Pada hari ini, kita diajak untuk merenungkan makna dari perjamuan yang Yesus adakan bersama para murid-Nya, sebagaimana tertulis dalam Lukas 22:19, "Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.'" Perjamuan Kudus adalah momen yang penuh makna, sebuah momen yang mengajak kita untuk mengingat pengorbanan terbesar yang pernah dilakukan dalam sejarah umat manusia.
Dalam peristiwa ini, Yesus mengingatkan kita tentang tubuh-Nya yang akan diserahkan di kayu salib. Roti yang dipecah dan dibagikan kepada murid-murid-Nya adalah simbol dari tubuh-Nya yang akan menderita demi penebusan dosa-dosa kita. Pengorbanan ini bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga sebuah tindakan kasih yang abadi, yang memberi hidup dan harapan bagi kita hingga saat ini.
Setiap kali kita merayakan Perjamuan Kudus, kita bukan hanya mengingat sebuah peristiwa yang telah terjadi, tetapi kita juga merenungkan makna yang dalam dari pengorbanan Kristus. Dalam setiap potongan roti dan tegukan anggur, kita diajak untuk merasakan kembali kasih yang begitu besar, yang rela mengorbankan diri demi kita. Apa yang lebih besar daripada kasih ini? Yesus memberi diri-Nya untuk kita, tanpa syarat dan tanpa mengharapkan imbalan.
Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah puncak dari kasih Allah kepada umat manusia. Di salib, Yesus bukan hanya menanggung penderitaan fisik, tetapi juga menanggung beban dosa dunia. Dia menghapus segala dosa kita dan memberi kita jalan untuk berdamai dengan Allah. Dengan mengingat tubuh-Nya yang diserahkan, kita diingatkan akan betapa besar harga yang dibayar untuk keselamatan kita.
Namun, perjamuan ini juga mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menjalani hidup kita setelah menerima kasih-Nya. Yesus tidak hanya mengundang kita untuk mengingat-Nya dalam perjamuan, tetapi juga untuk meneladani hidup-Nya. Dia mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih, untuk mengampuni seperti Dia mengampuni, dan untuk mengorbankan diri kita demi kebaikan orang lain. Perjamuan Kudus bukan sekadar mengenang peristiwa, tetapi juga sebuah panggilan untuk hidup sesuai dengan teladan Kristus.
Dalam hidup sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada tantangan untuk mengasihi, mengampuni, atau memberi. Perjamuan Kudus menjadi peringatan bagi kita bahwa kasih yang sejati adalah kasih yang mengorbankan. Apakah kita siap untuk memberi, bahkan ketika itu memerlukan pengorbanan? Yesus menunjukkan kepada kita bahwa kasih yang mengubah dunia adalah kasih yang rela mengorbankan diri, bukan kasih yang hanya mengharapkan keuntungan.
Selain itu, Perjamuan Kudus adalah momen persekutuan. Dalam membagikan roti dan anggur, kita juga diajak untuk bersekutu dengan saudara-saudara seiman kita. Kita mengingat bahwa kita semua adalah tubuh Kristus, saling bergantung satu sama lain, dan bersama-sama menjalani hidup dalam kasih-Nya. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbarui hubungan kita dengan Tuhan dan dengan sesama, menjaga persekutuan yang telah dibangun dalam Kristus.
Peringatan akan pengorbanan Kristus juga mengajak kita untuk merenungkan kondisi hati kita. Sebelum kita datang ke meja Tuhan, kita dipanggil untuk memeriksa hati kita, apakah kita benar-benar hidup dalam kasih dan pengampunan. Dalam 1 Korintus 11:27-29, Paulus mengingatkan kita untuk tidak mengambil Perjamuan Kudus dengan cara yang tidak layak, melainkan dengan hati yang penuh rasa syukur dan pengakuan akan kasih Tuhan. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan hati kita, melepaskan segala beban dan dosa yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan.
Mengingat tubuh Kristus yang diserahkan bagi kita juga mengingatkan kita untuk hidup dengan tujuan yang lebih besar, yaitu untuk memuliakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Perjamuan Kudus adalah waktu yang tepat untuk menyadari bahwa hidup kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan. Setiap langkah, setiap keputusan, haruslah mencerminkan kasih yang telah kita terima dari-Nya. Perjamuan Kudus memberi kita kekuatan untuk hidup dalam iman dan kasih yang terus-menerus.
Mari kita juga ingat bahwa Perjamuan Kudus adalah sarana yang diberikan Tuhan untuk kita memperbarui komitmen kita kepada-Nya. Setiap kali kita menerima roti dan anggur, kita diajak untuk menyegarkan kembali janji kita untuk mengikuti Kristus, untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya, dan untuk membagikan kasih-Nya kepada dunia. Peringatan akan tubuh-Nya yang diserahkan adalah panggilan bagi kita untuk tidak hanya mengingat, tetapi juga hidup sesuai dengan apa yang telah Kristus lakukan untuk kita.
Hari ini, mari kita datang kepada Tuhan dengan hati yang penuh syukur dan pengakuan. Mari kita berdoa agar perjamuan yang kita rayakan ini bukan hanya menjadi rutinitas, tetapi sebuah momen yang memperdalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Semoga melalui pengorbanan tubuh Kristus, kita semakin mengerti betapa besar kasih Allah bagi kita, dan semakin terdorong untuk hidup dalam kasih yang mengorbankan, sebagaimana Yesus telah mengajarkan kita.