Advertisement

Responsive Advertisement

PENGAMPUNAN DALAM AJARAN YESUS KRISTUS: STUDI EKSPOSITORI MATIUS 18:21–35 DAN IMPLIKASINYA BAGI PEMULIHAN RELASI MANUSIA



1. Latar Belakang dan Konteks Perikop

Matius 18:21–35 adalah bagian dari pengajaran Yesus mengenai pengampunan dalam relasi antarsesama. Perikop ini diawali dengan pertanyaan Petrus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” (ay. 21). Pertanyaan ini mencerminkan pemahaman Yudaisme waktu itu yang mengajarkan batasan dalam mengampuni. Namun Yesus memberikan jawaban yang melampaui logika manusiawi: “Bukan tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali” (ay. 22), menandakan pengampunan yang tidak terbatas.

2. Analisis Perumpamaan Hamba yang Tidak Mengampuni
Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan perumpamaan tentang seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Seorang hamba berutang 10.000 talenta, jumlah yang tidak mungkin bisa dibayar. Sang raja menunjukkan belas kasihan dengan menghapus seluruh utang itu. Namun hamba tersebut, setelah diampuni, tidak bersedia mengampuni sesama hamba yang hanya berutang 100 dinar. Ketidakadilan dan kekerasan hati hamba ini menimbulkan murka sang raja, yang akhirnya menyerahkannya kepada algojo.

3. Makna Teologis Pengampunan
Yesus menekankan bahwa pengampunan bukan sekadar tindakan moral, melainkan respons spiritual terhadap anugerah Allah. Orang percaya telah menerima pengampunan yang besar dari Allah; oleh karena itu, mereka juga wajib mengampuni sesamanya. Gagal mengampuni berarti gagal memahami kedalaman kasih karunia Allah.

4. Relevansi Pengampunan dalam Kehidupan Sosial
Pengampunan menjadi fondasi penting dalam membangun dan memulihkan relasi yang rusak. Dalam era modern, ketika relasi manusia mudah retak karena ego, dendam, dan media sosial, ajaran Yesus menjadi panggilan untuk membangun budaya saling memaafkan. Tanpa pengampunan, relasi akan terus diwarnai luka, kecurigaan, dan ketegangan.

5. Psikologi dan Spiritualitas Pengampunan
Secara psikologis, mengampuni membawa kelegaan dan kesehatan jiwa. Beban dendam dan luka batin hanya memperpanjang penderitaan pribadi. Dari sisi spiritualitas Kristen, mengampuni adalah wujud pertumbuhan rohani dan ketaatan terhadap perintah Kristus. Orang yang mengampuni mencerminkan sifat Bapa di surga.

6. Implikasi Pastoral bagi Gereja
Gereja memiliki peran strategis dalam mengajarkan dan membimbing jemaat untuk menghidupi prinsip pengampunan. Melalui khotbah, konseling, dan komunitas pemuridan, gereja dapat menjadi ruang pemulihan bagi orang-orang yang terluka dan terasing. Gereja juga harus menjadi teladan dalam menyelesaikan konflik secara redemptif.

7. Tantangan dalam Mengampuni di Zaman Sekarang
Zaman modern ditandai dengan budaya balas dendam yang sering kali disahkan oleh hukum sosial dan bahkan media. Budaya cancel culture, penyebaran aib, dan serangan digital membuat pengampunan dianggap lemah. Dalam konteks ini, mengampuni menjadi tindakan kontra-kultural yang membutuhkan keberanian iman.

8. Kasih Karunia sebagai Dasar Pengampunan
Yesus menunjukkan bahwa pengampunan bukan berdasarkan kelayakan orang yang bersalah, tetapi berdasarkan kasih karunia yang telah diterima. Sama seperti Allah yang mengampuni karena kasih-Nya, demikian pula orang percaya diajak untuk mengampuni bukan karena orang lain pantas, tetapi karena kasih Kristus memenuhi hati mereka.

9. Pemulihan Relasi sebagai Buah Pengampunan
Pengampunan membuka jalan bagi rekonsiliasi dan pembaruan hubungan. Meski tidak selalu mudah, relasi yang diperbaiki membawa damai dan memperkuat komunitas. Ajaran Yesus tidak berhenti pada memaafkan secara pribadi, tetapi mengarah pada pemulihan sosial dan komunitas yang saling menerima.

10. Kesimpulan
Perikop Matius 18:21–35 memberikan pengajaran yang dalam dan relevan tentang pentingnya pengampunan. Dalam dunia yang penuh dengan luka, kekecewaan, dan keterasingan, ajaran Yesus menjadi pelita bagi mereka yang rindu memulihkan relasi. Gereja dan orang percaya dipanggil menjadi agen kasih yang mengampuni tanpa batas, sebagaimana mereka telah diampuni oleh Bapa yang penuh belas kasihan.

Posting Komentar

0 Komentar