RENUNGAN HARIAN - BERSYUKUR DI TENGAH PERJALANAN HIDUP


Renungan 24-11-2024: "Bersyukur di Tengah Perjalanan Hidup" 

Dalam 1 Tesalonika 5:18, tertulis: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayat ini mengajarkan bahwa bersyukur adalah kehendak Allah bagi kita, terlepas dari situasi yang sedang kita alami. Namun, kenyataannya, tidak selalu mudah untuk bersyukur, terutama ketika kita sedang menghadapi masalah atau pergumulan berat.

Bersyukur di tengah situasi sulit adalah bentuk iman yang mendalam. Itu menunjukkan bahwa kita percaya pada kedaulatan Tuhan dan rencana-Nya yang baik, meskipun kita tidak selalu mengerti apa yang sedang terjadi. Dalam Roma 8:28, firman Tuhan berkata: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.”

Dengan iman ini, kita dapat bersyukur karena percaya bahwa Tuhan sedang bekerja, bahkan dalam situasi yang tampaknya buruk.

Bersyukur tidak berarti mengabaikan rasa sakit atau kesedihan yang kita rasakan. Bahkan Yesus, ketika menghadapi penderitaan, tidak menyangkal kesedihan-Nya. Di Taman Getsemani, Dia berdoa dengan sangat berat: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku; tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39). Namun, di tengah penderitaan itu, Yesus tetap mempercayai rencana Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, bersyukur adalah pilihan yang membutuhkan kesadaran. Ketika kita bangun di pagi hari, alih-alih langsung memikirkan tugas atau masalah, kita bisa mulai dengan mengucapkan syukur atas nafas kehidupan yang masih kita miliki. Kebiasaan ini membantu kita memulai hari dengan sikap positif dan hati yang penuh rasa terima kasih.

Salah satu contoh nyata dari hidup yang penuh syukur adalah Paulus dan Silas di penjara. Dalam Kisah Para Rasul 16:25, tertulis bahwa mereka “berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah” meskipun mereka sedang dipenjara secara tidak adil. Apa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa rasa syukur tidak tergantung pada keadaan eksternal, tetapi pada hubungan mereka dengan Tuhan.

Bersyukur juga mengubah cara kita memandang masalah. Ketika kita bersyukur, kita belajar untuk melihat berkat-berkat kecil yang sering kali terabaikan. Bahkan dalam badai hidup, selalu ada alasan untuk bersyukur—entah itu orang-orang yang mendukung kita, hikmat yang kita peroleh, atau bahkan kekuatan untuk bertahan.

Selain itu, bersyukur mendatangkan damai sejahtera. Filipi 4:6-7 berkata: “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Ketika kita memilih untuk bersyukur, hati kita dijauhkan dari kekhawatiran yang melemahkan.

Bersyukur juga menjadi kesaksian bagi orang lain. Ketika dunia melihat kita tetap bersyukur di tengah kesulitan, mereka akan bertanya-tanya apa yang membuat kita mampu melakukannya. Kesaksian ini dapat membuka pintu bagi orang lain untuk mengenal Tuhan yang menjadi sumber kekuatan dan sukacita kita.

Hari ini, mari kita renungkan: Apa saja yang bisa kita syukuri dalam hidup kita? Mungkin ada hal-hal kecil yang sering kita abaikan, seperti kesehatan, keluarga, atau kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Luangkan waktu untuk berdoa dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua yang telah Dia berikan, baik besar maupun kecil.

Mari kita berdoa: “Tuhan, terima kasih untuk semua kebaikan-Mu dalam hidup kami. Ajarkan kami untuk selalu bersyukur, bahkan di tengah pergumulan. Berikan kami hati yang penuh iman untuk percaya bahwa Engkau selalu bekerja untuk kebaikan kami. Biarlah ucapan syukur kami menjadi kesaksian yang memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.” Semoga hidup kita dipenuhi rasa syukur yang membawa damai dan sukacita sejati. Amin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama