Teologi Presbiterian adalah salah satu tradisi teologi Protestan yang berakar pada gerakan Reformasi Protestan abad ke-16, khususnya melalui pengaruh John Calvin di Jenewa dan John Knox di Skotlandia. Nama "Presbiterian" berasal dari kata Yunani presbyteros yang berarti "penatua," mencerminkan sistem pemerintahan gereja yang menempatkan otoritas pada dewan penatua (session) daripada individu seperti paus atau uskup. Tradisi ini menekankan supremasi Alkitab, keselamatan oleh anugerah, dan doktrin kedaulatan Allah.
Akar Historis Teologi Presbiterian
Pengaruh Reformasi
Teologi Presbiterian berakar pada Reformasi Protestan yang dimulai oleh Martin Luther pada tahun 1517. Namun, Presbiterianisme lebih spesifik merupakan ekspresi dari tradisi Reformasi yang dipengaruhi oleh teologi Calvinis.- John Calvin (1509–1564), seorang reformator dari Prancis, memainkan peran sentral dalam membentuk dasar teologis tradisi ini melalui karyanya, Institutes of the Christian Religion.
- John Knox (1513–1572), murid Calvin, membawa pengaruh Calvinisme ke Skotlandia, yang kemudian menjadi pusat perkembangan Presbiterianisme.
Pemerintahan Gereja
Pemerintahan gereja Presbiterian dirancang untuk menolak struktur hirarkis Katolik Roma dan Anglikan. Gereja Presbiterian diatur melalui:- Penatua (Presbyteros): Pemimpin gereja yang dipilih oleh jemaat.
- Majelis (Session): Badan lokal yang terdiri dari pendeta dan penatua.
- Sinode dan Majelis Umum: Badan yang lebih besar yang mengawasi gereja-gereja lokal.
Doktrin Utama Teologi Presbiterian
Teologi Presbiterian didasarkan pada sistem doktrin Reformed yang secara khusus digambarkan dalam Pengakuan Iman Westminster (1647) dan Katekismus Westminster. Berikut adalah doktrin utama:
1. Kedaulatan Allah
- Teologi Presbiterian menekankan bahwa Allah adalah Mahakuasa dan berdaulat atas seluruh ciptaan. Tidak ada yang terjadi tanpa izin atau kehendak Allah.
- Allah bukan hanya pencipta, tetapi juga pemelihara dan pengatur segala sesuatu.
2. Keselamatan oleh Anugerah melalui Iman
- Manusia, dalam keadaan alami, telah jatuh dalam dosa dan sepenuhnya tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
- Keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah, bukan dari usaha manusia.
- Presbiterian menekankan Sola Fide (iman saja) dan Sola Gratia (anugerah saja) sebagai dasar keselamatan.
3. Doktrin Predestinasi
- Presbiterian percaya bahwa Allah telah menentukan dari kekekalan siapa yang akan diselamatkan (disebut "yang terpilih") dan siapa yang tidak.
- Doktrin ini sering dikaitkan dengan teologi Calvin dan dikenal sebagai predestinasi ganda (double predestination).
4. Otoritas Alkitab
- Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi bagi iman dan praktik Kristen.
- Presbiterian menerima inspirasi dan infalibilitas Kitab Suci dalam pengajaran teologisnya.
5. Sakramen
- Presbiterian mengakui dua sakramen sebagai tanda dan meterai perjanjian Allah:
- Baptisan: Lambang masuknya seseorang ke dalam perjanjian Allah. Dilakukan pada bayi (baptisan anak) dan orang dewasa yang bertobat.
- Perjamuan Kudus: Sebagai peringatan akan kematian Kristus dan lambang persekutuan dengan-Nya.
6. Perjanjian (Covenant Theology)
- Presbiterian memandang hubungan Allah dengan manusia dalam kerangka perjanjian.
- Allah berjanji menyelamatkan umat-Nya melalui Yesus Kristus, yang dianggap sebagai penggenapan perjanjian antara Allah dan manusia.
7. Prinsip-prinsip Reformasi
Presbiterian menekankan lima prinsip utama Reformasi (Five Solas):
- Sola Scriptura: Alkitab sebagai otoritas tertinggi.
- Sola Fide: Keselamatan melalui iman.
- Sola Gratia: Keselamatan oleh anugerah Allah.
- Solus Christus: Yesus Kristus sebagai satu-satunya perantara antara Allah dan manusia.
- Soli Deo Gloria: Segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Struktur Pemerintahan Gereja Presbiterian
Presbiterian memiliki sistem pemerintahan yang demokratis dan kolegial, berbeda dari model episkopal (uskup) atau kongregasional (independen). Sistem ini memiliki beberapa tingkat:
- Session (Majelis Jemaat): Di tingkat lokal, terdiri dari pendeta dan penatua terpilih.
- Presbytery: Kumpulan beberapa gereja lokal yang bekerja bersama.
- Synod: Tingkat regional yang mengawasi beberapa presbytery.
- General Assembly (Majelis Umum): Badan pengatur tertinggi, biasanya bertemu secara berkala untuk membahas masalah teologi dan administrasi.
Pengaruh Budaya dan Sejarah
Skotlandia dan Dunia Barat
Presbiterianisme menjadi agama utama di Skotlandia setelah Reformasi dan menyebar ke Irlandia Utara, Amerika Utara, dan berbagai wilayah lain melalui kolonisasi dan misi.Pengaruh dalam Pendidikan
Tradisi Presbiterian mendukung pendidikan tinggi dan pengajaran Alkitab. Banyak universitas ternama, seperti Princeton University, didirikan oleh orang-orang Presbiterian.Aktivisme Sosial
Gereja Presbiterian sering terlibat dalam gerakan keadilan sosial, perdamaian, dan pengentasan kemiskinan, berdasarkan pemahaman mereka tentang mandat Allah untuk memperbarui dunia.
Kritik dan Tantangan
Predestinasi
Doktrin predestinasi sering disalahpahami sebagai fatalistik, yang menyebabkan kritik dari tradisi Kristen lainnya.Fragmentasi Denominasi
Presbiterianisme telah mengalami perpecahan sepanjang sejarahnya, terutama karena perbedaan pandangan teologis dan sosial.Sekularisasi
Di negara-negara Barat, gereja Presbiterian menghadapi tantangan penurunan jumlah anggota karena sekularisasi masyarakat.
Kesimpulan
Teologi Presbiterian adalah tradisi Protestan yang berakar kuat pada ajaran Alkitab, Reformasi, dan teologi Calvin. Ciri utamanya meliputi fokus pada kedaulatan Allah, anugerah keselamatan, dan otoritas Kitab Suci. Dengan struktur gereja yang demokratis dan komitmen terhadap pendidikan serta misi sosial, Presbiterianisme terus memberikan pengaruh yang signifikan dalam Kekristenan global. Meskipun menghadapi tantangan, tradisi ini tetap menjadi saksi penting dari iman Reformed yang memuliakan Allah di segala aspek kehidupan.
0 Komentar