Pertanyaan apakah Yesus diutus hanya untuk Bani Israel telah menjadi topik diskusi panjang dalam teologi Kristen. Untuk menjawabnya, kita perlu melihat konteks historis, alkitabiah, dan misi Yesus secara keseluruhan.
1. Konteks Historis Kehadiran Yesus
Yesus lahir di tengah-tengah bangsa Yahudi pada abad pertama di Palestina, sebuah wilayah yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi. Kehadiran-Nya memenuhi nubuat Perjanjian Lama yang ditujukan kepada Bani Israel. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan berjanji untuk mengutus seorang Mesias yang akan menyelamatkan umat-Nya (Yesaya 9:6-7; Mikha 5:2). Nubuat ini secara eksplisit terkait dengan Israel sebagai umat pilihan Tuhan.
2. Misi Awal Yesus kepada Bani Israel
Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Dia secara eksplisit mengatakan bahwa misi awal-Nya adalah kepada Bani Israel. Dalam Matius 15:24, Yesus berkata, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Hal ini menunjukkan fokus pelayanan-Nya yang pertama. Sebagai Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, Yesus datang untuk menggenapi janji-janji Allah kepada Israel.
3. Pelayanan Yesus kepada Orang Non-Yahudi
Meskipun misi awal-Nya adalah kepada Bani Israel, Yesus tidak menolak berinteraksi dengan orang-orang non-Yahudi. Contoh yang terkenal adalah pertemuan Yesus dengan perempuan Kanaan (Matius 15:21-28) dan perwira Romawi (Matius 8:5-13). Dalam kedua peristiwa ini, Yesus memuji iman mereka, yang menunjukkan bahwa misi-Nya juga mencakup bangsa-bangsa lain.
Satu contoh lain adalah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur Yakub (Yohanes 4:1-42). Di sini, Yesus menawarkan "air hidup" kepada perempuan Samaria dan menunjukkan bahwa keselamatan tidak hanya terbatas pada Bani Israel.
4. Amanat Agung Yesus
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku..." (Matius 28:19). Amanat ini dengan jelas menunjukkan bahwa misi Yesus adalah universal, mencakup seluruh bangsa, bukan hanya Bani Israel.
Amanat Agung mengubah fokus pelayanan dari bangsa Israel menjadi pelayanan global. Murid-murid Yesus, khususnya Rasul Paulus, kemudian menjadi instrumen utama dalam membawa Injil kepada orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain).
5. Perspektif Teologis
Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Dalam Galatia 3:28, Paulus berkata, "Dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani... sebab kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Ayat ini menekankan bahwa misi Yesus melampaui batas-batas etnis atau kebangsaan.
Paulus juga menulis dalam Roma 1:16 bahwa Injil adalah "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani." Ini menunjukkan bahwa meskipun keselamatan pertama kali ditawarkan kepada Israel, itu diperluas kepada semua bangsa.
6. Kesimpulan
Meskipun misi awal Yesus difokuskan kepada Bani Israel sesuai dengan janji Perjanjian Lama, misi-Nya tidak terbatas pada bangsa itu saja. Yesus adalah Juruselamat seluruh dunia, yang mengundang semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi, untuk menerima kasih karunia-Nya. Amanat Agung dan pelayanan para rasul menjadi bukti nyata bahwa keselamatan dalam Yesus bersifat universal.
Dalam Yohanes 3:16, Yesus berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Ayat ini merangkum bahwa misi Yesus adalah untuk seluruh umat manusia.