Pendahuluan
Dalam kehidupan gereja masa kini, topik mengenai karunia Roh Kudus menjadi salah satu diskusi teologis yang paling penting dan sekaligus paling kontroversial. Karunia-karunia Roh Kudus atau charismata dalam bahasa Yunani, adalah pemberian khusus dari Roh Kudus kepada orang percaya, bukan karena usaha atau jasa manusia, tetapi murni oleh kasih karunia Allah. Namun, dalam praktiknya di banyak gereja kontemporer, terdapat fenomena di mana karunia-karunia ini dimanifestasikan secara mencolok dan terkadang menimbulkan kesan "sensasional". Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah manifestasi karunia Roh Kudus benar-benar bertujuan untuk pelayanan atau hanya menjadi tontonan yang sensasional?
1. Pengertian Karunia Roh Kudus
Karunia Roh Kudus adalah kemampuan supernatural yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya untuk membangun tubuh Kristus, yakni gereja (1 Korintus 12:7). Rasul Paulus menyebutkan berbagai jenis karunia seperti:
-
Karunia menyembuhkan
-
Karunia nubuat
-
Karunia bahasa roh dan penafsiran
-
Karunia mukjizat
-
Karunia pengetahuan dan hikmat
-
Karunia membedakan roh, dan sebagainya (1 Korintus 12:8–10).
Tujuannya adalah untuk pelayanan—untuk menguatkan, menasihati, dan membangun jemaat, bukan untuk membesarkan diri atau mengejar popularitas pribadi.
2. Manifestasi dalam Gereja Masa Kini
Di berbagai gereja, khususnya dalam tradisi Pentakosta dan Karismatik, manifestasi karunia Roh Kudus menjadi elemen utama dalam ibadah. Hal ini dapat berupa:
-
Jemaat berbicara dalam bahasa roh secara masal.
-
Ucapan nubuat yang disampaikan secara terbuka.
-
Doa penyembuhan yang dramatis.
-
Jatuhnya jemaat saat didoakan (sering disebut sebagai "tumbang dalam Roh").
-
Tawa suci (holy laughter), atau bahkan ekspresi tubuh yang tidak biasa.
Dalam beberapa konteks, manifestasi ini membangkitkan iman, memperkuat komunitas, dan menyatakan kehadiran Allah. Namun, di sisi lain, ada praktik-praktik yang terlihat berlebihan, tidak terkontrol, bahkan tidak alkitabiah, yang memunculkan pertanyaan apakah semua itu berasal dari Roh Kudus atau hanya reaksi emosional dan sugesti massa.
3. Antara Pelayanan dan Sensasionalisme
A. Pelayanan Sejati
Karunia Roh Kudus seharusnya menjadi alat pelayanan, bukan hiburan. Dalam Efesus 4:11–13, Rasul Paulus menyebut bahwa pemberian ini bertujuan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus.
Contoh pelayanan sejati melalui karunia Roh:
-
Seorang yang memiliki karunia pengajaran dengan rendah hati membina jemaat.
-
Seseorang dengan karunia penyembuhan mendoakan orang sakit tanpa mencari publisitas.
-
Karunia nubuat digunakan untuk memberikan teguran ilahi atau penguatan secara pribadi dan bertanggung jawab.
B. Sensasionalisme
Sensasionalisme dalam konteks gereja berarti menjadikan pengalaman spiritual sebagai pertunjukan emosional atau keajaiban dramatis untuk menarik perhatian, meningkatkan popularitas hamba Tuhan, atau memperbesar jemaat secara kuantitas.
Ciri-cirinya:
-
Manifestasi karunia menjadi tujuan utama ibadah, bukan Kristus.
-
Jemaat mencari pengalaman emosional, bukan pertumbuhan rohani.
-
Pemimpin rohani dianggap "superior" karena karunia supranatural.
-
Tidak ada proses klarifikasi atau pengujian nubuat (padahal 1 Yohanes 4:1 memerintahkan untuk menguji setiap roh).
4. Implikasi Theologis dan Pastoral
A. Teologis:
-
Harus diakui bahwa Roh Kudus adalah pribadi ilahi yang bekerja sesuai kehendak-Nya, bukan dapat dikendalikan manusia.
-
Karunia-karunia tidak pernah bertentangan dengan firman Tuhan. Setiap manifestasi harus diuji berdasarkan Alkitab.
-
Kristus adalah pusat penyembahan, bukan karunia atau manifestasinya.
B. Pastoral:
-
Pemimpin gereja perlu mengajarkan jemaat cara membedakan karunia sejati dan yang palsu.
-
Perlu ada tata ibadah yang teratur dan sehat, seperti yang disarankan dalam 1 Korintus 14:40, “Segala sesuatu harus dilakukan dengan sopan dan teratur.”
-
Karunia-karunia perlu diarahkan pada pelayanan kasih dan penguatan iman, bukan pertunjukan emosional semata.
5. Tantangan di Era Digital
Gereja masa kini menghadapi tantangan besar, khususnya dalam era media sosial. Banyak video manifestasi Roh Kudus disebarluaskan secara viral. Di satu sisi, hal ini bisa menjadi alat kesaksian. Namun di sisi lain, risiko misrepresentasi sangat besar:
-
Jemaat awam sulit membedakan mana pekerjaan Roh dan mana yang rekayasa.
-
Keinginan untuk “viral” dapat menodai kemurnian pelayanan.
-
Jemaat bisa terjebak dalam semangat mencari sensasi, bukan mencari pertobatan dan kebenaran.
6. Kesimpulan dan Refleksi
Manifestasi karunia Roh Kudus adalah bagian integral dari kehidupan gereja. Namun, gereja dipanggil untuk menjaga kemurnian dan keseimbangan antara keterbukaan terhadap karya Roh Kudus dan tanggung jawab pastoral serta teologis. Gereja harus:
-
Selalu mengutamakan kasih sebagai landasan setiap karunia (1 Korintus 13).
-
Mengarahkan karunia pada pelayanan yang membangun jemaat, bukan sensasionalisme.
-
Menjaga agar pusat ibadah tetap Kristus, bukan pengalaman emosional atau manifestasi supranatural semata.
Karunia adalah pemberian Tuhan, tapi cara kita mengelolanya akan menentukan apakah gereja akan bertumbuh dalam kedewasaan rohani atau justru terjebak dalam pencarian pengalaman yang dangkal.
0 Komentar