KENAPA KITAB HENOKH TIDAK MEMENUHI SYARAT UNTUK DIJADIKAN FIRMAN TUHAN ?


Kitab Henokh adalah salah satu teks kuno yang memiliki pengaruh signifikan dalam tradisi Yahudi dan Kristen awal, tetapi tidak diakui sebagai bagian dari kanon Alkitab oleh sebagian besar denominasi Kristen dan Yudaisme. Ada beberapa alasan mengapa Kitab Henokh tidak memenuhi syarat untuk dijadikan Firman Tuhan, yang berkaitan dengan sejarah, teologi, dan penerimaan kanonik. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Konteks Sejarah dan Asal-Usul Kitab Henokh

Kitab Henokh sering dikaitkan dengan nama Henokh, tokoh yang disebutkan dalam Kejadian 5:21-24 sebagai orang yang "berjalan dengan Allah" dan diangkat tanpa mengalami kematian. Namun, penulis sebenarnya dari kitab ini tidak diketahui, dan teksnya ditulis jauh setelah masa Henokh, sekitar abad ke-3 hingga ke-1 SM. Hal ini menunjukkan bahwa Kitab Henokh tidak mungkin ditulis oleh tokoh yang diklaim sebagai pengarangnya.

Kitab ini kemungkinan besar ditulis oleh kelompok Yahudi yang ingin menjelaskan tema-tema kosmologi, malaikat, dan akhir zaman. Karena itu, ia lebih mencerminkan spekulasi teologis zaman tersebut daripada wahyu ilahi langsung.


2. Kanonisasi Alkitab

Proses kanonisasi Alkitab adalah seleksi teks-teks yang dianggap diilhami oleh Allah dan memiliki otoritas untuk dijadikan Firman Tuhan. Dalam tradisi Yudaisme, kanon Tanakh ditetapkan sebelum masa Yesus, dan Kitab Henokh tidak termasuk. Sementara dalam tradisi Kristen, kanon Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditetapkan pada abad-abad awal gereja, dengan konsensus bahwa Kitab Henokh tidak memiliki otoritas yang setara dengan kitab-kitab kanonik.

Kitab Henokh hanya diakui sebagai kanonik oleh Gereja Ortodoks Ethiopia, tetapi tidak oleh tradisi Kristen Barat (Katolik, Protestan, Ortodoks Timur) maupun Yudaisme.


3. Masalah Doktrinal

Isi Kitab Henokh mengandung ajaran-ajaran yang dianggap tidak konsisten dengan doktrin Alkitab. Contohnya:

  • Spekulasi tentang Malaikat: Kitab Henokh menjelaskan detail tentang malaikat yang jatuh (sering disebut "Anak-anak Allah" dalam Kejadian 6:1-4) dan hubungan mereka dengan manusia. Sementara Alkitab hanya memberikan gambaran singkat, Kitab Henokh memperluas cerita ini secara spekulatif, termasuk pengajaran tentang para malaikat yang mengajarkan seni dan teknologi kepada manusia.

  • Pandangan Kosmologis: Kitab Henokh memiliki pandangan tentang alam semesta dan kosmologi yang berbeda dari Alkitab, seperti deskripsi tentang surga, neraka, dan perjalanan Henokh di antara dunia spiritual.

  • Fokus pada Malaikat dan Penghakiman: Kitab Henokh cenderung memberi porsi besar pada peran malaikat, hukuman bagi mereka yang jatuh, dan penghakiman akhir. Beberapa pengajaran ini tidak memiliki dukungan yang jelas dalam teks-teks kanonik lainnya.


4. Kurangnya Bukti Keterilhamaan

Salah satu kriteria utama untuk menjadikan sebuah kitab sebagai Firman Tuhan adalah bukti bahwa kitab tersebut diilhami oleh Roh Kudus. Kitab Henokh tidak memiliki bukti keterilhamaan yang kuat, baik dari segi pengakuan komunitas rohani maupun keselarasan dengan doktrin utama Alkitab. Sebagian besar Bapa Gereja dan para rabi Yahudi menilai kitab ini sebagai teks apokrifa atau pseudopigrafa (ditulis dengan nama tokoh terkenal tetapi tidak asli).


5. Penerimaan Komunitas Awal

Meskipun Kitab Henokh populer di beberapa kalangan pada masa awal Kekristenan, khususnya di komunitas Yahudi tertentu dan gereja awal, penerimaan ini tidak universal. Beberapa ayat dalam Perjanjian Baru, seperti Yudas 1:14-15, mengutip atau merujuk pada gagasan yang ditemukan dalam Kitab Henokh, tetapi ini tidak berarti bahwa seluruh Kitab Henokh diakui sebagai kanonik. Penggunaan ini lebih mirip dengan kutipan sastra populer tanpa mengesahkan teks tersebut sebagai Firman Tuhan.


6. Pengaruh Budaya dan Sastra

Kitab Henokh dianggap lebih sebagai literatur apokaliptik yang bertujuan untuk menginspirasi, memperingatkan, dan menjelaskan doktrin tertentu kepada pembacanya. Karena itu, kitab ini lebih berfungsi sebagai karya sastra keagamaan daripada teks yang diilhami secara ilahi.


Kesimpulan

Kitab Henokh tidak memenuhi syarat untuk dijadikan Firman Tuhan karena:

  1. Ditulis jauh setelah masa Henokh oleh penulis anonim.
  2. Tidak termasuk dalam kanon Alkitab yang disepakati oleh komunitas Yahudi dan Kristen.
  3. Mengandung doktrin yang tidak konsisten dengan Alkitab.
  4. Tidak menunjukkan bukti keterilhamaan oleh Roh Kudus.
  5. Hanya diterima oleh komunitas kecil dan tidak mewakili tradisi utama Yudaisme atau Kekristenan.

Meski begitu, Kitab Henokh tetap memiliki nilai sejarah dan teologis sebagai sumber untuk memahami pemikiran dan kepercayaan masyarakat Yahudi pada periode intertestamental (antara Perjanjian Lama dan Baru).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama