ALASAN MENGAPA GEREJA ORTODOKS MERAYAKAN NATAL PADA 7 JANUARI

 


Mengapa Gereja Ortodoks Merayakan Natal pada 7 Januari?

Pendahuluan

Perayaan Natal merupakan salah satu momen terpenting dalam kalender liturgi umat Kristiani di seluruh dunia. Namun, tidak semua gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Salah satu perbedaan mencolok terjadi di kalangan Gereja Ortodoks, yang merayakan Natal pada tanggal 7 Januari. Perbedaan ini bukan karena perbedaan teologi atau ajaran iman, melainkan karena perbedaan sistem kalender yang digunakan. Dalam tulisan ini, kita akan mendalami alasan historis, astronomis, dan teologis di balik perayaan Natal oleh Gereja Ortodoks pada tanggal 7 Januari, serta implikasi budaya dan spiritual dari perbedaan tersebut.

Sejarah Singkat Kalender: Julian vs Gregorian

Untuk memahami alasan perbedaan tanggal Natal, penting untuk terlebih dahulu memahami dua sistem kalender utama yang digunakan dalam sejarah Kristen: Kalender Julian dan Kalender Gregorian.

Kalender Julian

Kalender Julian diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM. Kalender ini merupakan hasil pembaruan dari sistem penanggalan Romawi yang sebelumnya kacau dan tidak teratur. Kalender Julian memperkenalkan tahun kabisat setiap empat tahun, yang membuat rata-rata panjang tahun menjadi 365,25 hari. Sistem ini cukup akurat untuk zaman kuno, tetapi memiliki penyimpangan kecil dari tahun matahari yang sesungguhnya (sekitar 11 menit per tahun). Selama berabad-abad, penyimpangan ini bertambah hingga beberapa hari, yang menyebabkan tanggal-tanggal penting dalam kalender liturgi bergeser dari musim aslinya.

Kalender Gregorian

Pada abad ke-16, penyimpangan kalender Julian terhadap tahun matahari mencapai sekitar 10 hari. Hal ini menjadi masalah karena memengaruhi penanggalan Paskah, yang sangat penting dalam kalender gereja. Untuk memperbaiki hal ini, Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian pada tahun 1582. Kalender ini menghapus 10 hari dari kalender Julian dan memperkenalkan aturan baru mengenai tahun kabisat untuk membuatnya lebih akurat: hanya tahun kelipatan 4 yang menjadi tahun kabisat, kecuali tahun kelipatan 100 yang bukan kelipatan 400.

Negara-negara Katolik seperti Italia, Spanyol, dan Portugal segera mengadopsi kalender baru ini. Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks menolak perubahan ini untuk waktu yang lama, menganggapnya sebagai upaya dominasi Paus atas seluruh dunia Kristen.

Mengapa Gereja Ortodoks Tetap Menggunakan Kalender Julian?

Banyak gereja Ortodoks Timur tetap menggunakan kalender Julian untuk penanggalan liturgi mereka. Ini terutama berlaku untuk Gereja Ortodoks Rusia, Gereja Ortodoks Serbia, Gereja Ortodoks Yerusalem, dan Gereja Ortodoks Georgia. Alasan utamanya adalah kesetiaan terhadap tradisi kuno dan penolakan terhadap campur tangan otoritas Katolik Roma dalam urusan gerejawi mereka.

Kalender Julian tertinggal 13 hari dari Kalender Gregorian. Oleh karena itu, ketika umat Kristen Barat merayakan Natal pada 25 Desember Gregorian, Gereja Ortodoks merayakannya pada 25 Desember versi Julian, yang jatuh pada 7 Januari Gregorian.

Makna Teologis dan Liturgis Natal bagi Gereja Ortodoks

Natal dalam tradisi Ortodoks bukan hanya perayaan kelahiran Yesus, tetapi merupakan bagian dari siklus liturgi yang sangat dalam dan penuh makna. Dalam tradisi Ortodoks, masa persiapan untuk Natal disebut sebagai "Puasa Natal" atau "Puasa Kelahiran," yang berlangsung selama 40 hari, mirip dengan masa Adven dalam tradisi Barat.

Puasa ini merupakan waktu pertobatan, pengendalian diri, dan persiapan spiritual untuk menyambut kelahiran Kristus. Gereja Ortodoks sangat menekankan aspek mistik dan spiritual dari Natal, melihatnya sebagai misteri inkarnasi Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia.

Perayaan Natal dimulai pada malam tanggal 6 Januari (dalam kalender Gregorian), yang disebut sebagai malam Natal, dan dilanjutkan dengan Liturgi Ilahi pada pagi hari tanggal 7 Januari. Seluruh rangkaian perayaan ini sarat dengan simbolisme dan ritus kuno yang kaya makna.

Gereja Ortodoks yang Menggunakan Kalender Julian

Beberapa gereja Ortodoks yang secara konsisten merayakan Natal pada 7 Januari karena mengikuti kalender Julian:

  1. Gereja Ortodoks Rusia

  2. Gereja Ortodoks Serbia

  3. Gereja Ortodoks Yerusalem

  4. Gereja Ortodoks Georgia

  5. Sebagian Gereja Ortodoks Ukraina

  6. Gereja Ortodoks Makedonia

Sementara itu, beberapa gereja Ortodoks lainnya, seperti Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks Rumania, dan Gereja Ortodoks Bulgaria, telah mengadopsi kalender Julian yang diperbarui (Revised Julian Calendar) atau bahkan kalender Gregorian untuk keperluan liturgi, dan karena itu merayakan Natal pada 25 Desember.

Implikasi Budaya dan Sosial

Perayaan Natal pada 7 Januari memiliki implikasi budaya yang besar, terutama di negara-negara mayoritas Ortodoks. Di Rusia, Ukraina, Serbia, dan Georgia, tanggal 7 Januari merupakan hari libur nasional. Banyak tradisi rakyat dan budaya yang melekat pada perayaan ini, termasuk nyanyian Natal, makanan khas, dan kebaktian malam yang berlangsung hingga dini hari.

Masyarakat Ortodoks sering kali merayakan dua kali Natal: satu secara sosial bersama umat Kristen lainnya pada 25 Desember, dan satu lagi secara spiritual dan religius pada 7 Januari. Ini menunjukkan fleksibilitas dan kedalaman iman mereka, yang tidak hanya terpaku pada tanggal, tetapi juga pada makna.

Perspektif Ekumenis

Meskipun ada perbedaan tanggal, banyak gereja Ortodoks dan Katolik telah menjalin dialog ekumenis untuk mencari kesatuan dalam merayakan hari-hari raya besar Kristen. Beberapa usulan telah diajukan untuk menggunakan kalender bersama atau menentukan tanggal Paskah yang seragam, namun hingga kini belum tercapai kesepakatan universal.

Namun, perbedaan ini tidak menjadi hambatan besar dalam hubungan antar umat Kristen. Justru, ini menjadi bukti keragaman dalam kesatuan iman yang lebih besar: iman kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dunia.

Kesimpulan

Perayaan Natal pada 7 Januari oleh Gereja Ortodoks adalah hasil dari kesetiaan terhadap kalender Julian dan warisan liturgi kuno yang telah diwariskan selama berabad-abad. Meskipun terdapat perbedaan tanggal, esensi dari perayaan Natal tetap sama: mengenang dan merayakan kelahiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Melalui puasa, doa, dan liturgi yang khusyuk, umat Ortodoks menyambut kelahiran Sang Imanuel dengan penuh sukacita rohani. Perbedaan kalender ini menjadi pengingat bahwa iman Kristen memiliki berbagai ekspresi yang sah dan berharga, dan bahwa dalam perbedaan tersebut, ada kekayaan spiritual yang patut diapresiasi.

Dengan memahami akar sejarah dan teologis dari perbedaan ini, kita dapat membangun sikap saling menghormati di antara berbagai tradisi Kristen di dunia, serta merayakan keberagaman dalam tubuh Kristus yang satu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama