Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN PAGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN PAGI. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Juni 2025

RENUNGAN PAGI - 16 JUNI 2025

 


Renungan Pagi – Senin, 16 Juni 2025

Judul: Diperbarui untuk Melangkah Lagi
Ayat Bacaan:
"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Yesaya 40:31 (TB)


Renungan Lengkap:

Hari ini adalah hari Senin—awal dari minggu yang baru. Bagi sebagian orang, hari Senin terasa berat. Ada pekerjaan menumpuk, tanggung jawab yang menanti, dan tekanan yang tidak sedikit. Mungkin akhir pekan terasa terlalu cepat berlalu dan kamu belum siap untuk kembali menjalani rutinitas. Tapi pagi ini, mari kita mengalihkan pandangan kita bukan kepada beban yang menanti, melainkan kepada Tuhan yang sanggup memperbarui kekuatan kita.

Nabi Yesaya menyampaikan pesan ini kepada umat Israel yang lelah karena pembuangan. Mereka merasa Tuhan telah meninggalkan mereka. Tapi di tengah keputusasaan, Yesaya mengingatkan bahwa Tuhan tidak pernah lelah, dan Dia memberi kekuatan kepada yang letih. Bahkan orang muda pun bisa lesu, tetapi mereka yang menanti-nantikan Tuhan—yang berharap, percaya, dan berserah—akan diperbarui.

Kita seperti rajawali yang tidak mengandalkan tenaga sendiri untuk terus terbang, tetapi memanfaatkan hembusan angin untuk naik lebih tinggi. Begitu juga orang percaya: kita tidak bertumpu pada kekuatan sendiri, tetapi bersandar pada kuasa dan janji Tuhan.

Pagi ini adalah kesempatan baru. Rahmat Tuhan selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:23), dan itu berarti kita tidak menjalani hari ini dengan kekuatan kemarin. Tuhan menyediakan kekuatan yang cukup untuk hari ini. Kekuatan untuk menghadapi tekanan pekerjaan, kesabaran dalam mengurus keluarga, hikmat dalam mengambil keputusan, dan damai sejahtera di tengah kekacauan.

Saat kamu menanti-nantikan Tuhan pagi ini—melalui doa, pembacaan firman, atau hanya dalam keheningan iman—Tuhan bekerja dalam hatimu. Ia memperbarui semangat yang pudar, menggantikan keputusasaan dengan harapan, dan membangkitkan tekad untuk terus melangkah meski jalan terasa panjang.


Refleksi Pribadi:

  1. Apakah aku merasa lelah secara fisik, emosional, atau rohani pagi ini?

  2. Sudahkah aku benar-benar menanti-nantikan Tuhan dan membuka ruang bagi-Nya memperbarui hidupku?

  3. Dalam hal apa aku bisa bersandar pada kekuatan Tuhan hari ini?


Doa Pagi:

Tuhan yang Mahakuasa, pagi ini aku mengangkat hatiku kepada-Mu. Aku bersyukur atas nafas kehidupan yang masih Engkau berikan. Di awal minggu ini, aku mengakui bahwa aku tidak selalu kuat, tidak selalu semangat, dan tidak selalu siap. Tapi aku percaya, Engkau yang memberi kekuatan baru bagi setiap orang yang berharap kepada-Mu. Perbarui hatiku, pikiranku, dan tubuhku untuk menjalani hari ini dengan iman dan pengharapan. Aku percaya Engkau akan berjalan bersamaku dalam setiap langkah. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Minggu, 15 Juni 2025

RENUNGAN PAGI - KASIH SETIA-NYA TIDAK PERNAH BERUBAH

 


Renungan Pagi – Minggu, 15 Juni 2025

Judul: Kasih Setia-Nya Tak Pernah Berubah
Ayat Bacaan:
"Sebab kasih setia TUHAN tak berkesudahan, rahmat-Nya tidak habis-habisnya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"
Ratapan 3:22–23 (TB)


Renungan Lengkap:

Pagi ini, kita terbangun di hari baru, dengan napas kehidupan yang masih Tuhan berikan. Betapa sering kita lupa bahwa setiap pagi adalah bukti nyata bahwa kasih dan rahmat Tuhan belum habis atas hidup kita. Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, berita buruk, perubahan yang begitu cepat, dan berbagai beban hidup yang kadang membuat sesak, ada satu hal yang pasti: kasih setia Tuhan tidak berubah.

Ayat dalam Kitab Ratapan ini ditulis dalam suasana duka yang mendalam. Yeremia menyaksikan kehancuran Yerusalem—sebuah kota yang menjadi simbol kehadiran Allah bagi umat Israel. Ia melihat penderitaan umat Tuhan, kehancuran, dan hukuman atas dosa. Namun, di tengah ratapan dan penderitaan itu, Yeremia membuat deklarasi iman yang luar biasa: "Kasih setia TUHAN tak berkesudahan, rahmat-Nya tidak habis-habisnya, selalu baru tiap pagi."

Pernyataan ini bukan sekadar penghiburan manis, tetapi pengakuan iman yang lahir dari pergumulan yang sungguh-sungguh. Yeremia memilih untuk melihat kebaikan Tuhan meskipun secara kasat mata keadaan seolah-olah tidak menunjukkan itu. Ia percaya bahwa di balik kehancuran dan rasa sakit, ada rahmat Tuhan yang tetap bekerja dan akan memulihkan.

Setiap pagi, Tuhan menyediakan rahmat yang baru. Artinya, Tuhan tidak memberi kita sisa dari hari kemarin, tetapi pemberian baru yang segar, cukup untuk menolong kita menghadapi hari ini. Kita tidak perlu bertumpu pada kekuatan kita sendiri, karena Tuhan sendiri menjamin penyertaan-Nya lewat kasih setia-Nya.

Jika pagi ini kamu terbangun dengan rasa letih, khawatir akan masa depan, merasa gagal, atau patah semangat—ingatlah bahwa Tuhan tetap setia. Kesetiaan Tuhan tidak tergantung pada kebaikan kita. Bahkan ketika kita gagal, kasih-Nya tetap ada. Bahkan saat kita merasa tidak layak, anugerah-Nya tidak ditarik kembali.

Hari Minggu ini adalah hari yang indah untuk mengingat dan merayakan kesetiaan Tuhan. Jika kamu pergi ke gereja, biarlah pujianmu penuh syukur. Jika kamu berada di rumah, biarlah hatimu tetap terbuka untuk menyembah Dia. Apa pun aktivitasmu, mulailah hari dengan keyakinan bahwa kasih Tuhan cukup untuk hari ini, dan akan tetap ada besok.


Refleksi Pribadi:

  1. Apakah aku menyadari bahwa setiap pagi adalah bukti rahmat Tuhan yang baru dalam hidupku?

  2. Apa bentuk kasih setia Tuhan yang bisa aku syukuri hari ini, meskipun dalam keadaan sulit?

  3. Bagaimana aku bisa menjadi cermin dari kasih setia Tuhan kepada orang-orang di sekitarku?


Doa Pagi:

Tuhan yang setia, aku bersyukur untuk pagi yang baru ini. Terima kasih karena rahmat-Mu tidak pernah habis. Ketika aku merasa lelah, Engkau memberi kekuatan baru. Ketika aku ragu, Engkau tetap setia. Hari ini, aku menyerahkan segala rencana, pekerjaan, dan pikiranku ke dalam tangan-Mu. Biarlah hidupku hari ini menjadi kesaksian tentang kasih dan kesetiaan-Mu yang tidak pernah berubah. Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.

Sabtu, 14 Juni 2025

RENUNGAN PAGI - DAMAI DI TENGAH PENANTIAN

 


Renungan Pagi – Sabtu, 14 Juni 2025

Judul: Damai di Tengah Penantian
Ayat Bacaan: "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya."
Mazmur 37:7 (TB)


Deskripsi Renungan:

Pagi ini, kita diundang untuk merenungkan sebuah sikap hati yang mungkin paling sulit dilakukan oleh manusia modern: berdiam dan menanti. Dalam dunia yang serba cepat, segala sesuatu tampaknya harus segera. Kita terbiasa dengan "instan"—makanan instan, pengiriman instan, bahkan informasi pun serba instan. Namun, di tengah budaya yang serba cepat ini, Tuhan memanggil kita untuk berdiam di hadapan-Nya dan menantikan Dia.

Mazmur 37 adalah nasihat dari Daud yang penuh hikmat, khususnya bagi orang percaya yang hidup di tengah situasi yang tampaknya tidak adil. Daud mengakui bahwa seringkali orang yang hidup dengan cara yang curang justru tampak berhasil. Mereka tidak takut akan Tuhan, tetapi hidup mereka tampaknya sejahtera dan penuh kemajuan. Kita bisa merasa iri atau bahkan marah melihat ketidakadilan itu.

Namun ayat ini berkata: "Jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya." Artinya, kita tidak boleh membandingkan hidup kita dengan mereka yang memperoleh keberhasilan dengan cara yang tidak benar. Fokus kita bukanlah pada jalan mereka, tetapi pada kesetiaan Tuhan dalam hidup kita. Penantian dalam Tuhan adalah penantian yang tidak pernah sia-sia.

Berdiam bukan berarti menyerah. Dalam bahasa Ibrani, kata "berdiam" di sini mengandung makna menenangkan diri, berserah, dan menaruh harapan yang dalam kepada Tuhan. Ini adalah posisi rohani di mana seseorang percaya bahwa Tuhan tahu apa yang sedang Dia lakukan, bahkan ketika kita tidak mengerti jalan-Nya.

Mungkin hari ini engkau sedang menantikan banyak hal—jawaban doa yang belum datang, pengakuan dari orang lain, kesembuhan, pasangan hidup, pekerjaan yang lebih baik, atau kelulusan studi. Penantian bisa terasa sangat berat dan panjang, terutama saat kita melihat orang lain seolah-olah melaju cepat dalam hidup mereka. Namun, Mazmur 37 ingin mengingatkan bahwa hidup orang benar diatur oleh Tuhan, dan Dia "berkenan kepada jalan hidupnya" (Mazmur 37:23).

Tuhan tidak pernah lalai. Waktu-Nya bukan hanya tepat, tetapi sempurna. Ketika Dia meminta kita untuk menanti, itu bukan karena Dia lupa, tetapi karena ada pekerjaan penting yang sedang Ia lakukan dalam diri kita—pekerjaan pembentukan, penguatan iman, dan penyucian hati.

Pagi ini, mari belajar mempercayai Tuhan lebih dari logika dan kecepatan dunia ini. Jika kita sungguh percaya bahwa Tuhan itu baik, maka kita akan belajar menikmati damai di tengah penantian, karena kita tahu bahwa segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11).


Refleksi Pribadi:

  1. Apa bentuk penantian yang sedang kamu alami saat ini?

  2. Apakah kamu merasa marah atau iri melihat keberhasilan orang lain yang tidak takut Tuhan?

  3. Bagaimana kamu bisa belajar untuk berdiam dan mempercayai waktu Tuhan?


Doa Pagi:

Tuhan, terima kasih atas firman-Mu pagi ini yang meneguhkan hatiku. Aku mengaku bahwa aku sering merasa gelisah dan tergesa-gesa, bahkan mempertanyakan keadilan-Mu. Namun hari ini, aku memilih untuk berdiam di hadapan-Mu, percaya bahwa waktu-Mu lebih baik daripada jalanku sendiri. Berilah aku hati yang tenang, iman yang kuat, dan mata yang hanya tertuju kepada-Mu. Biar damai-Mu memenuhi penantianku. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, aku berdoa. Amin.

Selasa, 03 Juni 2025

RENUNGAN PAGI - 03 JUNI 2025


Renungan Harian

📅 Tanggal: Selasa, 3 Juni 2025
📖 Judul: Tetap Percaya di Tengah Ketidakpastian
📖 Ayat Bacaan: Yeremia 29:11
*“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”


Pendahuluan

Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit—saat rencana hidup tidak berjalan sesuai harapan, ketika doa-doa seolah-olah tidak dijawab, atau ketika hidup terasa seperti berjalan di lorong gelap tanpa cahaya di ujungnya. Mungkin saat ini engkau sedang berada di titik itu. Tetapi hari ini, firman Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa Tuhan masih bekerja, bahkan di tengah ketidakpastian.


Konteks Ayat

Yeremia 29 ditulis kepada bangsa Israel yang sedang berada dalam pembuangan di Babel. Mereka telah diambil dari tanah kelahiran mereka dan dibuang ke negeri asing karena ketidaktaatan mereka kepada Allah. Mereka kehilangan rumah, tempat ibadah, dan kehidupan yang dulu mereka kenal. Di tengah situasi penuh tekanan dan ketidakpastian itulah, Tuhan mengirimkan pesan pengharapan melalui nabi Yeremia: bahwa Tuhan mengetahui rancangan-Nya, dan itu adalah rancangan damai sejahtera, bukan kecelakaan.


Makna Renungan

  1. Tuhan Tidak Pernah Kehilangan Kendali

    Ketika keadaan menjadi sulit, kita mudah berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Namun Firman Tuhan dalam ayat ini menegaskan bahwa rancangan-Nya tetap ada. Dia tidak pernah bingung atau kehilangan arah dalam menyusun jalan hidup kita. Meskipun situasi di depan mata tampak berantakan, Tuhan tetap memegang kendali penuh.

  2. Rancangan Tuhan adalah Rancangan Damai Sejahtera

    Kata "damai sejahtera" dalam bahasa Ibrani adalah shalom, yang berarti keselamatan, kesejahteraan, kelengkapan, dan berkat. Tuhan bukan hanya ingin kita selamat secara jasmani, tapi juga hidup dalam sukacita, pengharapan, dan pemulihan utuh. Bahkan ketika kita dihajar oleh kenyataan hidup, Tuhan tetap punya tujuan baik untuk membentuk karakter dan iman kita.

  3. Harapan yang Pasti dalam Tuhan

    Dunia ini menawarkan harapan yang sementara dan sering mengecewakan. Tapi pengharapan yang berasal dari Tuhan adalah pasti karena didasarkan pada sifat-Nya yang setia. Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang bebas dari masalah, tetapi Dia menjanjikan penyertaan dan pemulihan di tengah masalah itu.


Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Saat pekerjaan tidak kunjung datang: Ingatlah bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untuk waktumu.

  • Ketika pelayanan terasa sia-sia dan tak dihargai: Ketahuilah bahwa Tuhan melihat ketulusan hatimu, dan Ia tidak pernah lalai membalas jerih lelahmu.

  • Saat merasa gagal atau tidak berguna: Rancangan Tuhan lebih besar daripada penilaian manusia. Ia dapat memakai kegagalanmu untuk kemuliaan-Nya.

  • Jika merasa sendiri dan dilupakan: Tuhan tidak pernah meninggalkanmu. Dia lebih dekat daripada yang kau pikirkan.


Refleksi Pribadi

  1. Apakah saya benar-benar percaya bahwa Tuhan punya rancangan dalam setiap musim hidup saya—baik maupun buruk?

  2. Apakah saya bersedia menunggu waktu Tuhan dengan sikap yang berserah dan taat?

  3. Apa langkah praktis yang dapat saya ambil untuk menunjukkan iman saya kepada-Nya hari ini?


Doa:

Tuhan yang Maha Pengasih, Engkau tahu isi hatiku, kerinduanku, ketakutanku, dan setiap pergumulanku. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, aku mau belajar percaya bahwa rancangan-Mu adalah yang terbaik. Ampuni aku jika selama ini aku lebih memilih bersandar pada kekuatanku sendiri daripada pada kasih setia-Mu. Ajar aku untuk berjalan dalam iman, meskipun jalan di depan belum terlihat jelas. Aku serahkan hidupku ke dalam tangan-Mu, karena aku percaya bahwa Engkau sedang mempersiapkan masa depan yang penuh harapan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, aku berdoa. Amin.


Penutup

Hari ini, mari kita belajar untuk hidup dalam pengharapan yang teguh di dalam Kristus. Meskipun hidup bisa sulit dan masa depan tampak gelap, ingatlah bahwa Tuhan kita adalah terang dunia. Dia tahu apa yang Ia lakukan, dan Dia bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (Roma 8:28).

📌 Pegang janji-Nya hari ini: Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, dan bukan kecelakaan!

Sabtu, 31 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 31 MEI 2025

   


✨ Renungan Harian Sabtu, 31 Mei 2025

"Sukacita yang Meluap dari Hati yang Percaya: Teladan Maria dalam Mengunjungi Elisabet dan Memuliakan Tuhan"

📖 Bacaan: Lukas 1:39–56
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku." (Lukas 1:46–47)


📜 Pendahuluan

Hari ini, Gereja merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet — sebuah peristiwa penuh makna yang mencerminkan iman, kasih, dan pelayanan sejati. Meskipun Maria sendiri sedang mengandung secara ajaib oleh kuasa Roh Kudus, ia tetap memilih untuk melakukan perjalanan jauh ke daerah pegunungan, hanya demi mengunjungi dan membantu saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dalam usia lanjut.

Peristiwa ini bukan sekadar kunjungan keluarga, tetapi merupakan perjumpaan dua wanita yang membawa dalam rahim mereka dua tokoh besar dalam rencana keselamatan Allah: Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis.


🔍 Isi Renungan

1. Iman yang Menggerakkan Maria untuk Melayani

Maria adalah pribadi yang baru saja menerima kabar besar dari malaikat Gabriel bahwa dirinya akan mengandung Anak Allah. Di tengah perasaan takjub, takut, dan bingung, Maria tidak terpaku pada diri sendiri, tetapi segera bertindak. Ia berjalan sekitar 120 km dari Nazaret ke daerah Yehuda — bukan perjalanan yang mudah untuk seorang wanita muda yang sedang hamil.

Tindakan Maria ini menunjukkan bahwa iman sejati mendorong seseorang untuk keluar dari zona nyaman demi melayani sesama. Kasih yang lahir dari iman akan selalu mendorong tindakan nyata.

Renungan: Apakah aku lebih sering memikirkan diri sendiri atau bersedia bergerak menolong sesamaku seperti Maria?


2. Perjumpaan yang Dipenuhi Roh Kudus

Setibanya di rumah Elisabet, Maria memberi salam, dan Yohanes kecil dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan. Elisabet pun dipenuhi Roh Kudus dan menyatakan:

“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu!” (Luk. 1:42)

Perjumpaan ini bukan hanya antara dua wanita, tetapi juga merupakan perjumpaan rohani yang penuh kuasa. Dalam suasana tersebut, sukacita surgawi tercurah karena kehadiran Yesus melalui Maria.

Renungan: Apakah kehadiranku membawa sukacita dan Roh Kudus bagi orang lain, seperti Maria membawa Kristus kepada Elisabet?


3. Magnificat: Pujian Maria yang Menggugah Jiwa

Tanggapan Maria terhadap pujian Elisabet adalah nyanyian yang dikenal sebagai Magnificat. Ini adalah salah satu pujian iman terbesar dalam seluruh Alkitab. Maria tidak menyombongkan diri, melainkan merendahkan hati dan meninggikan Allah. Ia memuji Allah:

  • Karena memperhatikan kerendahan hamba-Nya (ayat 48)

  • Karena perbuatan-perbuatan besar-Nya (ayat 49)

  • Karena keadilan sosial yang ditunjukkan-Nya: merendahkan yang sombong, meninggikan yang rendah (ayat 51–52)

  • Karena kesetiaan-Nya pada janji-janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya (ayat 55)

Renungan: Apakah aku memiliki hati yang suka memuji Tuhan? Ataukah aku lebih sering mengeluh dalam doa?


🌱 Aplikasi Hidup

Melalui renungan hari ini, kita belajar dari Maria bahwa:

  • Iman bukan hanya soal percaya dalam hati, tetapi juga terlihat dalam tindakan nyata: bergerak, melayani, dan memuliakan Tuhan.

  • Setiap perjumpaan bisa menjadi momen ilahi jika kita menghadirkan Kristus di dalamnya.

  • Pujian kepada Tuhan lahir dari hati yang rendah, bersyukur, dan percaya akan penyertaan-Nya.


🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk meneladani iman dan kerendahan hati Maria. Dalam setiap langkahku, tolong aku untuk membawa terang dan sukacita bagi orang lain. Berilah aku hati yang penuh syukur, bibir yang memuji, dan tangan yang siap menolong sesama. Mampukan aku menjadi pembawa Kristus di manapun aku berada. Amin.


✨ Ayat Pegangan Hari Ini

"Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana."
— Lukas 1:45

Rabu, 28 Mei 2025

RENUNGAN PAGI - 28 MEI 2025

 


Renungan Pagi – 28 Mei 2025
Judul: Ketenangan Dalam Hadirat-Nya
Nats: Mazmur 46:11
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"

Renungan:

Setiap pagi adalah undangan baru dari Tuhan untuk masuk dalam hadirat-Nya, sebelum kita melangkah ke dalam kesibukan dan pergumulan dunia. Mazmur 46:11 adalah panggilan lembut dari Allah untuk berhenti sejenak—tidak hanya berhenti dari aktivitas fisik, tetapi juga dari kegelisahan batin yang sering kali membebani jiwa.

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah” adalah lebih dari sekadar perintah; itu adalah undangan kasih kepada kita yang lelah dan letih. Di tengah dunia yang bising—dengan jadwal padat, kekhawatiran finansial, pergumulan relasi, hingga tekanan hidup—Tuhan mengundang kita untuk menemukan tempat teduh di hadapan-Nya. Ia memanggil kita untuk berhenti sejenak dari usaha manusiawi kita dan menyadari bahwa Dialah Allah yang berdaulat, tak terbatas, dan tak tergoyahkan.

Diam bukanlah tanda kelemahan atau kepasifan. Dalam perspektif iman, diam adalah tindakan yang kuat—sikap percaya yang mendalam bahwa Allah sedang bekerja, bahkan ketika kita tidak melihat bukti langsung. Dalam keheningan itu, kita tidak kehilangan kontrol, justru kita menyerahkan kontrol kepada Pribadi yang lebih besar dari segala permasalahan: Tuhan sendiri.

Mungkin hari ini ada hal yang membuatmu gelisah—doa yang belum dijawab, jalan yang belum terbuka, atau keputusan yang belum jelas. Jangan terburu-buru. Tenangkan hati di hadapan Tuhan. Dalam keheningan bersama-Nya, kita tidak hanya ditenangkan, tetapi juga dipulihkan. Roh Kudus menuntun kita untuk mengenal Tuhan lebih dalam—bukan hanya secara intelektual, tetapi secara pribadi dan intim. Kita diajar untuk percaya bahwa tidak ada badai yang terlalu besar bagi-Nya, tidak ada persoalan yang luput dari perhatian-Nya.

Ketika kita diam, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk menyatakan karya-Nya. Kita berhenti bergantung pada kekuatan sendiri dan mulai bersandar pada kasih karunia-Nya. Di situ kita menemukan kekuatan yang sejati: bukan dari usaha kita, melainkan dari kehadiran-Nya yang meneguhkan hati.

Doa Pagi:

Tuhan yang Kudus, ajarku untuk diam dalam hadirat-Mu. Di saat hatiku penuh gelisah dan pikiranku berlari-lari dalam kecemasan, tuntun aku untuk duduk tenang di kaki-Mu dan mengenal bahwa Engkaulah Allah yang memegang seluruh kendali. Engkaulah benteng perlindunganku, tempat aku bersandar dan bernaung. Penuhi hariku dengan damai-Mu yang melampaui segala akal, dan tuntun setiap langkahku dalam iman, bukan dalam ketakutan. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.

Refleksi:

  • Apakah aku sedang berusaha menyelesaikan sesuatu dengan kekuatanku sendiri tanpa melibatkan Tuhan?

  • Bagian mana dari hidupku yang perlu aku serahkan sepenuhnya kepada Tuhan hari ini?

  • Sudahkah aku menyediakan waktu untuk berdiam diri dan mendengar suara Tuhan dalam keheningan?

"Dalam keheningan, Tuhan sering berbicara paling jelas. Dan dalam ketenangan, kita mendengarkan paling dalam."

Selamat menjalani hari ini bersama damai dan kehadiran Tuhan yang meneduhkan. Kiranya kasih dan penyertaan-Nya menyertaimu senantiasa. 🌿

Minggu, 25 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 25 MEI 2025



Renungan Harian – 25 Mei 2025

Judul: “Apakah Kita Hanya Mau Menerima yang Baik dari Tuhan?”

📖 Ayub 2:10
"Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"


🕊 Pendahuluan

Di dunia yang serba instan ini, banyak orang menginginkan hidup yang mulus, berkat yang melimpah, dan keadaan yang selalu menyenangkan. Namun, kehidupan orang percaya tidak selalu berada di puncak. Ada kalanya kita berada dalam lembah, menghadapi penderitaan, sakit, dan ketidakpastian.

Ayub adalah contoh nyata seorang yang mengalami penderitaan ekstrem. Setelah kehilangan harta dan anak-anaknya, ia juga diserang penyakit kulit yang mengerikan. Dalam penderitaan itu, istrinya menyarankan agar ia mengutuki Allah dan mati. Namun Ayub menjawab dengan sebuah pertanyaan penting:
“Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”


🔥 Isi Renungan: Menerima Dua Sisi dari Rencana Tuhan

1. Iman yang Tidak Pilih-Pilih

Ayub menunjukkan bahwa iman sejati tidak hanya bertahan saat diberkati, tetapi juga ketika diuji. Banyak orang percaya senang saat hidup diberkati, tetapi ketika menghadapi pencobaan, mereka mulai menyalahkan Tuhan.

Ayub tidak seperti itu. Ia mengakui bahwa Tuhan berhak memberikan yang baik maupun yang sulit, karena segala sesuatu berada dalam kendali-Nya. Ia tetap teguh dan tidak berdosa dengan bibirnya.

✅ Refleksi:
Apakah aku hanya mau taat dan bersyukur saat Tuhan menjawab doaku sesuai harapanku?

2. Penderitaan Bukan Bukti Tuhan Tidak Sayang

Kita sering mengira bahwa penderitaan adalah tanda bahwa Tuhan jauh atau tidak peduli. Padahal, justru dalam penderitaan, Tuhan sedang bekerja memurnikan iman kita. Seperti emas yang dimurnikan dalam api, iman kita menjadi lebih berharga melalui proses yang sulit.

✅ Refleksi:
Apakah aku menyadari bahwa Tuhan tetap hadir dan setia meski aku sedang dalam penderitaan?

3. Jawaban Ayub Menyatakan Hatinya

Perkataan Ayub kepada istrinya menunjukkan kedewasaan rohani yang luar biasa. Ia tidak terseret oleh emosi atau bisikan yang mendorongnya untuk meninggalkan Tuhan. Ia memilih untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran, walaupun tidak mengerti sepenuhnya rencana Allah.

✅ Refleksi:
Saat orang di sekitarku mulai meragukan Tuhan, apakah aku tetap teguh dalam iman seperti Ayub?


🌱 Aplikasi dalam Hidup Sehari-hari

  • Belajarlah menerima bahwa hidup beriman tidak selalu nyaman.

  • Saat menghadapi penderitaan, jangan langsung menyalahkan Tuhan, tapi datanglah kepada-Nya dengan hati yang terbuka.

  • Berdoalah agar Tuhan memampukan kita untuk setia dalam setiap musim kehidupan.


🙏 Doa

Tuhan, Engkau adalah Allah yang baik, bahkan saat hidupku tidak berjalan sesuai rencana. Ajar aku untuk tidak hanya menerima yang baik dari-Mu, tetapi juga tetap percaya ketika Engkau mengizinkan hal-hal yang sulit. Murnikan imanku seperti Engkau memurnikan Ayub. Kuatkan aku untuk tidak bersungut-sungut, tapi berserah dan tetap memuji-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.


Penutup

Jalan Tuhan seringkali tidak kita mengerti. Tetapi satu hal pasti: Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia sedang membentuk kita melalui setiap musim kehidupan, baik saat manis maupun saat pahit.

"Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"
Ayub 2:10

Sabtu, 24 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 24 MEI 2025

 


Renungan Harian – 24 Mei 2025

Judul: "Tuhan yang Memberi, Tuhan yang Mengambil"

📖 Ayub 1:21
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"


🕊 Pendahuluan

Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan—entah itu harta benda, orang terkasih, pekerjaan, atau kesehatan. Dalam momen kehilangan itulah kita diuji: apakah kita tetap setia dan percaya kepada Tuhan, atau justru mulai meragukan kasih-Nya?

Ayub, tokoh utama dalam kitab yang sangat kuno ini, mengalami ujian yang begitu berat. Dalam waktu singkat, ia kehilangan seluruh anak-anaknya, kekayaannya, bahkan kesehatannya. Namun yang luar biasa, respons pertama Ayub bukanlah ratapan yang penuh amarah, melainkan penyembahan.


🔥 Isi Renungan: Iman yang Bertahan di Tengah Kehilangan

1. Segala Sesuatu Adalah Milik Tuhan

Ayub mengakui, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dan dengan telanjang aku akan kembali.” Pernyataan ini menunjukkan kesadaran penuh bahwa kita datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa dan akan kembali tanpa membawa apa-apa pula. Semua yang kita miliki hari ini—keluarga, pekerjaan, kesehatan, talenta—adalah pemberian Tuhan.

✅ Refleksi:
Apakah aku menganggap milik yang ada padaku sebagai hak milik mutlak, atau sebagai titipan Tuhan yang bisa diambil kapan saja?

2. Tuhan Tetap Layak Dipuji dalam Segala Keadaan

Respon Ayub sangat mengejutkan: "Terpujilah nama Tuhan!" Padahal ia baru saja mengalami kehilangan yang luar biasa. Ia tidak berkata, “Mengapa Engkau, Tuhan?” tetapi ia memilih menyembah, bukan menyalahkan.

Ini menunjukkan bahwa pujian kepada Tuhan tidak boleh didasarkan pada situasi atau perasaan, melainkan pada siapa Tuhan itu: Ia baik, setia, dan layak disembah, bahkan di tengah penderitaan.

✅ Refleksi:
Bisakah aku tetap memuji Tuhan ketika doaku belum dijawab? Ketika jalan hidupku tidak sesuai rencana?

3. Iman yang Murni Akan Diuji Melalui Penderitaan

Setan menuduh Ayub hanya setia karena diberkati. Tuhan mengizinkan ujian ini untuk membuktikan bahwa kasih dan kesetiaan Ayub bukan berdasarkan berkat, tetapi berdasarkan relasi yang sejati dengan Tuhan.

Demikian juga dengan kita. Kadang Tuhan mengizinkan pencobaan, bukan karena Ia tidak peduli, tapi karena Ia sedang memurnikan iman kita. Melalui kehilangan, kita belajar melepaskan keterikatan pada dunia dan semakin mengandalkan Tuhan.

✅ Refleksi:
Apakah imanku bergantung pada kenyamanan dunia? Ataukah aku tetap mengikut Yesus dalam segala musim hidup?


🌱 Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Saat kehilangan sesuatu, alih-alih bertanya “Mengapa, Tuhan?”, belajarlah bertanya: “Apa yang ingin Tuhan ajarkan padaku melalui hal ini?”

  • Latih diri untuk bersyukur setiap hari, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan.

  • Jadikan pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup, bukan hanya aktivitas saat keadaan baik.


🙏 Doa

Tuhan, terima kasih karena Engkau adalah Allah yang tidak pernah berubah. Dalam suka maupun duka, Engkau tetap layak disembah. Ajarku untuk memiliki iman seperti Ayub—iman yang tidak goyah oleh situasi, iman yang tetap memuji walau kehilangan. Ajar aku menyadari bahwa semua yang kupunya adalah milik-Mu, dan aku hanya pengelola. Biarlah aku tetap setia, bahkan ketika Engkau mengizinkan penderitaan. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.


Penutup

Setiap kita sedang berjalan di jalan kehidupan yang penuh kejutan. Ada masa memberi, ada masa mengambil. Tetapi satu hal pasti: Tuhan tetap memegang kendali. Biarlah hidup kita menjadi seperti Ayub, murni di hadapan Tuhan, setia bukan karena berkat-Nya, tetapi karena siapa Tuhan dalam hidup kita.

"Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan."
Ayub 1:21

Jumat, 23 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 23 MEI 2025

 


Renungan Harian – 23 Mei 2025
Judul: Percaya dalam Proses Tuhan
Nats Alkitab: Roma 8:28
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."


1. Dalam kehidupan ini, kita tidak jarang dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit dimengerti. Ada waktu di mana segala sesuatu terasa tidak adil, dan seakan-akan Tuhan diam saja. Namun, di tengah ketidakpastian itu, kita dipanggil untuk percaya bahwa Tuhan sedang bekerja.

2. Ayat Roma 8:28 menjadi peneguhan bagi kita bahwa Allah tidak pernah lalai atau tertidur. Dia bekerja dalam segala sesuatu, bukan hanya yang baik dan menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, kegagalan, dan kehilangan. Tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa seizin-Nya.

3. Sering kali kita hanya ingin melihat hasil yang cepat. Kita ingin jawaban doa dalam sekejap, solusi atas masalah dalam sebulan, atau pemulihan dalam semalam. Tetapi Tuhan bekerja dengan waktu dan cara-Nya sendiri. Dia melihat keseluruhan gambar besar yang tidak mampu kita lihat.

4. Percaya dalam proses Tuhan berarti berjalan bersama-Nya meskipun kita tidak tahu ke mana arah perjalanan ini. Ini berarti berserah, bukan menyerah. Kita menyerahkan kendali kepada Allah, percaya bahwa rencana-Nya jauh lebih baik dari rencana kita sendiri.

5. Dalam Alkitab, Yusuf adalah contoh nyata seseorang yang percaya dalam proses Tuhan. Dijual oleh saudara-saudaranya, difitnah, dipenjara, tetapi akhirnya dipakai Tuhan untuk menyelamatkan banyak orang. Ia berkata kepada saudara-saudaranya: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kejadian 50:20)

6. Sama seperti Yusuf, kita juga dipanggil untuk melihat setiap peristiwa dalam hidup sebagai bagian dari rencana besar Allah. Setiap luka, setiap air mata, bahkan setiap kegagalan sekalipun, Tuhan bisa ubahkan menjadi alat pemurnian iman kita.

7. Tidak semua proses itu mudah. Ada saat di mana kita mempertanyakan kasih Tuhan, atau meragukan apakah Dia benar-benar peduli. Namun, di sanalah iman kita diuji—apakah kita hanya percaya saat keadaan baik, atau tetap percaya walau belum melihat hasilnya.

8. Proses Tuhan bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi tentang siapa kita menjadi selama proses itu berlangsung. Tuhan lebih tertarik membentuk karakter kita daripada sekadar memberikan kenyamanan. Dia ingin kita menjadi serupa dengan Kristus.

9. Mari hari ini kita belajar untuk mempercayakan seluruh hidup kita kepada Tuhan, termasuk hal-hal yang belum kita mengerti. Alih-alih berfokus pada "mengapa ini terjadi", mari bertanya, "Apa yang Tuhan sedang ajarkan kepadaku melalui ini?"

10. Percayalah, tidak ada satu hal pun yang sia-sia dalam Tuhan. Ia sanggup mengubah air mata menjadi sukacita, luka menjadi kekuatan, dan proses yang menyakitkan menjadi kesaksian yang memuliakan nama-Nya. Tuhan sedang bekerja—percaya saja.

Rabu, 21 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 21 MEI 2025

 


🌿 Renungan Harian – Rabu, 21 Mei 2025

Judul: "Dikenal oleh Tuhan"
Ayat Renungan: 2 Timotius 2:19

"Namun dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: 'Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya'..."

Isi Renungan:

Dalam kehidupan ini, banyak orang berlomba-lomba untuk dikenal: dikenal oleh atasan, oleh publik, oleh pemimpin, bahkan oleh dunia. Media sosial dipenuhi usaha manusia untuk dilihat dan dihargai. Namun, seringkali kita merasa gagal memenuhi standar pengakuan itu. Kita merasa kecil, tidak penting, dan bahkan terlupakan.

Tapi hari ini firman Tuhan membawa kita kepada suatu kebenaran yang menenangkan: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Pengenalan Tuhan bukan sekadar tahu nama kita, tetapi sebuah pengakuan ilahi atas hubungan yang dekat dan pribadi. Ia mengenal kita seperti seorang Bapa mengenal anak-anak-Nya.

Pengenalan Tuhan jauh lebih bernilai dibanding pengakuan manusia. Ketika Tuhan berkata bahwa kita adalah milik-Nya, itu berarti kita berada dalam perlindungan dan pemeliharaan-Nya yang sempurna. Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih-Nya. Dunia mungkin menolak, tapi Tuhan tetap menerima.

Hal ini menjadi dasar yang teguh dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Saat kita mengalami penolakan, kegagalan, atau kesepian, kita bisa kembali kepada fakta bahwa Tuhan mengenal kita. Ia tahu apa yang kita alami, bahkan sebelum kita mengucapkannya dalam doa.

Tuhan mengenal hati yang setia. Ia melihat setiap pengorbanan, setiap air mata yang tidak terlihat oleh orang lain. Dalam kesunyian kita tetap dikenal. Dalam penderitaan kita tetap diperhatikan. Dalam kesetiaan yang tidak dipuji, Tuhan mencatat semuanya.

Karena itu, jangan menyerah hanya karena tidak dihargai oleh manusia. Jangan kehilangan semangat hanya karena tidak dipuji. Hiduplah untuk Tuhan yang mengenal dan menghargai ketulusanmu. Fokuslah untuk menyenangkan hati-Nya, bukan hati manusia.

Penghiburan sejati datang bukan dari popularitas, tetapi dari keyakinan bahwa kita dikenal dan dikasihi Tuhan. Hati yang berakar pada kebenaran ini akan tetap kuat walaupun badai kehidupan datang menghantam. Sebab dasar kita bukanlah pengakuan manusia, melainkan pengenalan Tuhan atas diri kita.

Mari terus setia dalam hidup yang benar, karena Tuhan yang mengenal kita adalah Tuhan yang setia juga. Ia tidak akan membiarkan kita berjalan sendirian. Ia akan membela, mengangkat, dan memulihkan kita pada waktu-Nya. Dia tahu siapa yang milik-Nya, dan Dia tidak akan pernah gagal menepati janji-Nya.

🙏 Doa:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mengenalku secara pribadi. Saat dunia tak melihat, Engkau tetap memandangku dengan kasih. Ajar aku untuk tetap setia, hidup benar, dan tidak mencari pujian manusia, tetapi menyenangkan hati-Mu saja. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

Senin, 19 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 19 MEI 2025

 


Renungan Harian – 19 Mei 2025

Judul: "Tuhan Tak Pernah Terlambat"
Bacaan: Pengkhotbah 3:1 – “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”

Hidup sering kali dipenuhi dengan momen-momen yang tidak pasti. Kita berdoa, berharap, dan bekerja keras, tetapi kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dalam situasi seperti itu, kita mungkin bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan belum menjawab doaku?” Perasaan kecewa dan putus asa bisa muncul ketika kita merasa waktu Tuhan terlalu lama.

Namun, firman Tuhan dalam Pengkhotbah 3:1 mengingatkan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Semua diatur dalam kalender ilahi yang penuh hikmat dan kasih. Waktu Tuhan berbeda dengan waktu kita, dan itulah yang sering kali sulit kita pahami.

