Advertisement

Responsive Advertisement

YESUS SEBAGAI GURU: ANALISIS METODE PENGAJARAN YESUS DALAM INJIL SINOPTIK DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN KRISTEN

 


Pendahuluan

Yesus Kristus bukan hanya dikenal sebagai Juruselamat, tetapi juga sebagai seorang Guru yang agung. Dalam Injil-injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), Yesus sering disebut “Rabbi” atau “Guru” oleh para pengikut-Nya maupun masyarakat Yahudi pada zaman-Nya. Gelar ini bukan sekadar sebutan simbolik, melainkan mencerminkan peran aktif Yesus dalam mendidik, membentuk, dan mentransformasi kehidupan murid-murid-Nya. Artikel ini akan mengkaji secara teologis metode pengajaran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik serta menelaah relevansinya bagi pendidikan Kristen masa kini.

Metode Pengajaran Yesus dalam Injil Sinoptik

1. Pengajaran dengan Perumpamaan

Salah satu metode paling khas yang digunakan Yesus adalah perumpamaan. Perumpamaan adalah kisah singkat yang mengandung makna rohani dan moral yang dalam. Yesus menggunakan perumpamaan untuk mengungkapkan rahasia Kerajaan Allah dengan cara yang mudah dipahami namun menantang pendengar untuk merenung lebih dalam. Contoh paling terkenal adalah perumpamaan tentang Penabur (Mat. 13:1–23) dan Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32).

2. Pengajaran Kontekstual dan Relevan

Yesus tidak mengajarkan doktrin dalam ruang hampa. Ia selalu merespons konteks sosial dan spiritual pendengar-Nya. Ia berbicara tentang garam dan terang (Mat. 5:13–16), anggur baru dan kantong kulit lama (Mrk. 2:22), serta menggunakan benda sehari-hari untuk menjelaskan kebenaran rohani. Metode ini menunjukkan bahwa pengajaran yang efektif harus menyatu dengan kehidupan nyata.

3. Dialog dan Pertanyaan Reflektif

Yesus sering mengajukan pertanyaan kepada pendengar-Nya sebagai cara untuk membangkitkan kesadaran dan pengakuan diri. Dalam Markus 8:29, Ia bertanya kepada para murid, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk memperoleh jawaban informasi, melainkan untuk menggugah hati dan pikiran.

4. Keteladanan Hidup

Yesus mengajarkan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. Ia menjadi teladan dalam kerendahan hati, pelayanan, pengampunan, dan kasih. Contohnya saat Ia membasuh kaki para murid (Yoh. 13:1–17), tindakan itu menjadi bentuk pengajaran praktis tentang pelayanan yang rendah hati.

5. Relasi Personal dan Disiplin Rohani

Yesus mengembangkan relasi yang intim dengan murid-murid-Nya. Ia tidak hanya berbicara di depan massa, tetapi membina hubungan yang personal. Ia juga membimbing mereka dalam disiplin rohani, seperti doa, puasa, dan hidup bergantung pada kehendak Allah.

Relevansi bagi Pendidikan Kristen Masa Kini

1. Pendidikan yang Kontekstual dan Inovatif

Pendidik Kristen perlu mengadopsi pendekatan Yesus yang kontekstual. Pendidikan Kristen harus mampu menjawab kebutuhan zaman, menjelaskan iman dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh generasi digital, dan relevan dengan realitas hidup peserta didik.

2. Pembelajaran yang Berbasis Nilai dan Transformasi

Yesus tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi mengubah hidup. Pendidikan Kristen juga seharusnya tidak semata-mata menekankan aspek kognitif, melainkan juga membentuk karakter dan spiritualitas peserta didik.

3. Pengajaran Melalui Keteladanan

Pendidik Kristen hendaknya menjadi teladan iman dan integritas. Seperti Yesus, guru Kristen harus “menghidupi” ajarannya—mengajarkan kasih, kesabaran, dan kejujuran melalui tindakan nyata.

4. Penguatan Relasi dan Komunitas

Yesus menunjukkan pentingnya membangun relasi personal yang mendalam. Pendidikan Kristen perlu menciptakan komunitas belajar yang mendukung, penuh kasih, dan menumbuhkan iman bersama.

Kesimpulan

Yesus sebagai Guru agung memberikan teladan luar biasa dalam hal metode dan gaya pengajaran. Injil Sinoptik memperlihatkan bahwa pengajaran Yesus bersifat komunikatif, kontekstual, relasional, dan transformatif. Relevansi metode ini sangat besar dalam pendidikan Kristen masa kini yang menghadapi tantangan zaman modern. Pendidikan Kristen perlu kembali kepada esensi pengajaran Yesus, yaitu mendidik dengan kasih, hidup dalam keteladanan, dan mengarah pada transformasi hidup yang sejati dalam Kristus.

Posting Komentar

0 Komentar