Advertisement

Responsive Advertisement

KENAPA ALKITAB PERJANJIAN BARU DITULIS DALAM BAHASA YUNANI KOINE ?


Alkitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine karena berbagai alasan historis, budaya, dan teologis yang sangat signifikan. Berikut adalah penjelasan panjang mengenai hal ini:

1. Dominasi Budaya dan Bahasa Yunani pada Zaman Helenistik

Setelah penaklukan Alexander Agung (356–323 SM), Yunani menjadi bahasa dominan di seluruh wilayah Kekaisaran Makedonia yang mencakup sebagian besar dunia kuno, dari Yunani hingga Mesir, Mesopotamia, dan India. Alexander memperkenalkan Hellenisasi, yaitu penyebaran budaya, bahasa, dan nilai-nilai Yunani di wilayah yang ditaklukkannya.

Bahasa Yunani Koine adalah bentuk bahasa Yunani yang sederhana dan mudah dipahami oleh banyak orang, berbeda dengan Yunani klasik yang lebih formal. Sebagai bahasa perdagangan, pendidikan, dan komunikasi umum (lingua franca), Yunani Koine memungkinkan orang dari berbagai latar belakang budaya untuk saling memahami. Dalam konteks ini, penulisan Perjanjian Baru dalam Yunani Koine memastikan bahwa pesan Injil dapat diakses oleh populasi yang luas di wilayah tersebut.


2. Yunani Koine Sebagai Bahasa Universal

Pada abad pertama Masehi, ketika Perjanjian Baru ditulis, Kekaisaran Romawi menguasai sebagian besar wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Yunani. Meskipun Latin adalah bahasa resmi Romawi, Yunani tetap menjadi bahasa universal, khususnya di bagian timur Kekaisaran, termasuk Palestina, Siria, Asia Kecil, dan Mesir. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat Yahudi diaspora (Yahudi yang tinggal di luar Palestina) dan non-Yahudi (bangsa-bangsa lain yang disebut Gentiles).

Hal ini menjadikan Yunani Koine sebagai bahasa yang ideal untuk menyebarkan pesan Injil ke berbagai kelompok etnis dan geografis. Surat-surat Paulus, misalnya, ditulis kepada jemaat-jemaat di kota-kota seperti Korintus, Efesus, dan Roma, yang semuanya memiliki komunitas pembaca Yunani.


3. Septuaginta: Pengaruh Terjemahan Perjanjian Lama ke Yunani

Sebelum Perjanjian Baru ditulis, sebagian besar komunitas Yahudi di diaspora telah menggunakan Septuaginta, yaitu terjemahan Perjanjian Lama (dari bahasa Ibrani dan Aram) ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini diselesaikan sekitar abad ke-3 hingga ke-2 SM di Aleksandria, Mesir, untuk memenuhi kebutuhan Yahudi diaspora yang tidak lagi fasih berbahasa Ibrani.

Septuaginta menjadi teks yang dikenal luas di kalangan Yahudi diaspora dan bahkan diterima oleh orang-orang non-Yahudi yang tertarik dengan agama Yahudi. Ketika para penulis Perjanjian Baru, seperti Matius, Markus, Lukas, dan Paulus, menulis kitab mereka, mereka sering mengutip dari Septuaginta. Dengan demikian, penggunaan Yunani Koine memiliki kesinambungan teologis dan budaya dengan tradisi Yahudi.


4. Konteks Misi Yesus dan Para Rasul

Yesus sendiri berbicara dalam bahasa Aram, yang merupakan bahasa sehari-hari di Palestina pada waktu itu. Namun, misi para Rasul, khususnya setelah kebangkitan Yesus, diperluas ke luar Palestina. Para Rasul seperti Paulus, yang memiliki latar belakang Hellenistik, menyadari bahwa untuk menjangkau orang-orang non-Yahudi (Gentiles), mereka harus menggunakan bahasa Yunani. Sebagai seorang Yahudi diaspora yang fasih berbahasa Yunani, Paulus mampu menulis surat-suratnya kepada jemaat di kota-kota Yunani-Romawi dalam bahasa Yunani Koine.

Kitab-kitab Injil, Kisah Para Rasul, dan surat-surat Perjanjian Baru ditulis dalam Yunani Koine agar pesan Kristus dapat dipahami oleh semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Hal ini sejalan dengan mandat Yesus untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Matius 28:19-20).


5. Kesederhanaan Yunani Koine

Bahasa Yunani Koine memiliki struktur gramatikal yang sederhana dibandingkan dengan bahasa Yunani klasik. Hal ini mempermudah penyebaran ajaran Kristen kepada orang-orang dari berbagai kelas sosial, termasuk orang-orang biasa yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Bahasa ini juga kaya dalam kosakata filosofis dan teologis, sehingga cocok untuk mengungkapkan konsep-konsep spiritual yang dalam, seperti logos (Firman), agape (kasih), dan charis (anugerah).


6. Strategi Allah dalam Penyebaran Injil

Banyak teolog percaya bahwa penggunaan Yunani Koine adalah bagian dari rencana ilahi untuk menyebarkan Injil. Rasul Paulus dalam Galatia 4:4 menyebutkan bahwa Yesus datang "pada waktu yang telah genap." Waktu tersebut mengacu pada kondisi dunia yang mendukung penyebaran pesan Injil secara global. Dengan bahasa Yunani sebagai bahasa universal, jalan-jalan Romawi yang aman, dan perdamaian relatif (Pax Romana), Injil dapat disebarkan dengan cepat ke seluruh dunia.


7. Warisan dan Pengaruh Yunani Koine

Meskipun bahasa Yunani Koine tidak lagi digunakan secara luas hari ini, Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa tersebut tetap menjadi dasar kekristenan. Hingga saat ini, para teolog dan sarjana Alkitab mempelajari Yunani Koine untuk memahami lebih dalam makna asli dari teks-teks Alkitab.


Kesimpulan:
Bahasa Yunani Koine dipilih sebagai bahasa Perjanjian Baru karena merupakan bahasa yang paling efektif untuk menyampaikan pesan Injil kepada dunia pada abad pertama. Keputusan ini mencerminkan kombinasi pengaruh sejarah, budaya, dan rencana Allah untuk menjangkau segala bangsa dengan berita keselamatan melalui Kristus.

Posting Komentar

0 Komentar