Sabtu, 24 Mei 2025

RENUNGAN HARIAN - 24 MEI 2025

 


Renungan Harian – 24 Mei 2025

Judul: "Tuhan yang Memberi, Tuhan yang Mengambil"

📖 Ayub 1:21
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"


🕊 Pendahuluan

Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan—entah itu harta benda, orang terkasih, pekerjaan, atau kesehatan. Dalam momen kehilangan itulah kita diuji: apakah kita tetap setia dan percaya kepada Tuhan, atau justru mulai meragukan kasih-Nya?

Ayub, tokoh utama dalam kitab yang sangat kuno ini, mengalami ujian yang begitu berat. Dalam waktu singkat, ia kehilangan seluruh anak-anaknya, kekayaannya, bahkan kesehatannya. Namun yang luar biasa, respons pertama Ayub bukanlah ratapan yang penuh amarah, melainkan penyembahan.


🔥 Isi Renungan: Iman yang Bertahan di Tengah Kehilangan

1. Segala Sesuatu Adalah Milik Tuhan

Ayub mengakui, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dan dengan telanjang aku akan kembali.” Pernyataan ini menunjukkan kesadaran penuh bahwa kita datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa dan akan kembali tanpa membawa apa-apa pula. Semua yang kita miliki hari ini—keluarga, pekerjaan, kesehatan, talenta—adalah pemberian Tuhan.

✅ Refleksi:
Apakah aku menganggap milik yang ada padaku sebagai hak milik mutlak, atau sebagai titipan Tuhan yang bisa diambil kapan saja?

2. Tuhan Tetap Layak Dipuji dalam Segala Keadaan

Respon Ayub sangat mengejutkan: "Terpujilah nama Tuhan!" Padahal ia baru saja mengalami kehilangan yang luar biasa. Ia tidak berkata, “Mengapa Engkau, Tuhan?” tetapi ia memilih menyembah, bukan menyalahkan.

Ini menunjukkan bahwa pujian kepada Tuhan tidak boleh didasarkan pada situasi atau perasaan, melainkan pada siapa Tuhan itu: Ia baik, setia, dan layak disembah, bahkan di tengah penderitaan.

✅ Refleksi:
Bisakah aku tetap memuji Tuhan ketika doaku belum dijawab? Ketika jalan hidupku tidak sesuai rencana?

3. Iman yang Murni Akan Diuji Melalui Penderitaan

Setan menuduh Ayub hanya setia karena diberkati. Tuhan mengizinkan ujian ini untuk membuktikan bahwa kasih dan kesetiaan Ayub bukan berdasarkan berkat, tetapi berdasarkan relasi yang sejati dengan Tuhan.

Demikian juga dengan kita. Kadang Tuhan mengizinkan pencobaan, bukan karena Ia tidak peduli, tapi karena Ia sedang memurnikan iman kita. Melalui kehilangan, kita belajar melepaskan keterikatan pada dunia dan semakin mengandalkan Tuhan.

✅ Refleksi:
Apakah imanku bergantung pada kenyamanan dunia? Ataukah aku tetap mengikut Yesus dalam segala musim hidup?


🌱 Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Saat kehilangan sesuatu, alih-alih bertanya “Mengapa, Tuhan?”, belajarlah bertanya: “Apa yang ingin Tuhan ajarkan padaku melalui hal ini?”

  • Latih diri untuk bersyukur setiap hari, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan.

  • Jadikan pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup, bukan hanya aktivitas saat keadaan baik.


🙏 Doa

Tuhan, terima kasih karena Engkau adalah Allah yang tidak pernah berubah. Dalam suka maupun duka, Engkau tetap layak disembah. Ajarku untuk memiliki iman seperti Ayub—iman yang tidak goyah oleh situasi, iman yang tetap memuji walau kehilangan. Ajar aku menyadari bahwa semua yang kupunya adalah milik-Mu, dan aku hanya pengelola. Biarlah aku tetap setia, bahkan ketika Engkau mengizinkan penderitaan. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.


Penutup

Setiap kita sedang berjalan di jalan kehidupan yang penuh kejutan. Ada masa memberi, ada masa mengambil. Tetapi satu hal pasti: Tuhan tetap memegang kendali. Biarlah hidup kita menjadi seperti Ayub, murni di hadapan Tuhan, setia bukan karena berkat-Nya, tetapi karena siapa Tuhan dalam hidup kita.

"Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan."
Ayub 1:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *