Pengertian Dasar
Dispensasionalisme adalah sebuah sistem teologi Kristen yang berfokus pada pemahaman sejarah dan Alkitab berdasarkan pembagian zaman atau periode administrasi ilahi, yang dikenal sebagai dispensasi. Dalam setiap dispensasi, Tuhan berhubungan dengan manusia dalam cara tertentu yang didasarkan pada rencana penebusan-Nya. Istilah ini berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti "pengelolaan" atau "administrasi."
Dispensasionalisme umumnya dihubungkan dengan teolog konservatif dan sering ditemukan dalam tradisi gereja Injili. Pandangan ini pertama kali diperkenalkan secara sistematis oleh John Nelson Darby (1800–1882), seorang teolog dari Gerakan Plymouth Brethren di Inggris. Kemudian, sistem ini dipopulerkan di Amerika Serikat melalui Scofield Reference Bible yang disusun oleh C.I. Scofield.
Ciri-Ciri Utama Dispensasionalisme
Pembagian Zaman (Dispensasi): Dispensasionalisme membagi sejarah manusia ke dalam beberapa zaman atau dispensasi. Masing-masing zaman mencerminkan cara Tuhan berurusan dengan manusia berdasarkan hukum atau aturan tertentu.
- Contoh pembagian dispensasi yang umum:
- Dispensasi Innocence (Kepolosan): Masa Adam dan Hawa sebelum kejatuhan.
- Dispensasi Conscience (Hati Nurani): Setelah kejatuhan hingga air bah.
- Dispensasi Human Government (Pemerintahan Manusia): Setelah air bah hingga Menara Babel.
- Dispensasi Promise (Janji): Dari Abraham hingga pemberian Hukum Taurat.
- Dispensasi Law (Hukum): Dari Musa hingga kedatangan Yesus Kristus.
- Dispensasi Grace (Kasih Karunia): Dari Pentakosta hingga Kedatangan Kedua Kristus.
- Dispensasi Kingdom (Kerajaan): Masa Kerajaan Seribu Tahun (Millennium).
- Contoh pembagian dispensasi yang umum:
Hermeneutika Literal: Salah satu prinsip utama dispensasionalisme adalah pendekatan literal dalam menafsirkan Alkitab, terutama dalam nubuatan dan eskatologi. Misalnya, nubuat tentang Israel dipahami secara harfiah bahwa janji-janji Allah kepada bangsa Israel akan digenapi secara fisik dan nyata.
Perbedaan antara Israel dan Gereja: Dispensasionalisme menegaskan perbedaan yang jelas antara Israel (sebagai umat pilihan dalam Perjanjian Lama) dan gereja (sebagai tubuh Kristus dalam Perjanjian Baru). Israel tetap memiliki peran penting dalam rencana Allah, khususnya dalam penggenapan nubuatan eskatologis.
Pandangan Eskatologis Pre-Millenial: Dispensasionalisme umumnya memegang pandangan pre-millenialism, yaitu keyakinan bahwa Kristus akan kembali sebelum Kerajaan Seribu Tahun untuk memerintah secara literal di bumi.
Pengangkatan Gereja (Rapture): Banyak penganut dispensasionalisme percaya pada pengangkatan (rapture) sebelum masa tribulasi (kesengsaraan besar), yaitu saat Kristus akan datang untuk mengambil gereja-Nya ke surga sebelum masa kesengsaraan tujuh tahun dimulai.
Landasan Biblis
Dispensasionalisme berakar pada beberapa bagian Alkitab yang dipahami sebagai pembagian zaman:
- Efesus 1:10: "Untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi, pada zaman kepenuhan."
- Ibrani 1:1-2: "Pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita melalui para nabi, tetapi pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya."
- Roma 11:25-26: Menunjukkan masa depan pemulihan Israel.
Kelebihan Dispensasionalisme
Konsistensi Hermeneutika Literal: Dispensasionalisme memprioritaskan pendekatan literal terhadap teks Alkitab, sehingga meminimalkan subjektivitas dalam penafsiran.
Struktur Teologis yang Sistematis: Dengan membagi sejarah ke dalam dispensasi, pandangan ini memberikan struktur yang jelas tentang bagaimana Allah bekerja sepanjang sejarah manusia.
Fokus pada Eskatologi: Dispensasionalisme menawarkan pandangan rinci tentang akhir zaman, yang memberikan harapan kepada umat percaya tentang masa depan dunia.
Penghargaan terhadap Israel: Pandangan ini memberikan perhatian khusus pada bangsa Israel, yang sering kali diabaikan dalam teologi lain.
Kritik terhadap Dispensasionalisme
Penekanan Berlebihan pada Literalitas: Beberapa teolog mengkritik bahwa pendekatan literal dalam semua aspek Alkitab, terutama dalam nubuatan, dapat mengabaikan dimensi simbolis dan metaforis teks.
Fragmentasi Sejarah Keselamatan: Kritik lain adalah bahwa pembagian zaman terlalu memisahkan tindakan Allah sehingga terkesan tidak ada kesinambungan dalam sejarah penebusan.
Dualisme antara Israel dan Gereja: Beberapa tradisi teologi, seperti Covenant Theology (Teologi Perjanjian), menolak pandangan yang memisahkan Israel dan gereja secara tegas.
Ketergantungan pada Rapture: Banyak kritik muncul terhadap konsep pengangkatan sebelum masa tribulasi, yang dianggap terlalu spekulatif dan kurang memiliki dasar Alkitab yang kuat.
Kesimpulan
Dispensasionalisme adalah sistem teologi yang memandang sejarah manusia sebagai serangkaian dispensasi atau zaman di mana Allah berhubungan dengan manusia dengan cara yang berbeda. Meskipun memiliki kelebihan dalam struktur dan pendekatan literal, sistem ini juga menghadapi kritik karena dianggap terlalu memisahkan sejarah keselamatan dan terlalu menekankan pandangan eskatologis tertentu.
Pendekatan ini tetap menjadi salah satu tradisi utama dalam teologi Injili modern, terutama di kalangan gereja-gereja konservatif. Pemahaman yang lebih mendalam tentang dispensasionalisme membutuhkan studi Alkitab yang cermat, analisis teologis, dan kesediaan untuk berdialog dengan pandangan lain dalam teologi Kristen.
0 Komentar