APAKAH KRISTEN MEMBAJAK KITAB SUCI YAHUDI ?


Isu apakah Kristen membajak Kitab Suci Yahudi atau tidak adalah topik yang sering diperdebatkan, dan pemahaman tentang hal ini sangat bergantung pada perspektif teologis, sejarah, dan budaya masing-masing pihak. Untuk menjawabnya secara lengkap, kita perlu mengkaji latar belakang sejarah dan teologi yang relevan, serta pandangan berbagai pihak dalam agama Kristen dan Yahudi.

1. Sejarah Kitab Suci Yahudi dan Kristen

Kitab Suci Yahudi terdiri dari Tanakh, yang merupakan kanon tertulis dari ajaran Yahudi. Tanakh dibagi menjadi tiga bagian utama:

  • Torah (Hukum): Lima kitab pertama, yang juga dikenal sebagai Pentateukh, yaitu Kejadian (Genesis), Keluaran (Exodus), Imamat (Leviticus), Bilangan (Numbers), dan Ulangan (Deuteronomy).
  • Nevi’im (Para Nabi): Berisi kisah sejarah bangsa Israel dan nubuat dari para nabi.
  • Ketuvim (Tulisan): Berisi puisi, hikmat, dan tulisan lainnya, seperti Mazmur, Amsal, dan Kitab Daniel.

Di sisi lain, Kitab Suci Kristen terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama, dalam hal ini, hampir identik dengan Tanakh Yahudi, meskipun ada beberapa perbedaan dalam urutan dan jumlah buku, serta dalam beberapa hal konten yang diterima oleh berbagai denominasi Kristen. Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang menceritakan kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus, serta surat-surat dari rasul-rasul yang membimbing gereja-gereja pertama.

2. Hubungan antara Kitab Suci Yahudi dan Kristen

Bagi banyak orang Kristen, Perjanjian Lama (yang berisi kitab-kitab yang juga diterima oleh Yahudi) merupakan bagian dari wahyu Tuhan yang diterima sebelum kedatangan Yesus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama dan bahwa banyak bagian dari Tanakh/Yahudi mengarah pada kedatangan Mesias yang mereka yakini telah datang dalam diri Yesus Kristus.

Sebagian besar perdebatan mengenai "pembajakan" Kitab Suci Yahudi muncul dari perbedaan pandangan antara dua agama ini mengenai interpretasi dan penerapan teks-teks tertentu dalam kitab tersebut. Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, sementara Yahudi belum menerima Yesus sebagai Mesias dan memandang kitab-kitab mereka lebih sebagai petunjuk hidup bagi bangsa Israel yang akan terus berlanjut.

3. Apakah Kristen Membajak Kitab Suci Yahudi?

Pertanyaan mengenai apakah Kristen membajak Kitab Suci Yahudi harus dibahas dalam konteks interpretasi dan pemahaman teks.

a. Penafsiran Teks Kitab Suci

Sejak awal munculnya ajaran Kristen, para pengikut Yesus menggunakan teks-teks dari Tanakh (Perjanjian Lama) untuk membuktikan bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat-nubuat yang terdapat dalam kitab tersebut. Misalnya, banyak nubuat dalam kitab Yesaya dan Yeremia yang dipahami oleh para pengikut Yesus sebagai merujuk pada kehidupan dan pengorbanan Yesus. Dalam hal ini, para pengikut Kristen melihat diri mereka sebagai penerus ajaran yang telah diberikan dalam Kitab Suci Yahudi, dengan Yesus sebagai penggenapan penuh.

Namun, bagi banyak orang Yahudi, hal ini bisa dilihat sebagai penyimpangan dari ajaran asli Tanakh, karena Yesus dianggap tidak memenuhi kriteria Mesias yang digambarkan dalam tradisi Yahudi. Misalnya, Mesias dalam pandangan Yahudi diharapkan datang sebagai pemimpin politik yang membebaskan Israel dari penindasan dan membangun kedamaian dunia. Sebaliknya, dalam tradisi Kristen, Mesias dianggap datang untuk menyelamatkan umat manusia melalui pengorbanan dan kebangkitan, yang dianggap oleh Yahudi sebagai interpretasi yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka tentang nubuat-nubuat tersebut.

b. Penggunaan Tanakh dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru tidak secara langsung “membajak” teks Tanakh, tetapi lebih tepatnya menafsirkan dan mengaplikasikannya dalam konteks pengajaran Yesus. Ini seringkali dilihat oleh orang Kristen sebagai pemenuhan penuh dari nubuat-nubuat dalam Tanakh. Sebagai contoh, dalam Injil Matius, sering kali dikutip nubuat dari Kitab Yesaya yang dianggap mengarah pada kelahiran dan kehidupan Yesus.

Namun, dari sudut pandang Yahudi, hal ini bisa dilihat sebagai penafsiran yang tidak setia pada makna asli dari teks-teks tersebut, yang berfokus pada bangsa Israel dan bukan pada satu individu. Oleh karena itu, banyak orang Yahudi yang merasa bahwa penafsiran Kristen atas Kitab Suci mereka adalah bentuk pembajakan, karena teks-teks tersebut dipakai untuk mendukung suatu ajaran yang tidak sejalan dengan ajaran tradisional mereka.

c. Perbedaan Pandangan Mengenai Injil dan Yesus

Bagi orang Kristen, Injil (berita baik tentang Yesus Kristus) tidak dianggap sebagai sesuatu yang membajak atau menggantikan Kitab Suci Yahudi, melainkan sebagai penggenapan dari janji-janji Tuhan yang terdapat dalam Tanakh. Kristen memandang Yesus sebagai pusat dari wahyu Tuhan, yang melengkapi dan memperdalam pemahaman terhadap Kitab Suci Yahudi.

Namun, bagi orang Yahudi, Yesus tidak memenuhi ekspektasi sebagai Mesias, dan banyak ajaran dalam Perjanjian Baru yang dianggap oleh mereka sebagai distorsi atau penyalahgunaan ajaran yang terdapat dalam Tanakh. Mereka melihat Yesus sebagai tokoh yang tidak sesuai dengan identitas bangsa Israel yang tercatat dalam Kitab Suci mereka.

4. Perspektif Teologis dan Kultural

Ada beberapa alasan mengapa perdebatan ini sering muncul:

  • Teologi Kristen: Kristen melihat dirinya sebagai penerus wahyu Tuhan melalui Yesus Kristus, yang dianggap menggenapi ajaran-ajaran Perjanjian Lama. Dalam hal ini, mereka tidak melihat bahwa mereka mengambil atau membajak Kitab Suci Yahudi, tetapi lebih sebagai penggenapan dan pernyataan ulang dari janji-janji Tuhan.
  • Teologi Yahudi: Yahudi, di sisi lain, tidak menganggap Yesus sebagai penggenapan dari Tanakh. Oleh karena itu, mereka merasa bahwa interpretasi Kristen terhadap Kitab Suci mereka mungkin salah dan merupakan penyimpangan dari ajaran asli.

5. Kesimpulan

Terkait dengan pertanyaan apakah Kristen membajak Kitab Suci Yahudi, jawabannya sangat bergantung pada perspektif teologis. Dari perspektif Kristen, mereka melihat diri mereka sebagai penerus yang sah dari wahyu yang dimulai dalam Kitab Suci Yahudi, dengan Yesus sebagai penggenapan dan pemenuhan dari nubuat-nubuat dalam Tanakh. Sebaliknya, dari perspektif Yahudi, pengajaran Kristen tentang Yesus sebagai Mesias bisa dipandang sebagai distorsi atau penyimpangan dari makna asli dari Kitab Suci mereka.

Intinya, meskipun ada kesamaan dalam penggunaan teks-teks Kitab Suci yang sama, perbedaan dalam penafsiran dan penerapan ajaran ini membuat masing-masing pihak memiliki pandangan yang berbeda mengenai hubungan antara agama Kristen dan Yahudi serta penggunaan Kitab Suci mereka.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama