Advertisement

Responsive Advertisement

KENAPA YESUS LEBIH BANYAK BERCERITA TENTANG NERAKA DI PERJANJIAN BARU ?


Yesus Kristus berbicara banyak tentang neraka di Perjanjian Baru, lebih dari yang mungkin disadari banyak orang. Tema ini muncul dalam berbagai ajaran-Nya, terutama dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas. Beberapa alasan utama mengapa Yesus banyak membahas neraka bisa dijelaskan dari beberapa sudut pandang teologis dan pastoral. Berikut adalah pembahasannya:

1. Kasih Yesus yang Mendalam terhadap Manusia

Yesus adalah perwujudan kasih Allah (Yohanes 3:16). Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan konsekuensinya, termasuk neraka. Dengan sering membicarakan neraka, Yesus tidak bermaksud menakut-nakuti, tetapi memperingatkan dengan penuh kasih. Seperti seorang dokter yang memberi tahu pasien tentang bahaya penyakit yang mematikan, Yesus mengingatkan manusia tentang realitas neraka agar mereka berbalik kepada Allah.

Dalam Matius 10:28, Yesus berkata, "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." Kata-kata ini menggarisbawahi betapa seriusnya konsekuensi dari menolak Allah.

2. Neraka sebagai Penggambaran Kehancuran Dosa

Yesus menggunakan neraka untuk menunjukkan betapa mengerikannya dosa dan pemisahan dari Allah. Neraka sering digambarkan dengan istilah-istilah seperti Gehenna (lembah sampah yang terbakar di luar Yerusalem) atau “kegelapan yang paling gelap” di mana terdapat “ratapan dan kertakan gigi” (Matius 25:30). Gambaran ini dimaksudkan untuk menunjukkan betapa mengerikan akibat dari dosa yang tidak ditebus.

Dalam Matius 5:29-30, Yesus bahkan berkata bahwa lebih baik kehilangan anggota tubuh daripada seluruh tubuh masuk ke neraka. Pesan ini menunjukkan betapa seriusnya dosa dan pentingnya mengambil langkah-langkah radikal untuk menghindarinya.

3. Konsep Kehidupan Kekal dan Keadilan Allah

Yesus berbicara tentang neraka untuk menegaskan bahwa Allah adalah hakim yang adil. Dalam perumpamaan tentang domba dan kambing (Matius 25:31-46), Yesus menggambarkan bagaimana orang-orang yang tidak menunjukkan kasih kepada sesama akan dihukum di tempat yang disebut sebagai “api kekal.”

Keadilan Allah menuntut adanya konsekuensi atas dosa. Neraka adalah manifestasi dari penghukuman bagi mereka yang secara sadar menolak kasih karunia dan kebenaran Allah. Dengan membahas neraka, Yesus menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih: hidup kekal bersama Allah atau keterpisahan kekal dari-Nya.

4. Menggarisbawahi Urgensi Pertobatan

Yesus sering berbicara tentang neraka untuk mendorong orang segera bertobat. Dalam Lukas 16:19-31, Yesus menceritakan kisah tentang Lazarus dan orang kaya. Orang kaya itu, setelah kematiannya, mendapati dirinya di tempat penderitaan dan memohon agar keluarganya diperingatkan supaya mereka tidak mengalami nasib yang sama. Cerita ini mengajarkan bahwa waktu untuk bertobat adalah sekarang, selama kita masih hidup di dunia ini.

Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan gambaran-gambaran ini untuk menunjukkan bahwa keputusan seseorang selama hidupnya memiliki konsekuensi kekal. Dalam Matius 7:13-14, Ia menggambarkan jalan menuju kehidupan kekal sebagai pintu sempit yang hanya sedikit orang temukan, sedangkan jalan menuju kehancuran luas dan banyak yang menempuhnya.

5. Menghadapi Pemimpin Agama dan Orang Munafik

Yesus sering kali berbicara tentang neraka dalam konteks kritik terhadap orang-orang Farisi dan pemimpin agama pada zamannya. Dalam Matius 23:33, Yesus mengecam mereka dengan berkata, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" Kritik ini menunjukkan bahwa bahkan mereka yang kelihatannya religius tetapi hatinya jauh dari Allah pun berisiko menghadapi hukuman kekal.

Yesus menekankan bahwa iman yang sejati harus disertai dengan hati yang taat dan kasih kepada Allah serta sesama. Orang yang hanya berfokus pada penampilan luar, tetapi tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tidak akan selamat dari konsekuensi dosa.

6. Panggilan untuk Hidup dalam Kekudusan

Dengan membahas neraka, Yesus mengundang orang untuk memilih hidup dalam kekudusan. Ia ingin manusia menyadari bahwa hidup tidak hanya tentang kepuasan duniawi, tetapi tentang hubungan kekal dengan Allah. Dalam Matius 6:19-21, Yesus mengajarkan agar manusia mengumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Pilihan hidup manusia menentukan nasib kekalnya.

7. Neraka sebagai Bagian dari Pesan Injil

Pesan Yesus tentang neraka tidak dapat dipisahkan dari pesan kasih dan anugerah-Nya. Keselamatan melalui iman kepada Kristus adalah inti dari Injil. Dengan membicarakan neraka, Yesus menunjukkan kepada manusia mengapa mereka membutuhkan Juruselamat. Tanpa Yesus, semua manusia berada di bawah penghukuman dosa (Roma 3:23, Roma 6:23). Namun, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menyediakan jalan keluar dari hukuman neraka.


Kesimpulan

Yesus berbicara banyak tentang neraka karena Ia peduli terhadap nasib kekal manusia. Ia ingin semua orang memahami realitas dosa, keadilan Allah, dan pentingnya pertobatan. Namun, pesan tentang neraka tidak pernah berdiri sendiri; itu selalu diiringi oleh undangan penuh kasih untuk menerima keselamatan melalui iman kepada-Nya.

Seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Pesan ini adalah inti dari ajaran-Nya: bahwa Allah menawarkan kehidupan kekal bagi siapa saja yang percaya kepada Yesus Kristus.

Posting Komentar

0 Komentar