📘 I. Abad Pertama (±30–100 M): Kristologi Gereja Perdana
1. Sumber Utama: Kesaksian Para Rasul dan Tulisan Perjanjian Baru
Pada abad pertama, gereja mula-mula menyusun dasar Kristologi yang bersumber dari pengalaman langsung para murid bersama Yesus. Fokus utama mereka adalah pewartaan Injil mengenai:
-
Kematian dan Kebangkitan Yesus
-
Yesus sebagai Mesias dan Tuhan
-
Keselamatan dalam Nama-Nya
2. Kristologi Iman dan Pengakuan Awal
Gereja mula-mula tidak segera membentuk dogma atau doktrin formal tentang Yesus, namun mengungkapkan iman mereka melalui:
-
Pengakuan Iman Baptisan (misalnya dalam Kisah Para Rasul 2:38)
-
Nyanyian Liturgi dan Doksologi (seperti dalam Filipi 2:6–11 dan Kolose 1:15–20)
-
Pengakuan Yesus sebagai Kyrios (Tuhan), yaitu istilah yang dalam Septuaginta (Alkitab Yunani) merujuk kepada Yahweh.
3. Ajaran Paulus dan Yohanes
-
Paulus menekankan Yesus adalah Adam baru dan Anak Allah yang memberikan keselamatan melalui salib (lihat Roma 5, 1 Korintus 15).
-
Yohanes memperkenalkan konsep Logos dalam Yohanes 1:1–14:
“Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Kristologi abad pertama bersifat fungsional (berdasarkan apa yang dilakukan Yesus) dan eksistensial, belum terlalu spekulatif secara filsafati.
📘 II. Abad Kedua–Ketiga (100–300 M): Melawan Ajaran Sesat dan Membangun Teologi Kristologis
1. Munculnya Bidat dan Teologi Gnostik
Beberapa pandangan yang menyimpang muncul dan mengancam pemahaman gereja tentang Kristus:
-
Doketisme: Yesus hanya "tampak" seperti manusia, tetapi tidak sungguh-sungguh memiliki tubuh fisik.
-
Adoptianisme: Yesus hanyalah manusia biasa yang kemudian "diangkat" menjadi Allah.
-
Gnostisisme: Mengajarkan dualisme (roh = baik, tubuh = jahat), sehingga menolak bahwa Allah sungguh-sungguh menjadi manusia.
2. Peran Bapa Gereja
Untuk melawan ajaran-ajaran ini, para Bapa Gereja menulis banyak karya teologis:
-
Ignatius dari Antiokhia: Menekankan kesatuan kemanusiaan dan keilahian Yesus.
-
Irenaeus dari Lyon: Mengembangkan doktrin "rekapitulasi", yakni Yesus mengulangi dan memperbaiki apa yang rusak dalam Adam.
-
Tertullianus: Menggunakan istilah teologis seperti Trinitas, substantia, persona. Ia menyatakan:
“Satu pribadi dengan dua natur (ilahi dan manusiawi).”
Ini merupakan perkembangan awal dari Kristologi ontologis, yaitu mulai mempertanyakan apa hakikat Yesus, bukan hanya apa yang Dia lakukan.
📘 III. Abad Keempat (300–400 M): Krisis Arianisme dan Konsili Nicea (325 M)
1. Ajaran Arius (Arianisme)
Arius, seorang presbiter di Aleksandria, mengajarkan bahwa:
-
Yesus diciptakan oleh Allah Bapa,
-
Yesus bukan sehakikat dengan Bapa, sehingga lebih rendah daripada Allah.
Ia menyatakan:
"There was a time when the Son was not" (Ada waktu ketika Anak belum ada).
2. Tanggapan Gereja: Konsili Nicea (325 M)
Dipimpin oleh Kaisar Konstantinus, Konsili Nicea menghasilkan pengakuan iman yang tegas, bahwa:
-
Yesus Kristus adalah "homoousios to Patri" (sehakikat dengan Bapa).
-
Yesus bukan makhluk ciptaan, tetapi Allah sejati dari Allah sejati.
Kredo Nicea (325 M):
“...Allah sejati dari Allah sejati, diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa...”
Ini adalah tonggak penting dalam Kristologi, karena untuk pertama kalinya gereja secara resmi menetapkan keilahian penuh Yesus dalam satu pengakuan iman universal.
📘 IV. Abad Kelima: Penegasan Dua Natur Kristus
Pada abad ini, perdebatan tidak lagi soal keilahian Kristus, tapi bagaimana hubungan antara natur ilahi dan manusiawi dalam diri Yesus.
1. Nestorianisme
-
Nestorius, patriark Konstantinopel, mengajarkan bahwa dalam Yesus terdapat dua pribadi: manusia dan ilahi yang terpisah.
-
Ia menolak gelar Theotokos (Ibu Allah) untuk Maria, dan menyebutnya hanya Christotokos (Ibu Kristus).
➤ Konsili Efesus (431 M):
-
Mengutuk Nestorianisme.
-
Menetapkan bahwa Maria adalah Theotokos karena yang dilahirkan adalah satu pribadi, yaitu Allah Anak.
-
Menyatakan: Yesus adalah satu pribadi dengan dua natur yang bersatu tanpa perpecahan.
2. Monofisitisme
-
Sebagai reaksi terhadap Nestorius, Eutyches mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu natur, yaitu natur ilahi (natur manusiawi "larut" di dalamnya seperti tetesan madu dalam lautan).
➤ Konsili Khalkedon (451 M):
Konsili ini merupakan puncak perkembangan Kristologi awal. Mereka menyatakan bahwa:
-
Yesus Kristus adalah satu pribadi (hypostasis),
-
Memiliki dua natur (physis), yaitu ilahi dan manusiawi,
-
Kedua natur itu tidak bercampur, tidak berubah, tidak terbagi, dan tidak terpisah.
🛡️ Definisi Khalkedon menjadi patokan ortodoksi gereja Barat dan Timur hingga saat ini.
📘 V. Kesimpulan Umum: Perjalanan Menuju Kristologi Ortodoks
Abad | Isu Utama | Pandangan Salah | Solusi Gereja |
---|---|---|---|
1 M | Siapa Yesus? | Belum sistematis | Kesaksian para rasul, tulisan Perjanjian Baru |
2–3 M | Yesus sungguh manusia? sungguh Allah? | Gnostik, doketisme, adopsianisme | Tertullianus, Irenaeus, Ignatius |
4 M | Apakah Yesus adalah Allah? | Arianisme | Konsili Nicea (325 M) |
5 M | Hubungan natur ilahi dan manusia | Nestorianisme, Monofisitisme | Konsili Efesus (431 M), Khalkedon (451 M) |
✝️ Penutup Reflektif
Perjalanan Kristologi dalam lima abad pertama menunjukkan usaha gereja untuk setia memahami misteri inkarnasi Allah dalam Yesus Kristus. Bukan sekadar debat intelektual, tetapi usaha mempertahankan inti Injil:
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yohanes 1:14).
Kesatuan antara natur ilahi dan manusiawi dalam satu pribadi Kristus menjadi fondasi utama keselamatan umat percaya: hanya Allah yang dapat menyelamatkan, tetapi harus menjadi manusia untuk menebus manusia.
0 Komentar