Pendahuluan
Gereja Etiopia, juga dikenal sebagai Gereja Ortodoks Tewahedo Etiopia, merupakan salah satu gereja Kristen tertua di dunia. Berakar pada tradisi Kekristenan awal, Gereja ini memiliki sejarah yang kaya dan unik, yang mencakup hubungan erat dengan Yudaisme, Kekristenan awal, dan pengaruh politik di Afrika Timur. Berikut adalah perjalanan panjang Gereja Etiopia, mulai dari akar sejarah hingga perannya di zaman modern.
1. Awal Mula Kekristenan di Etiopia
a. Hubungan dengan Yudaisme
Sebelum kedatangan Kekristenan, wilayah Etiopia sudah memiliki tradisi religius yang kuat melalui Yudaisme. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh legenda pertemuan Ratu Sheba (Makeda) dengan Raja Salomo, sebagaimana tercatat dalam Kebra Nagast, sebuah kitab sejarah Etiopia. Dalam legenda ini, anak dari Ratu Sheba dan Raja Salomo, Menelik I, dianggap sebagai leluhur para kaisar Etiopia dan membawa Tabut Perjanjian ke Aksum.
b. Kedatangan Kekristenan
Kekristenan pertama kali tiba di Etiopia pada abad ke-4 M. Menurut tradisi, dua misionaris asal Suriah, Frumentius dan Aedesius, diperkenalkan ke istana Aksum setelah kapal mereka karam di Laut Merah. Frumentius kemudian menjadi uskup pertama Etiopia setelah diangkat oleh Patriarkh Aleksandria, St. Athanasius, sekitar tahun 330 M. Raja Ezana dari Kerajaan Aksum, yang memerintah pada waktu itu, menjadi raja pertama yang memeluk agama Kristen, menjadikan Etiopia salah satu kerajaan Kristen pertama di dunia.
2. Peran Kekaisaran Aksum
Pada masa Kekaisaran Aksum, Gereja Etiopia memainkan peran penting sebagai pusat budaya dan agama. Raja-raja Aksum membangun gereja-gereja monumental dan mempromosikan Kekristenan sebagai agama resmi kerajaan. Selama masa ini, hubungan Gereja Etiopia dengan Gereja Ortodoks Koptik Mesir sangat kuat, di mana Patriarkh Aleksandria mengirimkan uskup untuk memimpin Gereja Etiopia.
3. Perkembangan Teologi dan Praktik
a. Tewahedo
Nama "Tewahedo" berarti "kesatuan" dalam bahasa Ge'ez dan merujuk pada keyakinan teologis Gereja ini bahwa Kristus memiliki satu kodrat ilahi-manusia yang bersatu, sesuai dengan Kristologi monofisit. Teologi ini memisahkan Gereja Etiopia dari Kekristenan Barat dan Timur yang mengikuti Konsili Kalsedon (451 M).
b. Tradisi dan Liturgi
Gereja Etiopia dikenal karena tradisi liturginya yang khas, termasuk penggunaan bahasa Ge'ez dalam ibadah, musik liturgi tradisional, dan seni ikonografi. Praktik keagamaan mereka sangat dipengaruhi oleh Yudaisme, seperti penghormatan hari Sabat, sunat, dan diet kashrut.
4. Era Islam dan Isolasi
Ketika Islam mulai berkembang di Jazirah Arab pada abad ke-7, Etiopia tetap menjadi kerajaan Kristen di tengah wilayah mayoritas Muslim. Meski demikian, Etiopia menjalin hubungan damai dengan Muslim awal, seperti yang diceritakan dalam Hijrah pertama ke Habsyah (Etiopia), di mana umat Islam pertama kali mencari perlindungan dari penganiayaan di Mekkah.
Namun, pada abad-abad berikutnya, hubungan Gereja Etiopia dengan dunia Kristen lainnya semakin terisolasi. Jarak geografis, perpecahan teologis, dan tekanan dari kekuatan Muslim di sekitar Etiopia memutus sebagian besar komunikasi dengan Eropa dan Timur Tengah.
5. Hubungan dengan Eropa dan Perlawanan terhadap Kolonialisme
Pada abad ke-15, Gereja Etiopia mulai menjalin kontak dengan Eropa, terutama melalui Portugis, yang membantu Etiopia melawan invasi Muslim dari Kesultanan Adal. Namun, hubungan ini memicu ketegangan teologis ketika misionaris Katolik mencoba memperkenalkan teologi Roma ke Gereja Etiopia. Pada akhirnya, Kaisar Fasilides (1632–1667) mengusir misionaris Katolik dan memulihkan ortodoksi Tewahedo.
6. Modernisasi dan Reformasi
Pada abad ke-19 dan ke-20, Gereja Etiopia menghadapi tantangan modernisasi di bawah tekanan kekuatan kolonial dan nasionalisme Etiopia. Pada tahun 1959, Gereja Etiopia memperoleh kemerdekaan penuh dari Gereja Ortodoks Koptik dan menetapkan Patriarkh sendiri.
7. Peran dalam Politik dan Budaya
Gereja Ortodoks Tewahedo memiliki pengaruh yang besar dalam budaya dan politik Etiopia. Gereja ini memainkan peran kunci dalam mendukung identitas nasional selama masa penjajahan Italia (1936–1941) dan tetap menjadi simbol persatuan Etiopia.
8. Gereja Etiopia di Era Modern
Hari ini, Gereja Ortodoks Tewahedo Etiopia adalah salah satu gereja terbesar di dunia, dengan jutaan pengikut di Etiopia dan diaspora. Gereja ini tetap mempertahankan tradisi kuno, termasuk penggunaan Alkitab Ge'ez, kalender liturgi khas Etiopia, dan festival besar seperti Timkat (Epifani).
Kesimpulan
Gereja Ortodoks Tewahedo Etiopia adalah simbol keunikan spiritual dan budaya Etiopia. Sebagai salah satu gereja tertua di dunia, ia telah bertahan menghadapi tantangan sejarah dan tetap menjadi bagian integral dari identitas nasional Etiopia. Hubungannya dengan tradisi kuno Yudaisme, Kekristenan awal, dan dinamika politik Afrika menjadikannya salah satu lembaga religius yang paling menarik dalam sejarah dunia.
0 Komentar