Sering kali, penundaan yang kita alami bukanlah penolakan. Tuhan mungkin sedang memproses sesuatu dalam hidup kita—baik untuk membentuk karakter, menguji iman, atau mempersiapkan berkat yang lebih besar. Dia tidak pernah terburu-buru, tetapi juga tidak pernah lalai. Setiap detik dalam hidup kita ada dalam kendali-Nya.

Kisah Lazarus dalam Yohanes 11 menjadi contoh nyata. Ketika Yesus mendengar bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja menunda perjalanan-Nya. Bagi manusia, ini tampak seperti keterlambatan. Namun bagi Yesus, itu adalah waktu yang sempurna untuk menunjukkan kuasa-Nya melalui kebangkitan Lazarus. Dari situ kita belajar bahwa mujizat kadang datang setelah penundaan.

Menunggu memang bukan hal yang mudah. Tapi saat kita belajar menantikan Tuhan dengan sabar, kita sedang membangun keintiman dengan-Nya. Kita belajar mempercayai kehendak dan rencana-Nya melebihi keinginan kita sendiri. Penantian menjadi tempat pelatihan bagi iman yang sejati.

Sering kali kita lebih sibuk meminta Tuhan mempercepat waktunya, daripada meminta hati yang mampu berserah. Kita lupa bahwa waktu yang salah bisa merusak hal yang benar. Tuhan tahu kapan harus memberi, kapan harus menahan, dan kapan harus menunggu. Dan semua itu dilakukan demi kebaikan kita.

Dalam masa penantian, penting untuk tetap setia. Jangan berhenti berdoa. Jangan berhenti berharap. Karena sering kali, Tuhan bekerja secara diam-diam—mengatur hal-hal yang belum kita lihat. Seperti akar pohon yang tumbuh di dalam tanah sebelum batangnya muncul ke permukaan, demikian pula pekerjaan Tuhan dalam hidup kita.

Jika saat ini kamu sedang menanti jawaban doa, jangan menyerah. Jangan biarkan waktu yang tampak “terlambat” membuatmu kehilangan iman. Pegang janji-Nya dan percayalah bahwa Tuhan tahu apa yang sedang Ia lakukan. Bahkan ketika kamu tidak mengerti, Dia tetap memegang kendali.

Akhirnya, renungan ini menjadi undangan untuk kembali bersandar pada Tuhan. Mari kita percayakan hidup kita ke dalam tangan-Nya. Dia tidak pernah terlalu cepat, tidak pula terlambat. Dia selalu datang tepat waktu, membawa jawaban terbaik bagi hidup kita.

Minggu, 18 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 18 MEI 2025


Renungan Harian – Minggu, 18 Mei 2025

Judul: Kasih yang Mengubah Hidup
Ayat Bacaan: Yohanes 13:34-35

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi."


Yesus mengucapkan kata-kata ini kepada para murid-Nya saat Perjamuan Malam Terakhir, menjelang penyaliban-Nya. Ini bukan sekadar nasihat, melainkan sebuah perintah baru. Kasih yang dimaksud Yesus bukan kasih duniawi yang penuh syarat, melainkan kasih ilahi yang rela berkorban dan mengampuni.

Kasih yang sejati berasal dari Allah. Ia adalah sumber kasih itu sendiri. Ketika Yesus berkata, “sama seperti Aku telah mengasihi kamu,” Ia sedang memanggil kita untuk masuk dalam standar kasih yang sangat tinggi—kasih yang mencuci kaki murid yang akan mengkhianati-Nya, kasih yang tidak menuntut balasan.

Di dunia yang semakin individualis, perintah untuk saling mengasihi menjadi semakin relevan. Banyak orang merasa kesepian, ditolak, dan tidak berharga. Dalam kondisi seperti ini, kasih yang Kristus ajarkan mampu menjadi terang di tengah kegelapan, jawaban atas kekosongan hati manusia.

Mengasihi bukan hanya soal berkata-kata manis atau memberikan hadiah, tetapi tindakan nyata dalam keseharian. Kita diajak untuk peduli, mendengarkan, menolong, bahkan mengampuni. Kasih bukan sekadar emosi, tetapi keputusan untuk bertindak dengan tulus meskipun tidak mudah.

Kadang kita merasa sulit mengasihi, apalagi ketika harus menghadapi orang yang menyakiti atau mengecewakan kita. Namun di situlah kita belajar bahwa kita tidak bisa melakukannya dengan kekuatan sendiri. Kita butuh kasih Kristus memenuhi hati kita terlebih dahulu, baru kemudian kita dapat membagikannya kepada orang lain.

Kasih yang sejati juga menjadi identitas utama seorang murid Kristus. Bukan kehebatan pelayanan, bukan pengetahuan Alkitab semata, tapi kasih yang nyata. Dunia akan tahu bahwa kita adalah murid Kristus jika kita hidup dalam kasih. Inilah kesaksian hidup yang paling kuat.

Maka mari kita bercermin hari ini: Apakah kasih Kristus sudah nyata dalam hidupku? Apakah aku sudah menunjukkan kasih kepada orang-orang di sekitarku—baik keluarga, rekan kerja, teman, bahkan orang yang sulit dikasihi? Kasih sejati akan menghasilkan transformasi, bukan hanya dalam diri kita, tetapi juga dalam hidup orang lain.

Jika kamu sedang merasa lelah atau kecewa karena kasihmu tidak dibalas, ingatlah bahwa Yesus pun mengasihi kita saat kita masih berdosa. Kasih itu tetap diberikan tanpa syarat. Tetaplah mengasihi, karena kasih yang dari Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Apa yang kita tabur dalam kasih, akan dituai dalam kebaikan pada waktu-Nya.


Doa Penutup:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau lebih dahulu mengasihiku. Ajarku untuk mengasihi seperti Engkau mengasihi—dengan ketulusan, kerendahan hati, dan tanpa syarat. Pakailah hidupku untuk menjadi alat kasih-Mu di dunia ini. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *