Advertisement

Responsive Advertisement

APA ITU CODEX ALEPPO DAN CODEX LENINGRAD ?

Codex Aleppo dan Codex Leningrad (atau Leningrad Codex) adalah dua manuskrip Alkitab Ibrani dari tradisi Masoretik yang paling terkenal dan berpengaruh dalam studi teks Perjanjian Lama. Keduanya menjadi rujukan utama bagi ahli filologi, penerjemah Alkitab modern, dan sejarawan teks karena memuat teks Ibrani yang diberi vokalisasi dan catatan masorah—elemen yang menentukan pengucapan, pembacaan, dan pembagian kata sejak abad pertengahan. Wikipedia+1

Untuk memahami pengaruh kedua codex ini perlu kembali singkat pada proyek besar kaum Masoretes: antara abad ke-6 sampai ke-10 M para cendekiawan Yahudi (Masoretes) merapikan teks Ibrani dengan menambahkan tanda vokal (nikud), tanda baca/tajwid (cantillation), dan catatan masorah yang merekam variasi teks dan aturan pembacaan. Hasil pekerjaan inilah yang dikenal sebagai Masoretic Text—dasar utama teks Ibrani yang dipakai oleh tradisi Yahudi dan banyak terjemahan modern. Encyclopedia Britannica

Aleppo Codex berasal dari tradisi ini dan ditulis pada sekitar abad ke-10 M (sekitar tahun 930-an) di wilayah Palestina (tradisi menunjukkan Tiberias sebagai pusat masoretik pada masa itu). Codex ini sejak lama dianggap sangat otoritatif karena ketelitian masoretnya; nama besarnya memperkuat statusnya sebagai salah satu naskah paling berwibawa yang pernah ada dalam garis Ben-Asher. Selain itu, Aleppo Codex pernah dipuji oleh tokoh besar seperti Maimonides pada abad ke-12, yang menegaskan otoritasnya. Wikipedia+1

Secara fisik Aleppo Codex adalah manuskrip terikat (codex) yang memuat teks lengkap Kitab Ibrani (atau setidaknya awalnya) dengan tanda-tanda vokal Tiberia dan catatan masorah yang rinci di sekitar teks. Kualitas tulisan, ketelitian vokalisasi, dan kedalaman catatan masorah membuat Aleppo sangat dihargai oleh para ahli; banyak editor kemudian menganggap Aleppo sebagai contoh ideal dari tradisi Ben-Asher. Namun, poin penting: meskipun sangat otoritatif, Aleppo tidak lagi lengkap (lihat paragraf tentang kehilangan halaman). Biblical Archaeology Society+1

Sejarah kepemilikan Aleppo menunjukkan betapa manuskrip ini menjadi pusaka komunitas: selama berabad-abad ia disimpan dan dilindungi oleh komunitas Yahudi Aleppo (Syria), dipakai dalam pembacaan dan sebagai rujukan liturgis. Kehadirannya di Aleppo selama ratusan tahun pula yang memberi nama manuskrip ini dalam tradisi modern. Wikipedia

Peristiwa dramatis yang sangat menentukan nasib Aleppo Codex terjadi pada tahun 1947, saat terjadi kerusuhan anti-Yahudi di Aleppo. Setelah insiden itu codex mengalami kondisi traumatis: ketika muncul kembali di Israel pada akhir 1950-an, diketahui bahwa puluhan persen lembar aslinya hilang—termasuk hampir seluruh bagian Taurat (Pentateukh). Proses hilangnya halaman-halaman ini menjadi salah satu misteri besar modern: ada yang menyatakan hancur karena kebakaran, ada pula tuduhan bahwa beberapa halaman dicuri dan disimpan secara pribadi. Wikipedia+1

Setelah tiba di Israel codex kemudian dipelihara dan dipajang kepada publik (bagian yang tersisa) serta menjadi subjek penelitian intensif. Aleppo Codex diakui secara internasional—misalnya mendapat perhatian UNESCO sebagai warisan budaya—dan bagian-bagiannya kini disimpan dan dipamerkan oleh institusi-institusi Israel yang terkait pelestarian manuskrip. Namun ketiadaan bagian-bagian yang hilang tetap menyisakan kekosongan bagi editor yang ingin menggunakan Aleppo sebagai teks dasar yang lengkap. imj.org.il+1

Sementara itu Codex Leningradensis atau Leningrad Codex berasal dari tradisi yang sedikit lebih muda: kolofon manuskrip ini menunjukkan bahwa ia disalin di Kairo pada tahun 1008/1009 M oleh seorang penyalin bernama Samuel ben Jacob. Leningrad bukanlah yang tertua sepenuhnya, tetapi unik karena adalah manuskrip Masoretik lengkap tertua yang masih ada hingga kini—artinya ia memuat keseluruhan teks Kitab Ibrani dalam satu manuskrip. Wikipedia+1

Secara fisik Leningrad Codex juga memuat vokalisasi Tiberia, masorah kecil dan masorah besar yang tersusun rapi, serta ornamen tertentu (termasuk lembar-lembar hias yang disebut “carpets” atau iluminasi permadani pada beberapa folio). Karena kelengkapannya, Leningrad menjadi sangat berguna bagi editor modern ketika Aleppo tidak bisa dipakai untuk bagian-bagian yang hilang. USC Dornsife+1

Peranan Leningrad dalam penerbitan modern sangat nyata: hampir semua edisi Biblia Hebraica modern—termasuk Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) dan teks digital seperti Westminster Leningrad Codex—menggunakan Leningrad sebagai dasar teks atau sebagai rujukan utama, dengan koreksi dan catatan kritis tambahan dari editor modern. Karena itulah Leningrad memiliki peran praktis yang besar dalam terjemahan Alkitab modern dan studi akademik. olivetree.com+1

Jika kita bandingkan langsung, perbedaan pokoknya sederhana namun penting: Aleppo lebih tua dan secara tradisional dianggap lebih akurate dalam banyak pembacaan masoretik (authority), tetapi tidak lengkap; Leningrad lebih muda (sekitar satu abad lebih muda) namun lengkap dan karenanya menjadi dasar teknis edisi-edisi cetak modern. Dalam praktiknya para editor teks sering menimbang kedua manuskrip ini—menggunakan Aleppo untuk preseden pembacaan saat tersedia, dan Leningrad untuk mengisi bagian yang hilang atau untuk kestabilan teks lengkap. Daf Aleph+1

Dalam kajian tekstual (textual criticism) para sarjana tidak hanya mengandalkan dua codex ini: mereka membandingkan Leningrad dan Aleppo dengan saksi lain seperti Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), terjemahan kuno seperti Septuaginta (LXX), Targum, dan manuskrip Masoretik lainnya. Perbandingan semacam ini membantu menentukan varian bacaan, rekonstruksi teks awal, serta memahami sejarah transmisi teks Ibrani. Dengan kata lain, Aleppo dan Leningrad adalah sumber penting tapi bukan satu-satunya bukti. Encyclopedia Britannica+1

Kontroversi modern yang paling sering muncul seputar Aleppo berkaitan dengan halaman-halaman yang hilang: siapa yang mengambil atau bagaimana mereka hilang, serta di manakah sebagian di antaranya mungkin masih berada. Penyelidikan sejarah, kesaksian mata, dan penelitian palaeografis terus mengurai kemungkinan-kemungkinan—termasuk buku-buku populer dan jurnalistik yang menyorot misteri ini—tetapi beberapa aspek masih menjadi perdebatan intens. Wikipedia+1

Dari sudut pandang religius dan budaya, kedua manuskrip ini sangat dihormati. Aleppo Codex oleh tradisi Yahudi Sephardim dan komunitas Aleppo dahulu dipandang sebagai keter (mahkota) dari teks suci; Leningrad oleh sebab kelengkapannya menjadi standar kerja bagi akademisi dan penerbit. Keduanya juga menjadi simbol warisan kebudayaan Yahudi yang harus dilestarikan, dilihat, dan dipelajari oleh generasi penerus. imj.org.il+1

Bagi pembaca modern yang ingin melihat naskah atau mempelajarinya lebih jauh: ada edisi facsimile, edisi kritis akademik, dan teks digital yang memungkinkan akses luas—misalnya salinan/scan Leningrad tersedia melalui arsip digital tertentu, sementara potongan Aleppo dipamerkan dan didokumentasikan oleh institusi museum dan perpustakaan. Untuk studi serius biasanya para peneliti mengombinasikan penggunaan facsimile ini dengan literatur akademik yang membahas varian dan sejarah manuskrip. archive.org+1

Kesimpulannya, Codex Aleppo dan Codex Leningrad adalah dua pilar utama tradisi masoretik yang masing-masing menyumbang keunggulan berbeda: Aleppo memberikan contoh masoretik dekat sumber yang sangat dihormati (walau tidak lengkap), sedangkan Leningrad menyediakan teks kompletnya yang dapat dipakai oleh editor dan penerjemah modern. Memahami keduanya—dan bagaimana para sarjana menimbang keduanya bersama saksi-saksi lain—adalah kunci untuk studi teks Perjanjian Lama yang bertanggung jawab. Wikipedia+1

Posting Komentar

0 Komentar