1. Asal-usul dan Latar Belakang
Pengakuan Iman Rasuli atau dalam bahasa Latin disebut Symbolum Apostolorum adalah rumusan pengakuan iman Kristen yang berasal dari Gereja awal, dan merupakan salah satu simbol iman tertua dalam tradisi Kristen Barat.
Apakah benar para rasul menulisnya?
Meskipun disebut sebagai "Pengakuan Iman Rasuli", para penulisnya bukanlah dua belas rasul yang hidup pada abad pertama. Namun, pengakuan ini diyakini berasal dari ajaran lisan yang diturunkan oleh para rasul kepada para murid mereka, dan kemudian dikodifikasikan oleh Gereja di Roma dalam bentuk tertulis secara bertahap.
Bentuk awal pengakuan iman
Pengakuan ini berakar dari pengakuan iman baptisan yang digunakan dalam Gereja perdana. Dalam prosesi baptisan, seseorang ditanya tiga pertanyaan:
-
Apakah engkau percaya kepada Allah Bapa, Pencipta langit dan bumi?
-
Apakah engkau percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita?
-
Apakah engkau percaya kepada Roh Kudus?
Tiga pertanyaan ini kemudian berkembang menjadi kerangka Trinitas dalam Pengakuan Iman Rasuli. Dari sinilah muncul bentuk pengakuan yang lebih lengkap seiring berkembangnya teologi Kristen.
Asal mula geografis
Dokumen tertulis yang menyerupai pengakuan ini pertama kali muncul dalam bentuk “Symbolum Romanum” (Simbol Roma) sekitar abad ke-2 di Gereja Roma. Simbol Roma adalah bentuk pengakuan iman singkat yang menjadi dasar dari versi final Pengakuan Iman Rasuli.
2. Perkembangan dan Penetapan
Dari lisan ke tulisan
Awalnya, pengakuan iman ini bersifat lisan, dipakai untuk pengajaran dan upacara baptisan. Seiring berjalannya waktu, Gereja merasa perlu untuk menuliskannya secara resmi, terutama dalam menghadapi ajaran sesat (heresy) yang berkembang di abad ke-2 dan ke-3.
Penyusunan versi final
Versi lengkap dari Pengakuan Iman Rasuli kemungkinan besar disusun antara abad ke-4 hingga ke-5, saat Kekristenan mulai menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi di bawah Kaisar Konstantinus. Perkembangan ini dipengaruhi oleh kebutuhan untuk:
-
Meneguhkan ajaran iman yang ortodoks (benar).
-
Melindungi umat dari pengaruh ajaran sesat seperti Arianisme (yang menyangkal keilahian Kristus), Gnostisisme, dan Donatisme.
Hubungan dengan Konsili Ekumenis
Meskipun Pengakuan Iman Rasuli tidak ditetapkan oleh Konsili Nicea (325 M) atau Konsili Konstantinopel (381 M), ia hidup berdampingan dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel yang digunakan dalam tradisi Timur. Sementara itu, Gereja Barat lebih sering menggunakan Pengakuan Iman Rasuli dalam liturgi harian dan pengajaran dasar iman.
3. Tujuan dan Fungsi
Pengakuan Iman Rasuli bukan hanya merupakan pernyataan doktrinal, tetapi juga berfungsi praktis dalam kehidupan iman dan liturgi umat Kristen.
a. Sebagai alat pengajaran (katekese)
Gereja perdana menggunakan pengakuan ini sebagai ringkasan pokok-pokok ajaran Kristen yang harus diketahui oleh para katekumen (calon baptisan). Dalam masa persiapan baptisan, para katekumen diminta untuk menghafal dan memahami isi pengakuan ini.
b. Sebagai bagian dari ibadah (liturgi)
Pengakuan ini digunakan secara rutin dalam ibadah:
-
Pada saat baptisan, sebagai pernyataan iman.
-
Dalam Misa atau kebaktian Minggu, sebagai bagian dari doa atau pengakuan bersama umat.
-
Dalam doa-doa pribadi, seperti Rosario dalam tradisi Katolik.
c. Sebagai dasar penyatuan iman
Dalam dunia Kristen yang beragam, Pengakuan Iman Rasuli menjadi dasar kesatuan karena isinya mengandung elemen-elemen universal iman Kristen (Trinitas, inkarnasi Kristus, kebangkitan, pengampunan dosa, dsb).
d. Alat untuk menentang ajaran sesat
Di masa para Bapa Gereja, pengakuan ini dipakai untuk menentang dan membedakan diri dari ajaran-ajaran sesat yang berkembang, seperti:
-
Gnostisisme: Menyangkal bahwa Yesus sungguh-sungguh menjadi manusia.
-
Arianisme: Menolak keilahian Yesus.
-
Docetisme: Menyatakan bahwa penderitaan Yesus hanya ilusi.
4. Isi dan Struktur Pengakuan
Pengakuan Iman Rasuli terdiri dari tiga bagian utama, yang mencerminkan iman kepada Tritunggal Mahakudus:
a. Iman kepada Allah Bapa
Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
Bagian ini menyatakan iman akan monoteisme (Allah yang Esa), sebagai Pencipta segala sesuatu. Ini menegaskan bahwa iman Kristen berakar pada iman Yahudi yang percaya kepada Allah yang transenden dan personal.
b. Iman kepada Yesus Kristus
Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita;
yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria;
yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut;
pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati;
naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa;
dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Bagian terpanjang ini menjelaskan Kristologi dasar: inkarnasi, penderitaan, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kedatangan kembali Yesus. Ini adalah inti keselamatan menurut ajaran Kristen.
c. Iman kepada Roh Kudus dan Gereja
Aku percaya kepada Roh Kudus;
Gereja yang kudus dan am;
persekutuan orang kudus;
pengampunan dosa;
kebangkitan tubuh;
dan hidup yang kekal. Amin.
Bagian terakhir menegaskan peran Roh Kudus dalam membentuk Gereja, pengampunan, dan pengharapan akan kehidupan kekal.