SEJARAH KERAJAAN YEHUDA


Kerajaan Yehuda adalah salah satu dari dua kerajaan yang muncul setelah perpecahan Kerajaan Israel yang besar, yang terjadi setelah wafatnya Raja Salomo sekitar tahun 931 SM. Kerajaan Yehuda terletak di bagian selatan wilayah yang sebelumnya dikenal sebagai Kerajaan Israel, dengan ibu kota di Yerusalem.

Awal Mula Kerajaan Yehuda

Setelah Salomo meninggal, kerajaannya terpecah menjadi dua bagian. Kerajaan Israel di utara dipimpin oleh Yerobeam I, sementara keturunan Daud, Rehoboam, memerintah Kerajaan Yehuda di selatan. Rehoboam, meskipun anak dari Salomo, tidak dapat mencegah perpecahan ini karena ketidaksanggupannya mengurangi pajak yang tinggi yang dikenakan oleh ayahnya.

Yehuda tetap mempertahankan garis keturunan Daud sebagai penguasa dan menjaga kota Yerusalem sebagai pusat ibadah dan pemerintahan.

Pemerintahan Raja-raja Yehuda

Kerajaan Yehuda memiliki beberapa raja yang terkenal dalam sejarahnya, baik yang baik maupun yang jahat. Beberapa raja yang menonjol antara lain:

  • Raja Rehoboam (931-913 SM): Raja pertama setelah perpecahan kerajaan, yang memerintah selama 17 tahun. Meskipun tidak sepenuhnya jahat, ia gagal dalam mendengarkan nasihat yang lebih bijaksana dari para tua-tua dan tetap meneruskan kebijakan berat pajak yang dilakukan oleh Salomo.

  • Raja Asa (911-870 SM): Salah satu raja yang terkenal karena reformasi agama yang dilakukan untuk membersihkan bangsa Yehuda dari penyembahan berhala. Asa juga berhasil memperkuat kerajaan Yehuda melalui kemenangan militer.

  • Raja Hizkia (715-686 SM): Salah satu raja terbaik Yehuda, dikenal karena kesetiaannya kepada Tuhan dan reformasi agama besar yang ia lakukan, termasuk menghancurkan patung berhala dan tempat ibadah asing. Hizkia juga terkenal karena berhasil bertahan melawan serangan Asyur dan memulihkan hubungan dengan Tuhan.

  • Raja Yosia (640-609 SM): Yosia dikenal karena reformasi agama yang luar biasa, yang dipicu oleh penemuan kitab hukum di Bait Suci. Ia menghapuskan penyembahan berhala, menghancurkan tempat-tempat ibadah asing, dan mencoba untuk memulihkan kesetiaan bangsa Yehuda kepada Tuhan. Sayangnya, ia terbunuh dalam pertempuran melawan Mesir.

Kemunduran dan Kejatuhan

Setelah kematian Raja Yosia, Yehuda mulai memasuki masa kemunduran yang dipengaruhi oleh kekuatan besar di sekitar mereka, terutama Mesir dan Babilonia. Kerajaan Yehuda terus dilanda ketegangan internal dan invasi luar, termasuk:

  • Penyerangan oleh Babilonia: Kerajaan Yehuda mulai mengalami serangan dari Babilonia. Pada 597 SM, Raja Yehuda, Yoyakim, dibawa ke pengasingan, dan pada 586 SM, Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Babilonia di bawah Raja Nebukadnezar II, yang memusnahkan Bait Suci dan memaksa banyak orang Yehuda ke pengasingan di Babilonia.

  • Pengasingan di Babilonia: Kejatuhan Yerusalem dan penghancuran Bait Suci menandai akhir dari Kerajaan Yehuda. Selama pengasingan ini, bangsa Yehuda mulai membentuk identitas keagamaan yang lebih kuat, meskipun terpisah dari tanah air mereka.

Pemulihan

Pada 539 SM, setelah Kekaisaran Babilonia jatuh ke tangan Kekaisaran Persia, Raja Koresh (Cyrus) dari Persia mengizinkan orang Yehuda untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci mereka. Meskipun kerajaan Yehuda sebagai entitas politik tidak ada lagi, banyak aspek budaya dan agama Yehuda dipulihkan dalam periode pasca-pengasingan, termasuk pembangunan kembali Bait Suci kedua pada 516 SM.

Kesimpulan

Kerajaan Yehuda memainkan peran penting dalam sejarah Alkitab, terutama dalam konteks penyebaran ajaran agama Yahudi. Meskipun tidak pernah sebesar kerajaan Israel utara, Kerajaan Yehuda tetap mempertahankan garis keturunan Daud hingga kehancuran Yerusalem pada 586 SM. Kejatuhan Yehuda dan pengasingan ke Babilonia menandai perubahan besar dalam sejarah Yahudi, yang akhirnya menghasilkan pemulihan identitas dan kebudayaan mereka melalui kembali ke tanah air dan pembangunan Bait Suci kedua.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama