MAKNA "DUDUK DI SEBELAH KANAN ALLAH BAPA"

 


MAKNA "DUDUK DI SEBELAH KANAN ALLAH BAPA"

Pendahuluan

Dalam pengakuan iman Kristen, khususnya dalam Syahadat Para Rasul (Apostles’ Creed), terdapat kalimat yang berbunyi:

"…yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa…"

Frasa ini merujuk pada posisi Yesus Kristus setelah Ia naik ke surga, dan memiliki makna yang sangat penting dalam pemahaman iman Kristen. Meskipun terdengar sederhana, frasa ini kaya akan nilai teologis dan simbolik. Penempatan Yesus "di sebelah kanan Allah Bapa" bukanlah sekadar gambaran spasial, melainkan pernyataan tentang kehormatan, kekuasaan, keilahian, dan peran Yesus sebagai Raja dan Pengantara umat manusia.

Untuk memahami makna ini secara lebih mendalam, kita perlu menelaah dari beberapa aspek: latar belakang Alkitabiah, makna budaya Yahudi, pandangan teologis, serta aplikasinya dalam kehidupan umat Kristen masa kini.


I. Latar Belakang Alkitabiah

Frasa "duduk di sebelah kanan Allah" bukanlah ciptaan dari tradisi Gereja semata, melainkan memiliki akar yang kuat dalam Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

A. Mazmur 110:1 – Dasar Nubuat Mesianik

“Tuhan berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kakimu.”

Ayat ini sering dikutip dalam Perjanjian Baru dan dianggap sebagai nubuat tentang Mesias. Di sini, posisi "sebelah kanan" adalah posisi kehormatan yang diberikan oleh Allah kepada Sang Mesias. Kata "Tuanku" yang disebutkan Daud tidak merujuk pada manusia biasa, tetapi kepada pribadi ilahi yang diakui lebih tinggi daripada Daud sendiri, yaitu Yesus Kristus.

B. Penggenapan dalam Perjanjian Baru

Yesus sendiri menyatakan bahwa nubuat ini digenapi dalam diri-Nya. Dalam Markus 14:62, saat dihadapkan pada Mahkamah Agama, Yesus menjawab:

"Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."

Setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya, para penulis Perjanjian Baru menegaskan posisi Yesus tersebut. Contoh lain dapat ditemukan dalam:

  • Kisah Para Rasul 7:55–56 – Stefanus melihat Yesus "berdiri di sebelah kanan Allah."

  • Markus 16:19 – “...Ia diangkat ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.”

  • Efesus 1:20–21 – “...yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga...”


II. Makna Simbolik: Budaya Yahudi dan Pemahaman Kuno

Untuk memahami lebih dalam arti duduk di sebelah kanan Allah, kita perlu melihat budaya dan struktur kekuasaan bangsa Yahudi kuno. Dalam konteks kerajaan:

  • Tangan kanan adalah simbol kekuatan dan kuasa.

  • Duduk di sebelah kanan raja adalah posisi kehormatan tertinggi yang menunjukkan status sebagai wakil atau penolong utama.

Dengan kata lain, frasa ini bukan menyatakan posisi secara fisik di sebelah kanan takhta Allah (karena Allah adalah Roh), tetapi menggambarkan:

  1. Kedudukan Yesus sebagai yang dimuliakan oleh Allah.

  2. Otoritas Yesus atas segala ciptaan.

  3. Peran aktif Yesus dalam memerintah bersama Allah.


III. Implikasi Teologis

Makna duduk di sebelah kanan Allah Bapa menyentuh berbagai aspek penting dalam teologi Kristen, antara lain:

A. Kemuliaan Kristus Setelah Kebangkitan

Kematian Yesus di kayu salib bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kemuliaan yang besar. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus mengalahkan dosa dan maut. Kenaikan-Nya ke surga menandai awal dari pemerintahan-Nya yang mulia.

Dengan duduk di sebelah kanan Allah, berarti:

  • Kristus telah ditinggikan (eksaltasi) oleh Bapa.

  • Ia telah menerima otoritas ilahi (Matius 28:18: “Segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku”).

B. Kristus sebagai Raja dan Imam Besar

Dalam surat kepada orang Ibrani, Yesus digambarkan sebagai Imam Besar yang duduk di sebelah kanan takhta Allah:

"Dan setiap imam berdiri hari demi hari... tetapi Ia, setelah mempersembahkan satu korban karena dosa untuk selama-lamanya, duduk di sebelah kanan Allah." (Ibrani 10:11–12)

Ini menegaskan bahwa:

  • Tugas penebusan Yesus telah selesai.

  • Kristus memerintah sebagai Raja dan menjadi Imam yang terus-menerus menjadi perantara umat manusia di hadapan Bapa.

C. Kristus sebagai Pengantara dan Pembela

Rasul Paulus menulis:

"Kristus Yesus... duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita." (Roma 8:34)

Di sini, Kristus digambarkan sebagai advokat (pembela hukum) yang membela kita dari segala tuduhan musuh (Iblis). Ia menjadi pengantara yang sempurna, karena Ia adalah Allah dan manusia. Dengan demikian, kita yang percaya tidak perlu takut dihakimi, sebab kita memiliki Pembela yang setia.


IV. Konteks Eskatologis: Penghakiman dan Kedatangan Kristus

Dalam banyak bagian Kitab Suci, Yesus yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah akan datang kembali sebagai Hakim yang adil. Ia akan menghakimi dunia dan membawa penggenapan akhir dari rencana keselamatan Allah.

“Dari situ Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” (Syahadat Para Rasul)

Posisinya di sebelah kanan Allah bukan hanya simbol pemerintahan saat ini, tetapi juga persiapan untuk kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan untuk mengadili dunia.


V. Aplikasi Iman dalam Kehidupan Kristen

Mengetahui bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah seharusnya membangkitkan respons iman dan pengharapan dalam kehidupan umat percaya. Beberapa aplikasi penting adalah:

1. Keyakinan akan Kemenangan Kristus

Dalam dunia yang penuh penderitaan dan ketidakadilan, kita sering merasa lemah dan kalah. Namun, mengetahui bahwa Yesus sekarang berkuasa, duduk di sebelah kanan Bapa, memberi kita keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya.

2. Jaminan Syafaat dan Pengampunan

Yesus tidak hanya pernah mati untuk dosa-dosa kita, tetapi sekarang Ia hidup untuk bersyafaat bagi kita (Ibrani 7:25). Kita tidak berjalan sendiri. Doa-doa kita tidak sia-sia, karena ada Seorang yang hidup dan menyampaikan permohonan kita langsung kepada Allah.

3. Panggilan untuk Hidup Kudus dan Setia

Jika Kristus sekarang duduk di takhta dan memerintah, maka umat-Nya pun dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak Raja mereka. Kita adalah warga Kerajaan Allah, bukan dunia ini. Karena itu, hidup kita harus mencerminkan kesetiaan dan kekudusan.

4. Pengharapan akan Kedatangan-Nya Kembali

Yesus tidak akan terus-menerus “duduk” dalam pengertian pasif. Ia akan datang kembali sebagai Hakim. Karena itu, kita harus berjaga-jaga dan bersiap untuk menyambut-Nya, seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 1:11:

“Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”


Kesimpulan

Ungkapan “duduk di sebelah kanan Allah Bapa” adalah pernyataan iman yang mengandung makna yang sangat dalam. Itu bukan hanya sebuah frasa liturgis, melainkan deklarasi bahwa:

  1. Kristus telah dimuliakan dan ditinggikan.

  2. Ia memiliki kuasa penuh sebagai Raja atas segala ciptaan.

  3. Ia menjadi Imam Besar dan Pengantara kita.

  4. Ia akan datang kembali sebagai Hakim yang adil.

Bagi umat Kristen, ini adalah dasar pengharapan, sumber kekuatan, dan motivasi untuk hidup dalam kesetiaan kepada Allah. Kristus yang telah menderita, kini memerintah dalam kemuliaan – dan kita yang percaya kepada-Nya pun akan turut memerintah bersama-Nya dalam Kerajaan yang kekal.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama