Senin, 02 Juni 2025

MONOTEISME YAHUDI TERHADAP PANDANGAN ALLAH ABRAHAM

 


MONOTEISME YAHUDI TERHADAP PANDANGAN ALLAH ABRAHAM

I. PENDAHULUAN

Monoteisme Yahudi adalah salah satu landasan utama dalam teologi agama Yahudi. Kepercayaan kepada satu Tuhan yang esa membedakan Yahudi dari agama-agama politeistik di sekitarnya pada zaman kuno. Akar dari monoteisme ini sering dikaitkan dengan tokoh Abraham, yang dikenal sebagai bapa iman tidak hanya dalam Yudaisme, tetapi juga dalam Kristen dan Islam. Melalui kehidupan dan pengalamannya, Abraham memberikan dasar penting bagi pandangan tentang Allah dalam tradisi Yahudi. Penelitian ini akan membahas secara mendalam bagaimana pandangan monoteistik Yahudi berkembang dari pengalaman Abraham dan bagaimana konsep Allah dipahami dalam konteks sejarah, teologi, dan budaya Yahudi.


II. LATAR BELAKANG SEJARAH

A. Abraham dalam Konteks Sosial dan Religius Zaman Kuno

Abraham hidup pada masa di mana kepercayaan kepada banyak dewa (politeisme) merupakan hal yang umum. Peradaban Mesopotamia, tempat asal Abraham (Ur Kasdim), menyembah banyak dewa seperti Marduk, Ishtar, dan Enlil. Panggilan Abraham untuk meninggalkan negeri asalnya (Kejadian 12:1-3) menunjukkan pemisahan radikal dari sistem religius tersebut.

B. Perjanjian dan Pengenalan terhadap Allah

Dalam Kejadian 17:1, Allah menyatakan diri kepada Abraham sebagai El Shaddai (Allah Yang Mahakuasa) dan mengikat perjanjian dengannya. Ini merupakan titik awal dari hubungan pribadi antara Abraham dan Allah yang berbeda dari konsep dewa-dewa politeistik yang tidak memiliki hubungan personal dengan para penyembahnya.


III. KONSEP MONOTEISME DALAM PANDANGAN ABRAHAM

A. Allah sebagai Esa

Walaupun istilah "monoteisme" secara eksplisit tidak muncul dalam teks Perjanjian Lama, kepercayaan Abraham menunjukkan bahwa dia hanya menyembah satu Allah. Tidak ada catatan bahwa Abraham membagi kesetiaannya kepada dewa-dewa lain. Ia membangun mezbah hanya kepada satu Allah (Kejadian 12:7-8, 13:18).

B. Allah yang Pribadi dan Relasional

Allah dalam pandangan Abraham bukanlah kekuatan impersonal. Ia berbicara, berjanji, menuntun, dan bahkan menguji iman Abraham (Kejadian 22). Allah tidak hanya pencipta, tetapi juga Tuhan yang terlibat secara aktif dalam hidup manusia.

C. Allah sebagai Pemegang Perjanjian

Salah satu aspek penting dalam relasi Abraham dengan Allah adalah perjanjian (berît) – sebuah janji yang mengikat secara spiritual dan moral. Allah berjanji kepada Abraham keturunan yang besar, tanah perjanjian, dan berkat bagi segala bangsa (Kejadian 15 dan 17).


IV. PERKEMBANGAN MONOTEISME DALAM YUDAISME

A. Dari Abraham ke Musa

Setelah Abraham, konsep monoteisme diperkuat dalam masa Musa. Dalam Keluaran 3:14, Tuhan menyatakan diri sebagai YHWH (Aku adalah Aku), yang menunjukkan eksistensi-Nya yang mutlak dan kekal.

B. Shema Israel: Puncak Monoteisme Yahudi

Ulangan 6:4 menyatakan:

“Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.”

Ayat ini disebut sebagai Shema Israel, dan menjadi pengakuan iman utama umat Yahudi sampai sekarang. Ini menegaskan bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak ada yang setara dengan-Nya.

C. Penolakan Terhadap Politeisme dan Sinkretisme

Para nabi seperti Yesaya, Yeremia, dan Amos menentang keras penyembahan berhala dan sinkretisme agama. Dalam Yesaya 45:5, Allah berfirman,

“Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain Aku.”


V. KARAKTERISTIK ALLAH DALAM MONOTEISME YAHUDI

  1. Allah yang Esa – Tidak terbagi, tidak terdiri dari banyak aspek atau pribadi.

  2. Allah yang Kudus – Terpisah dari ciptaan, sempurna dalam sifat dan perbuatan.

  3. Allah yang Adil dan Penyayang – Ia menegakkan keadilan, tetapi juga penuh belas kasih (Mazmur 103:8-10).

  4. Allah yang Transenden namun Imanen – Meskipun melampaui alam ciptaan, Ia juga hadir dan berinteraksi dengan umat-Nya.

  5. Allah yang Layak Disembah Secara Eksklusif – Tidak ada tempat bagi penyembahan lain (Keluaran 20:3-6).


VI. PERBANDINGAN: ALLAH ABRAHAM DAN KONSEP ALLAH PASCA-ABRAHAM



VII. PENGARUH KONSEP INI TERHADAP AGAMA LAIN

  • Kristen: Allah Abraham diyakini sebagai Bapa dari Yesus Kristus, dan pengenalan Allah diperluas melalui inkarnasi.

  • Islam: Abraham (Ibrahim) dianggap nabi utama, dan konsep Tawhid (keesaan Allah) sangat dipengaruhi oleh monoteisme Abraham.

  • Interfaith Dialogues: Ketiga agama Abrahamik memiliki titik temu dalam kepercayaan kepada satu Tuhan, meskipun perbedaan tetap ada dalam penafsiran dan penerapannya.


VIII. KESIMPULAN

Monoteisme Yahudi merupakan sebuah perkembangan yang berakar kuat dalam iman Abraham kepada satu Allah yang hidup, kudus, dan berperjanjian. Pandangan Abraham tentang Allah menjadi fondasi teologi Yahudi, yang kemudian diperluas dan diformalkan melalui pengalaman Musa, para nabi, dan tradisi rabinik. Pemahaman ini bukan hanya menjadi identitas keagamaan, tetapi juga menjadi dasar moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari umat Yahudi. Monoteisme Yahudi tetap menjadi salah satu kontribusi terbesar dalam sejarah pemikiran keagamaan manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *