Advertisement

Responsive Advertisement

YESUS DAN ORANG MISKIN: TINJAUAN SOSIAL-TEOLOGIS ATAS LUKAS 4:18 DALAM KONTEKS KEADILAN SOSIAL GEREJA MASA KINI

 


1. Pendahuluan: Relevansi Teks Lukas 4:18
Lukas 4:18 menyampaikan pernyataan misi Yesus yang sangat radikal: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.” Ayat ini bukan hanya pengantar khotbah Yesus di sinagoge, tetapi juga merupakan manifestasi pelayanan-Nya. Yesus secara sadar menyatakan bahwa kehadiran-Nya di dunia berkaitan erat dengan pembebasan dan pemulihan bagi mereka yang tertindas, termasuk secara khusus orang miskin. Dalam konteks modern, teks ini menantang gereja untuk merefleksikan komitmennya terhadap keadilan sosial dan memperhatikan kesejahteraan kelompok yang terpinggirkan.

2. Pemahaman Teologis tentang Kemiskinan
Dalam Alkitab, kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai ketiadaan materi, tetapi juga sebagai kondisi sosial yang melibatkan ketidakberdayaan, ketertindasan, dan pengucilan. Yesus tidak melihat kemiskinan hanya sebagai masalah ekonomi, melainkan sebagai persoalan spiritual dan struktural. Dalam Lukas 6:20, Yesus berkata, “Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Ini menunjukkan adanya pengakuan akan nilai spiritual dari kerendahan hati dan ketergantungan penuh kepada Allah, tetapi juga memuat seruan untuk perubahan sosial.

3. Konteks Sosial pada Zaman Yesus
Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Sistem pajak yang berat dan struktur sosial yang timpang menyebabkan jurang pemisah yang besar antara orang kaya dan orang miskin. Orang miskin tidak hanya mengalami kelaparan dan penderitaan fisik, tetapi juga dianggap tidak layak secara religius oleh elit keagamaan. Dalam konteks inilah Yesus hadir dengan pesan pengharapan dan tindakan konkret, menyentuh para pengemis, penderita kusta, janda, dan para penindas sistem sosial.

4. Yesus dan Praktik Pembelaan Sosial
Yesus tidak hanya berbicara tentang orang miskin, tetapi juga terlibat langsung dalam kehidupan mereka. Ia memberi makan lima ribu orang, memuji persembahan janda miskin, mengajar tentang kasih kepada sesama yang mencakup tindakan nyata kepada mereka yang lapar, haus, telanjang, dan dipenjara (Matius 25:31–46). Pelayanan Yesus selalu memadukan pewartaan Injil dengan pembelaan terhadap keadilan sosial.

5. Gereja Awal dan Solidaritas terhadap Orang Miskin
Gereja mula-mula menghidupi nilai solidaritas dengan mendistribusikan kekayaan mereka untuk membantu yang membutuhkan (Kisah Para Rasul 2:44-45). Paulus dalam surat-suratnya juga secara konsisten mengingatkan gereja untuk mengumpulkan bantuan bagi jemaat yang miskin. Kesadaran sosial ini menjadi fondasi spiritual dan praksis gereja, yang berangkat dari teladan Yesus sendiri.

6. Tantangan Gereja Masa Kini dalam Konteks Keadilan Sosial
Di era globalisasi, ketimpangan ekonomi semakin tajam. Gereja menghadapi tantangan untuk tetap menjadi suara kenabian yang berpihak kepada kaum miskin. Namun, dalam praktiknya, banyak gereja lebih terfokus pada kenyamanan rohani jemaat kelas menengah ke atas, daripada menjadi agen transformasi sosial. Gereja juga kerap dihadapkan pada godaan komersialisasi dan pelarian dari isu-isu sosial yang kompleks.

7. Teologi Pembebasan dan Ajaran Yesus
Gerakan teologi pembebasan yang muncul di Amerika Latin pada abad ke-20 berakar kuat pada teks seperti Lukas 4:18. Gerakan ini menegaskan bahwa keselamatan mencakup pembebasan dari penindasan struktural dan kemiskinan. Teologi ini mengingatkan bahwa iman Kristen sejati harus bersifat aktif, melibatkan diri dalam perjuangan keadilan sosial demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di bumi.

8. Praktik Gereja dalam Konteks Indonesia
Di Indonesia, gereja berada di tengah-tengah realitas sosial yang penuh ketimpangan. Masih banyak saudara sebangsa yang hidup dalam kemiskinan struktural, baik di desa terpencil maupun perkotaan. Gereja dipanggil untuk berperan bukan hanya dalam pelayanan karitatif seperti membagikan sembako, tetapi juga dalam advokasi kebijakan publik, pemberdayaan ekonomi, dan pendidikan masyarakat miskin.

9. Spiritualitas Pembelaan Sosial
Melayani orang miskin bukan sekadar kewajiban moral, tetapi merupakan bentuk spiritualitas yang meneladani Kristus. Gereja yang berani mengambil sikap untuk berdiri bersama mereka yang tertindas akan menemukan makna iman yang lebih dalam. Yesus sendiri tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58), tetapi justru melalui kemiskinan-Nya banyak orang diselamatkan (2 Korintus 8:9).

10. Kesimpulan dan Seruan Gereja
Yesus Kristus menunjukkan bahwa kabar baik sejati harus dirasakan terlebih dahulu oleh orang-orang yang tidak memiliki harapan. Lukas 4:18 menjadi panggilan bagi gereja masa kini untuk kembali menata ulang misinya dalam terang Injil. Gereja tidak hanya dipanggil untuk berkhotbah, tetapi juga untuk bertindak. Hanya dengan berjalan bersama mereka yang miskin, tertindas, dan tersingkirkan, gereja dapat mewujudkan kehadiran Kristus secara nyata di dunia modern ini.

Posting Komentar

0 Komentar