AVODAH ZARAH : YAHUDI LEBIH DEKAT DENGAN ISLAM KETIMBANG KRISTEN ?

 

AVODAH ZARAH: YAHUDI LEBIH DEKAT DENGAN ISLAM KETIMBANG KRISTEN?

Avodah Zarah, dalam konteks agama Yahudi, berarti "pekerjaan asing" atau ibadah terhadap dewa selain Tuhan. Ini sering digunakan untuk merujuk kepada tindakan menyembah berhala atau menjalankan praktik keagamaan yang bertentangan dengan prinsip monoteisme Yahudi. Pertanyaan mengenai apakah orang Yahudi lebih dekat dengan Islam daripada dengan Kristen, meskipun kompleks, bisa dipahami dalam beberapa aspek sejarah, teologi, dan praktik keagamaan.

Secara historis, orang Yahudi, Kristen, dan Islam dikenal sebagai "Agama Abrahamik," yang berarti mereka semua mengakui Abraham sebagai bapak rohani. Namun, meskipun memiliki akar yang sama, ketiga agama ini berkembang dengan cara yang sangat berbeda. Yahudi menganggap dirinya sebagai umat pilihan Tuhan yang menerima wahyu-Nya melalui Musa, yang menyampaikan Taurat. Islam, yang muncul lebih dari seribu tahun setelah Yahudi dan Kristen, menganggap dirinya sebagai penyempurna dari wahyu yang telah diberikan sebelumnya, dengan Al-Qur'an sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Dari segi teologi, baik Islam maupun Yahudi menekankan konsep ketuhanan yang sangat mirip: monoteisme yang ketat. Dalam Islam, Allah dianggap sebagai satu-satunya Tuhan yang tidak dapat disamakan dengan makhluk apa pun, mirip dengan pemahaman Tuhan dalam agama Yahudi. Di sisi lain, Kristen memiliki konsep Trinitas, yaitu Tuhan yang Esa tetapi terdiri dari tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ini adalah salah satu perbedaan teologis utama antara Kristen dan kedua agama lainnya.

Perbedaan yang signifikan dalam pemahaman Tuhan ini sering kali membuat hubungan antara Yahudi dan Kristen lebih rumit, karena umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan, yang tidak diterima dalam teologi Yahudi. Sebaliknya, Islam mengakui Yesus (Isa) sebagai nabi yang penting, tetapi tidak sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Ini membuat perbedaan dengan Kristen lebih jelas dan tajam.

Dalam hal praktik ibadah, ada juga kesamaan antara Yahudi dan Islam. Kedua agama ini memiliki aturan yang sangat ketat mengenai makanan halal dan haram. Dalam Islam, umat Muslim diwajibkan untuk menghindari makanan yang tidak halal, seperti daging babi dan alkohol, yang juga merupakan larangan dalam hukum Yahudi. Selain itu, baik Yahudi dan Muslim memiliki tradisi ibadah yang melibatkan doa harian yang konsisten dan kewajiban berpuasa pada waktu-waktu tertentu (misalnya, Ramadhan untuk Muslim dan Yom Kippur untuk Yahudi).

Namun, meskipun ada kesamaan dalam praktik dan ajaran moral, hubungan antara Yahudi dan Islam juga memiliki dinamika sejarah yang rumit. Setelah munculnya Islam, umat Yahudi di banyak wilayah di dunia Muslim sering kali hidup dalam keadaan yang lebih terlindungi dan memiliki lebih banyak kebebasan beragama dibandingkan di dunia Kristen pada masa-masa tertentu. Banyak kerajaan Muslim seperti kekhalifahan Abbasiyah memberi hak kepada umat Yahudi untuk menjalankan agama mereka dengan relatif damai.

Di sisi lain, meskipun Kristen sering kali menunjukkan sikap intoleran terhadap Yahudi, terutama selama periode Abad Pertengahan dan Perang Salib, hubungan Yahudi dan Kristen juga telah mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam beberapa dekade terakhir. Ekumenisme Kristen modern berusaha menjembatani kesenjangan antara Kristen dan Yahudi, memperbaiki hubungan yang rusak oleh sejarah konflik.

Selain itu, perbedaan dalam ajaran tentang Mesias juga mempengaruhi kedekatan antara Yahudi dan Islam. Dalam Islam, Nabi Muhammad dianggap sebagai nabi terakhir dan penyempurna wahyu Tuhan. Umat Muslim tidak hanya melihat dirinya sebagai penerus ajaran Ibrahim (Abraham) tetapi juga berusaha untuk melanjutkan misi penyebaran agama yang sama. Di sisi lain, dalam agama Yahudi, mesias yang dinanti adalah seorang pemimpin manusia yang akan datang di masa depan, yang tidak terhubung dengan sosok yang dikenal dalam Islam atau Kristen.

Satu lagi aspek yang dapat memengaruhi pandangan tentang kedekatan antara Yahudi dan Islam adalah hubungan antara umat-umat ini di dunia modern. Di negara-negara yang lebih banyak umat Muslim, seperti di Timur Tengah, terdapat sejarah panjang interaksi antara Yahudi dan Muslim, baik dalam bentuk kerja sama maupun konflik. Di Eropa dan Amerika Utara, situasi ini lebih bervariasi, tergantung pada negara dan konteks sosial politik yang ada.

Namun, jika dilihat dari segi kesamaan dalam prinsip moral dan hukum, baik Yahudi dan Islam berbagi banyak nilai yang tidak ditemukan dalam ajaran Kristen, seperti penekanan pada hukum dan aturan hidup yang ketat. Ini sering membuat orang Yahudi merasa lebih nyaman dengan Islam dalam hal penghayatan kehidupan agama sehari-hari, terutama dalam masyarakat Muslim yang cenderung memiliki nilai-nilai keagamaan yang lebih serupa.

Namun, meskipun ada beberapa kesamaan antara Yahudi dan Islam, hubungan mereka tetap dibatasi oleh perbedaan sejarah dan perbedaan dalam pemahaman tentang nabi dan wahyu. Dalam banyak kasus, kesamaan ini lebih terlihat dalam bentuk kehidupan sosial dan budaya daripada dalam aspek doktrinal agama mereka. Sering kali, kedekatan ini berfokus pada kesamaan dalam hal peraturan dan etika hidup, sementara perbedaan mendalam dalam pemahaman teologis tetap ada.

Dalam kesimpulannya, apakah Yahudi lebih dekat dengan Islam ketimbang Kristen tergantung pada perspektif dan aspek mana yang dijadikan tolak ukur. Secara historis dan teologis, mereka memiliki banyak kesamaan dalam monoteisme dan hukum agama, meskipun perbedaan yang signifikan tetap ada dalam pandangan mereka tentang Tuhan dan nabi-nabi. Namun, dari sudut pandang hubungan sosial dan budaya, Yahudi dan Muslim sering kali lebih berbagi pengalaman yang sama dalam konteks dunia Islam. Sebaliknya, hubungan Yahudi dan Kristen lebih dipengaruhi oleh perbedaan dalam ajaran tentang Mesias dan Tuhan yang menjadi pusat pemahaman mereka.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama