanjian Lama: Nabi yang Tergoda Kuasa Berbeda dari Abraham yang teguh dalam iman, Bileam adalah contoh tokoh yang bermain di dua kaki—mengaku mendengarkan Allah, tetapi terbuka terhadap dorongan material dan kehormatan duniawi.
4.1 Narasi Utama Kisah Bileam terdapat dalam Bilangan 22–24, di mana Raja Balak dari Moab meminta Bileam untuk mengutuk Israel. Bileam pada awalnya menolak, karena Tuhan tidak mengizinkannya. Namun, setelah menerima tawaran yang lebih besar, ia berangkat, walaupun hati dan motivasinya sudah bercampur.
Tuhan memperingatkannya lewat keledai yang berbicara dan bahkan malaikat dengan pedang. Tapi Bileam tetap berangkat.
Meskipun Tuhan memaksanya untuk memberkati Israel, di balik layar Bileam memberikan nasihat kepada Balak agar menggoda bangsa Israel dengan wanita Moab dan menyuruh mereka beribadah kepada Baal-Peor (Bilangan 25; 31:16).
4.2 Masalah Karakter Bileam dikenal sebagai:
Seorang nabi yang mampu mendengar suara Tuhan, tapi...
Tidak memiliki ketulusan dan kemurnian motivasi
Menjadi alat kompromi antara iman dan godaan kekuasaan
5. Jemaat di Pergamus dan Ajaran Bileam: Tafsir Wahyu 2:13-14 Dalam Wahyu 2:13-14, Yesus berbicara kepada jemaat di Pergamus:
"Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di tempat takhta Iblis... Tetapi Aku mencela engkau karena engkau di sana memiliki orang-orang yang mengikuti ajaran Bileam..."
5.1 Pergamus: Kota Kekaisaran dan Berhala Pergamus adalah pusat penyembahan kaisar, dengan kuil besar untuk Kaisar dan dewa-dewa Romawi seperti Zeus dan Asklepios. Kota ini secara simbolis disebut sebagai "takhta Iblis" karena merupakan pusat kompromi dan tekanan iman.
5.2 Ajaran Bileam dalam Konteks Jemaat Mengikuti ajaran Bileam berarti:
Menggabungkan penyembahan Tuhan dengan budaya penyembahan berhala
Berkompromi secara moral dan spiritual demi kenyamanan atau keselamatan
Mengizinkan dosa dan ajaran sesat meracuni jemaat
Yesus memuji sebagian dari jemaat yang tetap setia, namun juga mencela mereka yang toleran terhadap ajaran sesat, seperti yang terjadi pada Bileam.