Kisah Yusuf dalam Alkitab adalah salah satu contoh iman yang sangat luar biasa. Yusuf, seorang tokoh penting dalam kitab Kejadian (pasal 37-50), menunjukkan bagaimana iman kepada Allah dapat bertahan bahkan dalam situasi yang paling sulit dan penuh penderitaan. Berikut adalah penjabaran panjang tentang iman Yusuf:
1. Iman Yusuf di Masa Muda
Yusuf adalah anak Yakub dari istrinya yang paling dicintai, Rahel. Ia menjadi favorit ayahnya, yang memberinya jubah indah sebagai tanda kasih. Namun, kasih sayang ini memicu kecemburuan saudara-saudaranya. Meskipun begitu, Yusuf memiliki iman yang kuat sejak muda, terbukti melalui mimpi-mimpinya. Dalam dua mimpi, Yusuf melihat dirinya sebagai pemimpin, di mana saudara-saudaranya dan bahkan orang tuanya akan tunduk kepadanya. Yusuf percaya mimpi itu berasal dari Allah, meskipun saudara-saudaranya membencinya karena itu (Kejadian 37:5-11).
2. Iman di Tengah Pengkhianatan
Saudara-saudaranya menjual Yusuf kepada pedagang Midian yang kemudian membawanya ke Mesir. Dalam situasi ini, Yusuf bisa saja merasa putus asa, tetapi tidak ada indikasi ia kehilangan iman kepada Allah. Bahkan dalam penderitaan, Yusuf tetap percaya bahwa Allah memiliki rencana untuk hidupnya.
3. Iman di Rumah Potifar
Di Mesir, Yusuf dijual kepada Potifar, seorang pejabat tinggi Firaun. Yusuf melayani dengan setia, dan Allah memberkatinya, sehingga ia menjadi kepala atas seluruh rumah Potifar (Kejadian 39:1-6). Namun, istri Potifar menuduh Yusuf melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya, dan ia dipenjarakan. Di tengah fitnah ini, Yusuf tetap mempertahankan integritasnya dan menolak dosa, berkata:
"Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berdosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9).
4. Iman di Penjara
Di penjara, Yusuf bisa saja merasa Allah meninggalkannya, tetapi ia tetap setia. Allah memberikan karunia kepadanya untuk menafsirkan mimpi. Yusuf dengan rendah hati mengakui bahwa kemampuan ini berasal dari Allah, bukan dirinya sendiri (Kejadian 40:8). Ketika ia menafsirkan mimpi juru minuman dan juru roti Firaun, Yusuf tetap percaya bahwa Allah memegang kendali, meskipun ia dilupakan selama dua tahun di penjara.
5. Iman dalam Pengangkatan
Ketika Firaun bermimpi tentang tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan, Yusuf dipanggil untuk menafsirkannya. Ia berkata:
"Bukan aku, melainkan Allah yang akan memberitahukan kesejahteraan kepada tuanku Firaun." (Kejadian 41:16).
Iman Yusuf membuatnya tidak sombong atas kebijaksanaannya, melainkan selalu mengarahkan segala kemuliaan kepada Allah.
Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa kedua di Mesir, dan ia memimpin bangsa itu melewati masa kelaparan dengan bijaksana.
6. Iman dalam Pengampunan
Ketika saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk membeli makanan, Yusuf memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Namun, Yusuf memilih untuk mengampuni mereka. Ia melihat penderitaannya bukan sebagai kebetulan, melainkan bagian dari rencana Allah:
"Janganlah takut, sebab aku inilah pengganti Allah? Memang kamu telah merekarekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merekarekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:19-20).
7. Pelajaran dari Iman Yusuf
- Percaya pada Rencana Allah: Yusuf percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi padanya, baik atau buruk, adalah bagian dari rencana Allah.
- Kesetiaan dalam Pencobaan: Yusuf tidak menyerah pada dosa atau kehilangan iman bahkan dalam situasi sulit.
- Rendah Hati dan Berserah: Yusuf tidak mengambil kemuliaan untuk dirinya sendiri, tetapi selalu memuliakan Allah.
- Pengampunan yang Radikal: Yusuf menunjukkan bahwa iman sejati melibatkan pengampunan, bahkan terhadap orang yang menyakiti kita.
- Mempercayai Pemeliharaan Allah: Yusuf memahami bahwa Allah bekerja di balik layar untuk mendatangkan kebaikan, bahkan melalui penderitaan.
Kisah Yusuf mengajarkan bahwa iman yang kokoh kepada Allah akan membawa kita melewati badai kehidupan. Kepercayaannya pada janji-janji Allah menginspirasi kita untuk tetap teguh, bahkan saat menghadapi ketidakpastian dan penderitaan.
0 Komentar