TARGUM YONATAN



Targum Yonatan adalah salah satu karya penting dalam tradisi Yahudi yang merupakan terjemahan dan tafsiran (eksposisi) dari Kitab Suci Ibrani ke dalam bahasa Aram. Secara khusus, Targum Yonatan merujuk pada terjemahan kitab-kitab Nabi (Nevi'im), yang mencakup kitab-kitab seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Kitab Nabi-nabi Kecil. Dalam tradisi Yahudi, Targum Yonatan memiliki kedudukan yang signifikan karena selain menerjemahkan teks, ia juga memberikan interpretasi teologis dan penjelasan yang mencerminkan pandangan rabinik pada zamannya.

Latar Belakang Sejarah

Targum-targum secara umum berkembang pada periode setelah pembuangan Babel (sekitar abad ke-5 SM), ketika banyak orang Yahudi tidak lagi fasih berbahasa Ibrani karena pengaruh bahasa Aram yang menjadi lingua franca. Kebutuhan akan tafsiran dalam bahasa Aram menjadi semakin penting untuk menjembatani pemahaman teks-teks suci.

Nama "Yonatan" yang disematkan pada Targum ini sering kali dikaitkan dengan Yonatan ben Uzziel, seorang murid besar dari Hillel yang Tua, seorang tokoh rabinik terkenal pada abad pertama Masehi. Namun, tradisi ini diperdebatkan, dan beberapa sarjana modern berpendapat bahwa Targum Yonatan seperti yang kita kenal sekarang merupakan produk redaksi yang lebih belakangan, kemungkinan besar pada periode Amoraim (abad ke-3 hingga ke-5 M).

Ciri Khas Targum Yonatan

  1. Bahasa Aram:

    • Bahasa yang digunakan dalam Targum Yonatan adalah Aram Palestina, yang berbeda sedikit dengan Aram Babilonia yang ditemukan dalam Targum Onkelos (terjemahan Taurat).
  2. Konteks dan Penafsiran:

    • Targum Yonatan bukan sekadar terjemahan literal; ia menyisipkan banyak tafsiran midrasik dan komentar teologis untuk menjelaskan makna ayat. Hal ini sering kali dimaksudkan untuk melindungi doktrin Yahudi dari pengaruh asing atau bid'ah.
  3. Ekspansi dan Penambahan:

    • Ayat-ayat dalam teks sering diperluas untuk menyertakan konteks historis, teologis, atau narasi tambahan yang tidak ada dalam teks asli. Sebagai contoh, nubuat tentang Mesias atau penghakiman sering dijelaskan lebih rinci.
  4. Penafsiran Messianik:

    • Targum Yonatan sering mengandung rujukan pada konsep Mesias Yahudi. Misalnya, nubuat dalam Yesaya 53, yang dalam tradisi Kristen dipahami sebagai merujuk pada Yesus Kristus, dalam Targum Yonatan diberi penafsiran sebagai nubuat mengenai penderitaan Israel atau Mesias dalam konteks akhir zaman.
  5. Anti-Idolatri:

    • Penafsiran dalam Targum Yonatan sering dimodifikasi untuk menghindari kesan politeisme atau antropomorfisme dalam penggambaran Tuhan. Misalnya, ketika teks Ibrani berbicara tentang Tuhan "berjalan" atau "berbicara langsung", Targum Yonatan akan menggunakan frasa seperti "Firman Tuhan" (Memra) untuk menggambarkan tindakan tersebut.
  6. Penyederhanaan dan Modernisasi:

    • Beberapa bagian teks Ibrani yang sulit atau puitis diterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami oleh pembaca umum pada waktu itu.

Isi dan Contoh Penafsiran

Kitab Yesaya (Yesaya 9:5-6)

Teks asli berbicara tentang seorang anak yang akan lahir dan diberikan gelar seperti "Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Dalam Targum Yonatan, teks ini ditafsirkan sebagai nubuat tentang raja Mesias dan menghindari penerapan gelar ilahi secara langsung kepada Mesias. Teks tersebut diperluas untuk menekankan pemerintahan damai dan keadilan yang akan dibawa oleh Mesias.

Kitab Yehezkiel (Yehezkiel 1:26)

Dalam visi Yehezkiel tentang tahta ilahi, deskripsi antropomorfik tentang Tuhan di atas tahta diterjemahkan oleh Targum Yonatan dengan mengganti istilah "rupa seorang manusia" dengan "kemuliaan hadirat Tuhan" untuk menghindari gambaran fisik Tuhan.

Peran dan Pengaruh

  1. Pengajaran:

    • Targum Yonatan digunakan dalam konteks liturgi di sinagoga selama pembacaan kitab Nabi. Pembacaan teks Ibrani sering diikuti oleh pembacaan Targum untuk menjelaskan isinya kepada jemaat.
  2. Pengaruh Rabinik:

    • Banyak ide dan interpretasi dalam Targum Yonatan memengaruhi pemikiran para rabbi dalam Talmud dan Midrash.
  3. Studi Teologi:

    • Targum ini menjadi sumber penting dalam studi tentang bagaimana tradisi Yahudi memahami nubuat, eskatologi, dan hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
  4. Dialog Antaragama:

    • Penafsiran dalam Targum Yonatan sering dibandingkan dengan pandangan Kristen mengenai nubuat-nubuat tertentu, terutama dalam konteks Mesianik.

Kesimpulan

Targum Yonatan adalah karya monumental yang mencerminkan usaha para rabi untuk menghubungkan teks kitab suci dengan konteks budaya dan teologis mereka. Dengan bahasa Aram yang menjadi penghubung antara teks asli dan audiensnya, Targum ini tidak hanya berfungsi sebagai terjemahan tetapi juga sebagai komentar teologis yang kaya. Ia membantu umat Yahudi memahami kitab Nabi dengan cara yang sesuai dengan doktrin dan tradisi mereka, menjadikannya bagian integral dari warisan intelektual Yahudi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama