🌞 Renungan Siang – 23 Oktober 2025
📖 Kisah Para Rasul 20:35 —
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan haruslah mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.”
Tema: “Kebahagiaan Sejati Ada dalam Memberi”
Saudaraku yang dikasihi Tuhan, di tengah hiruk-pikuk aktivitas siang hari ini — ketika kita sedang bekerja, belajar, atau menjalani tugas sehari-hari — firman Tuhan mengingatkan kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan makna sejati dari hidup yang berkenan kepada Allah. Dunia modern mengajarkan bahwa kebahagiaan datang ketika kita menerima lebih banyak: gaji yang besar, penghargaan dari orang lain, posisi yang tinggi, atau pujian yang menyenangkan hati. Namun, ajaran Yesus berbanding terbalik dengan pola pikir dunia itu. Ia berkata:
“Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.”
Kalimat sederhana ini mengandung kebenaran rohani yang sangat dalam. Tuhan Yesus sedang menyingkapkan prinsip Kerajaan Allah — bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam apa yang kita kumpulkan, tetapi dalam apa yang kita bagikan.
1. Memberi adalah cerminan kasih Allah
Segala sesuatu dalam kehidupan Kristen berakar pada kasih Allah. Allah adalah Pribadi yang memberi. Dia memberi hidup, memberi napas, memberi pengampunan, dan yang paling agung, memberi Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita dari dosa.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…” (Yohanes 3:16).
Ketika kita memberi dengan tulus, kita sedang meneladani sifat Allah sendiri. Memberi bukan sekadar tindakan moral, tetapi tindakan ilahi — kita sedang memantulkan kasih Sang Pencipta kepada dunia. Setiap kali kita menolong orang lain, mendoakan mereka yang susah, atau berbagi berkat kecil, kita sebenarnya sedang menyalurkan kasih Allah yang hidup di dalam diri kita.
2. Memberi menumbuhkan kerendahan hati dan menundukkan keegoisan
Memberi adalah latihan rohani yang menumbuhkan kerendahan hati. Dunia mendorong kita untuk terus menuntut dan mencari kepentingan diri sendiri. Namun saat kita memberi, kita belajar untuk melepaskan hak kita dan mempercayai bahwa Allah akan mencukupkan kebutuhan kita.
Paulus menulis kepada jemaat Korintus bahwa Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7). Memberi dengan tulus menunjukkan bahwa kita tidak dikendalikan oleh materi, tetapi oleh kasih dan kepercayaan kepada Allah.
Terkadang memberi terasa berat — apalagi ketika kita sendiri sedang kekurangan. Namun justru di situ letak ujian iman: apakah kita benar-benar percaya bahwa Allah akan mencukupkan segala sesuatu? Ketika kita memberi dari kekurangan, bukan dari kelimpahan, kasih kita diuji dan iman kita bertumbuh.
3. Memberi membawa sukacita dan damai yang sejati
Sukacita dunia bersifat sementara. Ia muncul ketika kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, namun cepat berlalu ketika hal itu hilang. Sebaliknya, sukacita yang datang dari memberi adalah sukacita yang kekal, sebab ia bersumber dari kasih Kristus.
Paulus adalah teladan nyata. Dalam pelayanannya, ia bekerja keras dengan tangannya sendiri agar tidak menjadi beban bagi orang lain, sekaligus dapat membantu mereka yang lemah. Ia tidak mencari keuntungan pribadi, melainkan ingin menjadi berkat. Itulah sebabnya hatinya penuh damai meski hidupnya penuh penderitaan.
Ketika kita menolong orang lain, bahkan dalam hal kecil, kita mengalami kebahagiaan yang mendalam — bukan karena kita lebih kaya, tetapi karena kita merasakan kehadiran Allah melalui tindakan kasih itu.
4. Memberi memperluas Kerajaan Allah
Setiap tindakan memberi yang dilakukan dengan kasih memperluas pekerjaan Tuhan di dunia ini. Ketika kita mendukung pelayanan gereja, membantu misionaris, menolong anak yatim, atau memberi makanan kepada yang lapar, kita sebenarnya sedang ikut serta dalam karya penyelamatan Allah.
Tuhan tidak membutuhkan harta kita, tetapi Ia ingin kita belajar menjadi penyalur berkat. Seperti saluran air yang terus mengalir, hidup yang memberi akan selalu disegarkan. Sebaliknya, hati yang menahan dan menimbun akan menjadi kering dan tandus.
5. Memberi adalah bukti iman yang hidup
Yakobus menulis, “Iman tanpa perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:17). Memberi dengan kasih adalah wujud nyata dari iman yang hidup. Iman sejati tidak berhenti pada kata-kata, tetapi terlihat dalam tindakan yang nyata — tindakan menolong, mengasihi, dan peduli pada sesama.
Ketika kita memberi, kita sedang berkata kepada dunia: “Aku percaya kepada Allah yang akan memelihara hidupku, bahkan ketika aku berbagi dengan orang lain.”
Renungan Siang untuk Kehidupan Kita
Saudaraku, di tengah waktu siang ini, mungkin kita sedang lelah bekerja atau merasa beban hidup begitu berat. Namun ingatlah: hidup bukan hanya tentang seberapa banyak kita peroleh, tetapi tentang seberapa banyak kasih yang kita bagikan.
Jika kita menolong seseorang hari ini, meskipun dengan hal kecil, Tuhan melihat dan menghargainya. Setiap tindakan kasih adalah persembahan kudus di hadapan Allah.
Mungkin kita tidak punya banyak uang, tetapi kita bisa memberi senyuman, perhatian, doa, atau waktu kita bagi orang lain. Dunia sangat membutuhkan kasih yang nyata — kasih yang memulihkan dan menghidupkan.
Doa Penutup
Ya Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur untuk waktu siang ini, di mana kami boleh berhenti sejenak untuk merenungkan firman-Mu. Engkau telah memberi kami kehidupan, pengampunan, dan keselamatan melalui Yesus Kristus. Ajarlah kami untuk meneladani kasih-Mu dengan hidup yang murah hati.
Tolong kami, Tuhan, agar kami tidak hanya mencari keuntungan diri sendiri, tetapi juga peka terhadap kebutuhan orang lain. Beri kami hati yang rela berbagi, tangan yang siap menolong, dan iman yang percaya bahwa dalam memberi, kami menerima sukacita surgawi.
Kiranya setiap langkah kami hari ini menjadi saluran berkat bagi sesama. Jadikan kami terang di tempat kerja, di rumah, dan di lingkungan kami.
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Sang Pemberi Kasih Sejati, kami berdoa dan mengucap syukur.
Amin.


0 Komentar