Tipe ikonografik Christus Pantokrator (Penguasa Segala Sesuatu) menampilkan Keagungan Sang Pancipta dan Sang Penebus sekaligus. Ialah yang memimpin arah perjalanan seisi kosmos, bukan dalam suatu Dzat yang tak terpahami, tetapi menjelma, atau mengejawantah, atau berinkarnasi menjadi manusia, dalam Pribadi Yesus Kristus. Ciri khas Christus Pantokrator adalah sebuah kitab terbuka di tangan Yesus sebelah kiri, sementara tangan kanannya terangkat di depan dada dengan posisi memberkati.
Kristus berselubungkan jubah biru tua, sebagai lambang surga dan keilahian. Baju yang dikenakan Kristus adalah merah tua, yang melambangkan kemanusiaan, kehinaan dan kerelaan-Nya untuk menjadi manusia, bahkan seorang hamba nan hina dina. Dia Allah sejati, lagi manusia sejati. Dialah yang ilahi dan yang kekal, namun demikian Ia pun mengenakan kemanusiaan yang sesungguhnya. Demikianpun bila kita melihat kemanusiaan Yesus, tak dapat kita berhenti pada sosok kesederhanaan dan bela rasa-Nya, tetapi juga sebuah realitas bahwa Ia tetap yang ilahi. Pada bahu kanan ke bawah, dapat diamati adanya hiasan baju berwarna kuning, yang merupakan pelambang kemuliaan.
Rambut Kristus tampak sangat lebat, dan terurai ke pundak sebelah kanan dan ke belakang, mengingatkan kita bahwa Ia kini berada di sebelah kanan Allah Bapa, yang Mahakuasa. Sejenak, rambut Yesus ini tampak terlalu tebal! Tidak realistik untuk ukuran manusia normal. Dalam ikonologi, hal ini memang disengaja. Para ikonografer dengan seksama memilih cara untuk tidak menggambar dengan persis dan tepat, oleh sebab mereka melihat adanya perbedaan ontologis antara kekekalan dan kesementaraan, meski kedua-duanya bukan tak ada keterkaitan. Oleh karena itu, jika sebuah ikon itu makin tak nampak terlalu "realistik," maka makin dekatlah ia kepada realm di mana Allah sedang bertakhta.
Gerakan tangan kanan Tuhan Yesus adalah pemberian berkat (dalam gaya Gereja Ortodoks). Perhatikan bahwa gerak tangan kanan ini pun menunjukkan ke-Trinitas-an Allah serta dua natur Kristus sebagai Allah sejati dan manusia sejati. Jika kita perhatikan baik-baik, maka ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking dalam posisi tegak, yang melambangkan Trinitas, sedangkan jari tengah dan jari manis saling rapat dan agak ditekuk, melambangkan dua natur Kristus.
Doktrin Trinitas dan ke-dua-natur-an Kristus memang menempati posisi utama dalam teologi Gereja Ortodoks. Kedua doktrin ini bahkan menjadi keyakinan kendali teologi Ortodoks. Semua tradisi dalam Kekristenan yang mengaku mewarisi asas rasuli, pasti mengingat dua persidangan Gereja Am di Nicea-Konstantinopel dan di Kalsedon, sebab dalam dua konsili inilah, problema Trinitas dan Ke-dua-natur-an Kristus mendapatkan jawabannya secara tegas dan gamblang.
Perhatikan kembali tangan kanan Kristus! Gerak tangan itu jelas sekali menunjuk ke kitab yang terbuka di tangan kiri-Nya. Kristus hendak mengomunikasikan sesuatu! Ia tidak berkata-kata, mulut-Nya tertutup, tetapi Ia menawarkan kepada orang-orang saleh, para pengikut-Nya yang setia, akan siapa Dia yang sebenarnya. Beberapa versi ikon Christus Pantokrator melukiskan kitab itu terbuka tepat pada Matius 11:28, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Sejumlah versi lain menunjuk Yohanes 10:9, "Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput," atau ayat 11, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."
Selamat mengenal Kristus!
Terpujilah Allah!